Oleh : Surahman Ana

Foto : Surahman Ana

Hari kedua kegiatan Dharma Teaching & Empowerment di Graha Padmasambhava, Magelang, Jawa Tengah, nampak berlangsung khidmat pada Sabtu (28/10/2023). Peserta sejumlah kurang lebih 600 orang dengan kusyuk mendengarkan pembabaran Dhamma dari Yang Mulia Tai Situpa Rinpoche.

Berbeda dengan hari pertama yang diisi dengan puja, di hari kedua kegiatan yang diselenggarakan oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) ini fokus pada pengajaran Dhamma dengan tema “Landasan, Jalan, dan Hasil”. Pengajaran  dimulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB. Nampak begitu banyaknya sarana puja sebagai persembahan, rangkaian bunga dan buah yang indah tertata rapi memenuhi altar utama Dhammasala dan sebagian ditata di pelataran vihara.

Yang Mulia Tai Situpa Rinpoche mengawali pengajaran dengan menyampaikan bahwa “Landasan, Jalan, dan Hasil” yang menjadi tema utama adalah berkaitan dengan pencapaian ke-Buddha-an seseorang. Rinpoche menjelaskan bahwa di dalam diri setiap makhluk mempunyai potensi tertinggi untuk mencapai ke-Buddha-an. 

Landasan 

“Sebagaimana kita ketahui kita semua adalah praktisi daripada Dharma yang suci, dan untuk ini Bodhicitta adalah sesuatu yang sangat mendasar sekali. Bodhicitta artinya tujuan daripada latihan Dharma, mengikuti ajaran dari Sang Buddha adalah bertujuan untuk mencapai ke-Buddha-an kemudian membimbing semua makhluk hidup untuk mencapai ke-Buddha-an,” Rinpoche mengawali.

Apakah itu ke-Buddha-an? 

Rinpoche melanjutkan bahwa semua makhluk hidup dari alam yang tertinggi sampai alam yang terendah di alam semesta ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang menginginkan penderitaan dan semua menginginkan kebahagiaan. Hal ini karena setiap makhluk memiliki esensi awal, potensi awal, yang tidak terkorupsi, esensi dasar yang murni.

“Maka, karena adanya potensi ini kita bisa melihat satu pernyataan yang disetujui oleh semua orang yaitu bahwa semua orang tidak menginginkan penderitaan, setiap orang menginginkan kebahagiaan. Untuk konteks ini tidak ada yang tidak setuju, dan di sini tidak ada yang berkontradiksi dengan pernyataan ini.” 

Sebagai makhluk hidup, lanjut Rinpoche, adalah suatu keberuntungan karena mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan menjadi baik dan positif hingga bisa merealisasikan potensi tertingginya. Namun sebaliknya, kebebasan ini apabila tidak disikapi dengan bijaksana menjadikan seseorang atau makhluk menjadi lebih buruk seperti serakah, iri hati, penuh dengan ketidaktahuan dan sebagainya. Ini adalah sisi lain dari kebebasan sebagai makhluk hidup. 

“Jadi, semua makhluk hidup termasuk kita mengembara di dalam kebingungan ini. Di sepanjang alam semesta ini kita memanifestasikan atau menciptakan berbagai alam kehidupan yang berbeda-beda.  Seperti kita tahu ada alam kehidupan manusia, ada alam binatang, dan lainnya. Ada enam alam kehidupan yang mungkin kita tidak bisa melihatnya,” lanjut Rinpoche. 

Kendati beliau pernah melihat secara langsung alam kehidupan selain manusia dan binatang, tetapi Rinpoche menyampaikan bahwa Buddha menyatakan terdapat enam alam kehidupan. “Saya memang tidak bisa melihat sendiri makhluk-makhluk tersebut, tetapi saya mempercayai bahwa memang ada alam-alam tersebut.”

“Jadi kembali lagi kepada poin kita. Boleh dikatakan bahwa kita semua, secara langsung terkoneksi atau terhubungkan dengan semua makhluk hidup yang ada atau yang terbentang di sepanjang alam semesta. Kita mengenalnya dengan Bunda dari semua makhluk hidup,” lanjut Rinpoche.

Menurut Rinpoche, Bunda dari semua makhluk hidup ini dapat terbebaskan dari penderitaan. Dengan demikian semua makhluk berpeluang untuk membebaskan diri dari penderitaan dengan cara membangkitkan potensi yang ada di dalam diri, mencapai pembebasan. Dan untuk alasan inilah umat Buddha mempelajari dan mempraktekkan Dharma seperti melakukan doa, melakukan baca sutra, melakukan meditasi dan juga melakukan beragam kebajikan serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya. 

“Semua itu kita lakukan sebenarnya bukanlah semata-mata untuk mencapai kejayaan bagi diri kita saja. Dan inilah yang kita kenal sebagai Bodhicitta. Bodhicitta adalah landasan atau dasar dari semua praktisi Dharma, terutama dari praktisi Vajrayana,” jelas Rinpoche. 

Dalam kesempatan ini, Yang Mulia atau His Holiness juga menganugerahkan Sila Bodhisattva kepada segenap umat yang hadir. Rinpoche menjelaskan bahwa Sila adalah sumpah yang sangat sederhana sekali, dimana segala hal yang membahayakan dan mencelakai diri sendiri dan orang lain, sebisa mungkin harus dihindari dan diatasi. Dan pada saat yang bersamaan, segala sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri juga bagi orang lain, maka diupayakan semaksimal mungkin untuk melakukan hal tersebut. 

“Jadi hal ini sesungguhnya adalah sesuatu yang sangat logika. Jadi, cinta kasih, welas asih, devosi, kebijaksanaan, semua ini adalah landasannya,” lanjut Rinpoche.

Silsilah Sila Bodhisattva

Menurut penjelasan Rinpoche, silsilah dari Sila Bodhisattva berasal dari Buddha Sakyamuni (Buddha Gautama), kemudian diturunkan kepada Manjusri.  Kemudian dari Manjusri diturunkan terus-menerus hingga saat ini. Metode, ritual, dan detail praktek dari pengambilan Sila Bodhisattva ini juga secara tepat dielaborasi oleh seorang Guru Besar yaitu Santi Dewa. 

“Jadi, Indonesia merupakan sumber dari pelatihan Bodhisattva yang sangat agung.”

Rinpoche juga menyampaikan ajaran dari Guru Besar Atisha Dipangkara yang dikenal Tujuh Poin Pelatihan Batin Bodhisattva. Atisha mendapatkan ajaran ini dari Guru Besar Serlingpa atau Dharmakirti  yang berasal dari Indonesia. “Jadi hari ini saya akan menganugerahkan Sila Bodhisattva dan melakukan transmisi dari Tujuh Poin Latihan Batin Bodhisattva kepada kalian di tempat suci Borobudur.”

Tujuh poin ini dilafalkan dalam bentuk doa tujuh cabang, yang juga menjadi praktek awal untuk memasukkan persembahan kepada para Buddha dan Bodhisattva. Yang pertama, praktek tiga kali namaskara. Kedua, memberikan persembahan kepada para Buddha dan para Bodhisattva. Ketiga, pengakuan semua tindakan negatif yang telah dilakukan dari masa lampau hingga saat ini dan juga semua kekotoran batin dalam diri. Yang keempat, turut bermudita citta atas semua karma-karma baik atau semua perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh semua makhluk hidup, semua manifestasi dari para Bodhisattva dan juga semua pencapaian dari para Buddha. Kelima, permohonan pemutaran roda Dharma kepada semua Buddha atau pun semua Bodhisattva yang telah mencapai pencerahan. Keenam,permohonan kepada  para Buddha dan para Bodhisattva yang akan memasuki Parinibbana, agar hidup lebih lama lagi untuk memberi manfaat bagi semua makhluk hidup. Yang ketujuh atau yang terakhir, dedikasi semua kebajikan bagi semua makhluk hidup, agar semua makhluk hidup mendapatkan, memperoleh satu kebaikan dan mencapai kebebasan yang absolut, yang tanpa batas, atau Nibbana.

Setelah mempraktekkan doa tujuh cabang, His Holiness menganugerahkan Sila Bodhisattva.

Jalan

Rinpoche menegaskan kembali bahwa esensinya di dalam diri setiap makhluk terdapat potensi untuk mencapai ke-Buddha-an, hal ini juga berarti semua orang secara esensi adalah Buddha. Untuk merealisasikan potensi tertinggi ini adalah melalui sang jalan. Jalan bagaimana membangkitkan dan merealisasikan potensi itu. 

“Sang jalan itu ada dua, yang pertama yaitu mengumpulkan jasa kebajikan dan kedua adalah menumbuhkan kebijaksanaan. Untuk mengumpulkan jasa kebajikan kita harus mulai dengan purifikasi atau pemurnian,” papar Rinpoche.

Makhluk hidup yang belum mencapai pembebasan, telah melewati kehidupan yang tak terhitung jumlahnya di masa lampau. Oleh karena itu juga memiliki karma yang tak terhitung. Hal ini menurut Rinpoche tidak memungkinkan bagi makhluk hidup bisa memurnikan seluruh karmanya. Karenanya  perlu bagi makhluk hidup memurnikan sampai tingkat tertentu. 

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk purifikasi?

“Cukup sederhana sekali, kita bisa mengambil sumpah untuk tidak berbicara. Kita hanyalah melakukan doa atau melafalkan doa-doa saja. Ketika kita melafalkan doa, kita sedang tidak berbicara dengan orang lain.” 

Dalam proses pengumpulan jasa kebajikan ini, seseorang juga harus mempraktekkan enam paramitta dan menyempurnakan praktek sepuluh paramitta. Rinpoche mendorong umat untuk selalu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkan, seperti memberikan makanan, tempat tinggal, pengobatan dan sebagainya. Pengumpulan jasa kebajikan ini harus dikembangkan lebih lanjut lagi hingga menumbuhkan kebijaksanaan. 

“Kita melakukan dedikasi atau penyaluran jasa kebajikan tanpa menggenggamnya. Kita melakukan penyaluran jasa ini tanpa mengharap imbalan. Kita mengumpulkan jasa kebajikan dengan welas asih dan kebijaksanaan yang bagus. Lebih lanjut kita mendedikasikan jasa kebajikan untuk pencapaian pencerahan. Ini akan menjadi welas asih dan kebijaksanaan Bodhisattva.”

Hasil 

Dan hasil dari praktek sang jalan ini, lebih dalam Rinpoche menjelaskan, adalah  tubuh Dharma atau Dharma Kaya dan tubuh bentuk. Hasil itu merupakan realisasi sang landasan, sang dasar Buddha yang ada di dalam diri setiap makhluk. Landasan dari pada setiap makhluk atau setiap orang adalah esensi pencerahan, maka yang dicapai adalah ke-Buddha-an.

“Dharmakaya dari seorang Buddha, bagi makhluk biasa seperti kita tidak akan dapat melihatnya. Ia ada di dalam diri kita. Ini karena aspirasi awal dari Sang Buddha sudah dilakukan sejak banyak sekali kalpa di masa lampau. Setelah melampaui proses yang lama, Dharmakaya bermanifestasi menjadi bentuk yaitu tubuh Buddha atau Sambhogakaya.”

Tubuh Sambhogakaya dari seorang Buddha merupakan bentuk tersuci, bentuk paling mendalam dari perwujudan Buddha tersebut. Dan tubuh Sambhogakaya ini selalu ditemani dengan madala luar dari pada Sambhogakaya Buddha. “Mandala yang kita kenal berasal dari bahasa sansekerta yang berarti pusat dan sekelilingnya.”

“Di dalam mandala tersebut terdapat Tantra yang bermanifestasi sebagai ajarannya, kemudian ada sadhana yang merupakan latihan atau ritual daripada Tantra tersebut, dan ada mantra yang merupakan esensi dari sadhana,” tutup Rinpoche. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *