• Tuesday, 31 July 2018
  • Maharani K
  • 0

“Kindfulness adalah awal dari relaksasi. Latihan ini memberi ketenangan pada tubuh, pada benak, dan pada dunia. Kindfulness memberi jalan pada kesembuhan. Jangan hanya melatih kewaspadaan, latih juga kebajikan.” Ajahn Brahm

Keunikan metode kindfulness

Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari metode meditasi kindfulness ini adalah bahwa tidak setiap kali latihan akan membawa efek kedamaian bagi diri kita. Namun dari usaha-usaha yang gagal tersebut, justru kita akan semakin mengerahkan usaha dan belajar semakin banyak agar latihan-latihan berikutnya dapat menjadi semakin baik dan menghasilkan kedamaian.

Sehingga rangkaian proses gagal berhasil yang terus menerus ini justru menjadi pembelajaran bagi para meditator kindfulness. Pengalaman-pengalaman gagal yang dikumpulkan akhirnya menjadi sebuah rangkaian yang berharga dalam proses pelatihan itu sendiri.

Tantangan yang harus dihadapi

Kesadaran mengenai realita kekinian sungguhlah satu hal yang penting dalam proses meditasi. Dalam metode kindfulness pun disarankan untuk selalu menjaga kesadaran penuh untuk terus ada pada momen saat ini. Dengan merisaukan akan masa depan, seperti mengeluh dan terus bertanya mengenai kapan meditasi ini akan berakhir atau selesai justru menimbulkan ketidakdamaian dan kehilangan momen menakjubkan serta luar biasa.

Ketika kita dapat melupakan sejenak tentang waktu, hari dan jam ketika berlatih meditasi, di situlah kita berada dalam alam yang bebas dan arif. Syaratnya adalah kita harus bersedia untuk meletakkan beban akan masa depan atau pertanyaan tentang garis waktu. Di sinilah seorang meditator telah mencapai yang dinamakan sebagai ‘kesadaran-hening’.

Baca juga: Meditasi, Jalan Bahagia

Ada perbedaan mencolok antara mengalami kesadaran-hening dengan sekedar memikirkan atau merencanakannya. Contohnya adalah ketika kita menonton sebuah film, ada perbedaan kuat antara terhanyut dalam episode-episode dalam film tersebut, dan berfokus pada persepsi kita mengenai cerita dalam film tersebut.

Ketika kita dapat terhanyut dan tidak memberikan komentar mengenai isi film tersebut, di situ kita sudah mulai dapat menikmati kesadaran hening yang murni.

Persepsi dari pikiran kita atau suara batin yang sibuk menilai peristiwa-peristiwa justru akan dapat mengotori kenyataan, menimbulkan permasalahan baru, dan ilusi-ilusi baru berikutnya. Karena kesadaran heninglah yang dapat menghasilkan kebenaran murni yang lebih tinggi daripada pemikiran-pemikiran kita.

Tantangan berikutnya adalah untuk tidak terhanyut dalam setiap momen-momen gelombang pikiran yang datang. Hal ini justru akan merusak momen kesadaran hening itu sendiri. Tidak akan ada lagi ruang kosong bagi kesadaran hening itu untuk dinikmati sepenuhnya jika kita sibuk dengan setiap pemikiran yang datang dan pergi.

Keheningan batin

Teknik lain untuk mendapatkan keheningan batin adalah dengan mengamati celah di antara pikiran. Ketika sebuah pikiran berlalu, dan pikiran yang baru belum datang, itulah kesadaran hening! Namun usaha ini juga tidak akan berhasil ketika kita terlalu mengusahakannya atau justru mencari-carinya.

Ketika mulai bisa mengenali momen ini, pikiran dan batin kita pun akan mulai menyukainya dan merasakan kedamaian di dalamnya. Kita dapat memilih untuk berfokus pada napas sebagai titik acuan kesadaran hening tersebut. Sehingga pikiran tidak lagi terpecah belah untuk berfokus pada banyak hal sekaligus.

Namun terkadang berfokus terlalu keras terhadap napas kita, justru akan menimbulkan penderitaan baru. Nikmati saja hembusan napas Anda, lepaskan, dan cukup amati saja tanpa perlu memusingkan bagaimana proses napas itu terjadi. Jika Anda menambahkan kasih sayang dan welas asih terhadap napas anda ini, seperti sikap yang bersahabat dan ramah, maka napas anda akan terasa semakin menyenangkan dan menggembirakan. Proses meditasi pun berjalan semakin lancar.

Penyatuan dengan napas

Ketika dalam proses meditasi itu hanya ada Anda dan napas Anda, perlahan-lahan pikiran kita mulai menyatu dengan napas. Pikiran menikmati momen-momen tersebut hanya bersama dengan napas, dalam damai dan sederhana. Sedangkan diri kita perlahan mulai menyingkir dan hanya menyaksikan proses itu. Inilah yang disebut dengan kesatuan pikiran, kesatuan momen, kesatuan dalam keheningan.

Pada suatu titik ketika napas mulai teratur, semakin damai dan tenang, dan tidak perlu dipikirkan lagi, yang tersisa hanyalah keindahan dari momen demi momen tersebut.

Napas kita menjadi semakin lembut dan nyaman. Kita sebagai pelaku hanya bersikap pasif dengan mengamati dan mengetahui saja. Ketika ada sesuatu yang datang mengusik proses ini, cukup katakan pada batin kita, ‘Tenang’. Dan biasanya kondisi damai tenang akan kembali muncul dengan mudah ketika sudah berada dalam tahap ini.

Dalam tahap berikutnya, anda tidak lagi berada pada kesadaran ‘napas masuk’ atau ‘napas keluar’, tidak ada lagi bagian ‘awal’, ‘tengah’, ataupun ‘akhir’ dari napas itu. Yang ada hanyalah kelembutan dan kenikmatan dari napas itu sendiri tanpa tenggat waktu, semakin lama semakin manis, tenang dan indah.

Dalam titik ini, kita sudah tidak perlu lagi mengerahkan usaha keras untuk berfokus pada napas, pikiran akan bekerja dengan sendirinya dan kedamaian itu akan terus bertahan meskipun perhatian pada napas mulai menghilang.

Tahap berikutnya adalah tinggal menikmati kedamaian dan ketenangan yang dihasilkan oleh napas itu sendiri, meskipun si napas mulai terasa memudar perlahan.

Maharani K.,M.Psi

Psikolog keluarga, Hipnoterapis, dan Trainer

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *