Mungkin kita sebagai umat Buddha tidak menyadari bahwa Buddha adalah salah satu orang terjenius yang pernah ada di dunia. Apa yang Beliau ajarkan jauh melebihi prinsip dan pandangan umum yang ada pada masanya.
Bila kita tilik lebih jauh, apa yang Buddha ajarkan dan lakukan dapat dikatakan sebagai bentuk spiritual disruptif – sebuah bentuk spiritual yang merusak tatanan yang sudah ada dengan menciptakan solusi sebuah jalan hidup baru bagi banyak orang.
Tidak hanya terhadap agama dan kepercayaan sebelumnya, agama Buddha memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan agama-agama yang masih bertahan di dunia sekarang ini. Mari kita lihat apa saja tindakan disruptif yang telah dilakukan oleh Buddha.
Ketika yang lain mengajarkan penyiksaan diri atau pemuasan nafsu, Buddha menyadari pentingnya mawas diri dalam upaya berlatih dan mengajarkan Jalan Tengah
Ketika yang lain mengajarkan konsep jiwa yang kekal/permanen, Buddha mengajarkan pentingnya menyadari bahwa tidak ada jiwa yang kekal karena segala sesuatunya selalu berubah. Ajaran anatta (tanpa diri/aku yang kekal) ini merupakan konsep fundamental yang menjadi pondasi bagi ajaran Buddha.
Ketika yang lain memandang umatnya teristimewa atau bersifat eksklusif, Buddha mengajarkan bahwa jalan kebenaran ini bisa dicapai siapa saja. Tidak harus menjadi seorang buddhis untuk dapat memperoleh manfaat dari ajaran Buddha.
Ketika yang lain bertujuan hidup kekal di alam surgawi, Buddha mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana – terbebasnya dari penderitaan tumimbal lahir. Dengan kata lain, ketika yang lain mengajarkan terus-menerus berada di alam samsara, Buddha mengajarkan cara memutuskan lingkaran samsara ini.
Ketika yang lain mengajarkan sikap pasrah terhadap takdir yang telah ditentukan, Buddha mengajarkan sikap pantang menyerah dan terus berusaha memupuk jasa kebajikan dalam kondisi sulit apa pun. Di sini terlihat bahwa Buddha merevolusi konsep umum yang ada, ketika yang lain sering kali berpangku tangan atau menyalahkan keadaan atas segala sesuatu yang buruk terjadi, Buddha justru mengajarkan bahwa kita-lah yang bertanggung jawab atas kondisi-kondisi yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita bukanlah korban dari keadaan, tetapi tuan bagi pilihan hidup kita sendiri.
Ketika yang lain mengajarkan kemelekatan terhadap kekuasaan, nafsu indrawi, dan lain sebagainya, Buddha mengajarkan pelepasan – sebuah sikap untuk rela melepas segala bentuk keinginan yang dapat menyebabkan penderitaan.
Ketika (dulu) yang lain tidak memiliki struktur keagamaan dan komunitas, Buddha membentuk struktur keagamaan yang jelas dengan Sangha sebagai komunitas monastiknya.
Ketika (dulu) yang lain tidak fokus menyebarkan ajarannya, Buddha pertama kali meminta murid-muridNya untuk pergi dan menyebarkan ajaran kebenaran ke seluruh dunia.
Ketika yang lain fokus pada ritual dan penyembahan terhadap sesuatu, Buddha fokus pada pencarian kebenaran melalui pikiran murni dan pandangan terang yang dapat dicapai dengan berlatih meditasi. Di sini, Buddha fokus pada potensi manusia yang dapat tumbuh berkembang untuk mengetahui jati dirinya dan berlatih demi mencapai pencerahan sempurna.
Ketika yang lain menyelenggarakan pengorbanan makhluk hidup, Buddha menegaskan penolakanNya terhadap ritual kurban dan memandang kehidupan sebagai sesuatu yang berharga.
Ketika yang lain membentuk pengelompokan manusia (kasta, pengkafiran, dan lain sebagainya), Buddha meruntuhkan sistem pengelompokan itu dan menerima semua orang.
Ketika yang lain membenarkan praktik kekerasan (perang suci, dan lain sebagainya), Buddha mengajarkan ahimsa (tanpa kekerasan) dan metta (cinta kasih universal).
Ketika yang lain menutup kesempatan bagi peran perempuan, Buddha mengizinkan peran perempuan dalam berbagai segi termasuk spiritualitas. Perempuan tidak dikekang oleh sistem yang membatasi mereka untuk melaksanakan praktik keagamaan. Bahkan banyak perempuan yang telah terbukti dapat mencapai tingkat kesucian tertinggi, Arahat.
Demikianlah beberapa tindakan spiritual disruptif yang telah dilakukan Buddha pada masanya dan masih dianggap bermanfaat hingga saat ini.
Terlepas dari kejeniusanNya, kita sebagai orang yang meneladani Buddha tidak serta merta mendapatkan manfaat dari ajaranNya tanpa berlatih diri dengan benar, tekun, dan disiplin.
Buddha sendiri telah menunjukkan usahaNya untuk menemukan Dhamma melalui perjuangan, ketekunan, dan kedisiplinan yang terus dipupuknya selama bertahun-tahun. Buddha telah menunjukkan jalannya, kita-lah yang harus menjalaninya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara