Bulan Maret 2018 ini merupakan bulan yang sangat berkesan bagi saya pribadi, karena saya berkesempatan untuk menerima transmisi dan instruksi latihan meditasi Mahamudra dari Mingyur Rinpoche.
Bersama dengan ratusan orang yang berasal dari seluruh dunia, yang berkumpul di biara Tergar Ösel Ling, Nepal. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk mengikuti beliau berziarah ke dua situs religi agama Buddha yang berada di sekitar Kathmandu.
Tempat yang kami kunjungi adalah Gua Asura, yang merupakan gua tempat persinggahan Guru Padmasambhava saat menempuh perjalanan dari Oddiyana (Afghanistan saat ini) menuju Tibet untuk membabarkan Dharma.
Di sana Beliau berlatih Vajrakilaya Tantra dan merealisasi pencerahan sempurna, dan Stupa Swayambunath, sebuah stupa dengan arsitektur unik khas Vajrayana Tibet, yang merupakan tempat banyak Guru-Guru besar pada zaman dulu datang untuk berlatih meditasi, termasuk di antaranya Marpa Lotsawa, Guru Padmasambava, dan Acharya Agung Vasubandhu (seorang guru agung dan filsuf Buddhis yang menulis kitab Abhidharma dalam perspektif mazhab Sarvastivada dan Sautrantika, dan salah satu pendiri utama mazhab Yogacara).
Baca juga: Mengenal Tujuh Belas Guru Suci dari Universitas Nalanda
Stupa Swayambunath ini juga disebut dengan istilah Kuil Monyet, karena dalam kompleks stupa ini terdapat banyak sekali monyet. Ciri khas lainnya adalah ornamen yang sangat terkenal berupa Mata Kebijaksanaan dan Welas Asih Buddha di bagian atas stupa yang menghadap ke empat arah mata angin, yang melambangkan empat kebenaran mulia, empat pemikiran tanpa batas (cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin), dan empat manifestasi tubuh Buddha.
Saat kami mulai berziarah, Mingyur Rinpoche menjelaskan apa yang perlu kita lakukan saat kita mengunjungi ke tempat-tempat suci Buddhis seperti ini? Ada tiga hal, yaitu:
1. Motivasi
Motivasi sangatlah penting, karena motivasi adalah niat yang mengarahkan kita kepada tujuan tertentu. Motivasi yang baik adalah motivasi Bodhicitta, yaitu membangkitkan tekad berziarah untuk mengakumulasi karma kebajikan dalam jalur latihan Dharma. Tidak hanya untuk manfaat diri sendiri, tetapi juga demi manfaat semua makhluk, agar dapat merealisasi pencerahan sempurna.
Dalam perspektif kebenaran relatif, mengunjungi tempat-tempat suci ini adalah sesuatu yang penting dan perlu kita lakukan. Karena semua dharma (fenomena) mempunyai ciri karakteristik tersendiri, contohnya: karakteristik api adalah hangat dan bercahaya.
Demikian pula tempat-tempat suci Buddhis juga memiliki karakteristik tertentu. Karakteristiknya bukanlah energi berseliweran atau sesuatu yang mistis, melainkan begitu banyaknya jejak memori, sejarah, dan tekad aspirasi Bodhicitta yang pernah dibangkitkan oleh para Guru agung dan praktisi Dharma di tempat tersebut.
Baca juga: Lama Tsongkhapa, Guru Besar Tibet Penerus Buddhadharma Nusantara
Hal ini menciptakan kekuatan hubungan interdependen positif, yang apabila dapat kita sadari, kita jadi lebih bisa menghargai tempat tersebut dan memanfaatkannya untuk menginspirasi dan mendukung latihan kita dalam jalur pembebasan. Namun apabila kita tidak menyadarinya, tempat tersebut tidak akan ada gunanya buat kita meskipun kita lahir di tempat tersebut.
Mingyur Rinpoche menjelaskan, secara relatif, tempat suci ada di luar sana, namun dalam perspektif kebenaran absolut, tempat suci yang sesungguhnya adalah hakikat kebuddhaan yang ada di dalam diri kita, bukan di luar.
2. Berlatih
Setelah membangkitkan motivasi Bodhicitta yang merupakan landasan dari latihan kita, kita juga perlu berlatih Dharma di tempat tersebut.
Latihan Relatif
Kita dapat membayangkan seluruh Buddha dan Bodhisattva di seluruh penjuru ada di tempat tersebut, dan kita dapat melakukan namaskara/sujud hormat, mengakui kesalahan, atau memberi persembahan dupa, pelita, atau bunga kepada Rupang Buddha yang melambangkan Tubuh Pencerahan, Teks Dharma yang melambangkan Ucapan Tercerahkan, dan Stupa yang melambangkan Batin Tercerahkan. Kita juga dapat melakukan kora (circumambulating), mengelilingi area tempat suci tersebut searah jarum jam sebagai bentuk penghormatan.
Latihan Absolut
Saat berlatih latihan relatif, adalah sangat baik apabila kita dapat mengkombinasikannya dengan Latihan Absolut, yaitu bermeditasi dan beristirahat dalam sunyata, atau beristirahat dalam pengenalan akan hakikat batin, tidak terdapat perbedaan dari batin kita, batin para Guru, dan batin semua Buddha.
3. Pelimpahan jasa
Setelah berlatih Dharma, jangan lupa untuk melimpahkan jasa kebajikan apa pun yang diperoleh melalui latihan, untuk kebahagiaan dan pencerahan semua makhluk.
Salah satu momen yang paling berkesan bagi saya pribadi dalam kesempatan ziarah kali ini adalah saat Mingyur Rinpoche memimpin kami semua dalam doa pelimpahan jasa yang secara khusus didedikasikan bagi 54 orang korban meninggal dari kecelakaan Pesawat Bangla Star 211 yang terjadi persis sehari sebelumnya di Bandara Tribhuvan, Kathmandu:
“Para Pemenang dan pewaris mereka di sepuluh penjuru dan tiga masa, pikirkanlah saya. Saya bersukacita atas terkumpulnya 2 akumulasi (kebajikan dan kebijaksanaan) yang dikumpulkan oleh diriku dan semua makhluk selama tiga masa.
“Semoga umur panjang, kesehatan, latihan spiritual dan realisasi meningkat. Semoga tingkat 10 bumi Bodhisattva tercapai dalam kehidupan saat ini.
“Apabila saya meninggal, semoga saya segera terlahir di Sukhavati dan saat terlahir di sana, semoga teratai merekah, dan dalam tubuh itu, semoga saya dapat merealisasi pencerahan sempurna. Sesudah itu, semoga saya kembali mewujud untuk menuntun semua makhluk.”
Yudhi H. Gejali, MD
Dokter medis, praktisi akupuntur, penyuka filosofi Buddhis, dan murid meditasi di Tergar Meditation Centre Jakarta.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara