Pada 17 Juni 2013 lalu, Ajahn Brahm kembali hadir di Indonesia secara khusus untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Dalam acara yang berjudul “Ask Ajahn”, ia menjawab sejumlah pertanyaan yang dikumpulkan dari Facebook, Twitter, milis, dan diskusi. Acara tersebut diselenggarakan oleh Buddhist Fellowship Indonesia (BFI) di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta, dengan moderator Ponijan Liaw dan penerjemah Hendra Lim.
Jawaban Ajahn Brahm kami rangkum menjadi beberapa bagian. Silahkan disimak.
Mana yang lebih penting, pasangan atau orangtua kita, dimana kadang kita terjepit di antara mereka?
Setiap saya memberkati pernikahan, saya selalu bilang kepada mempelai pria untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun juga tidak memikirkan istri. Begitu juga kepada mempelai wanita, saya selalu berpesan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun juga tidak memikirkan suami.
Karena ketika menikah, Anda jangan memikirkan diri Anda atau pasangan Anda, tetapi pikirkanlah diri Anda berdua.
Dalam keluarga, bukan pasangan atau orangtua kita yang lebih penting, keluarga Anda sendiri yang lebih penting. Mencoba menggabungkan semua orang dalam hidup kita, itulah yang paling penting dalam hidup kita.
Karena jika Anda lebih mementingkan istri, orangtua Anda akan komplain. Sebaliknya jika Anda lebih mementingkan orangtua, istri Anda akan komplain. Anda akan pusing!
Seluruh keluarga sama-sama penting, berusahalah untuk selalu harmonis bersama-sama. Ada begitu banyak anggota keluarga, ada kakek, nenek, hingga saudara. Karenanya kita menyebutnya sebagai kaki seribu.
Walaupun kaki seribu tapi berjalan ke arah yang sama. Mereka saja yang hewan yang lebih rendah dari manusia bisa berjalan ke arah yang sama dengan harmonis, tapi bagaimana dengan kita? Orangtua, mertua, dan menantu semuanya pergi ke arah yang berbeda. Berputar-putar.
Seperti klub sepakbola Liverpool yang datang ke Indonesia, kalau 11 pemain sepakbola bisa bekerjasama dalam sebuah tim, kenapa keluarga tidak bisa? Jadi, jika keluarga Anda ada masalah, mungkin Anda butuh seorang pelatih. Kebetulan Alex Ferguson (mantan pelatih Manchester United –red) sedang menganggur, mungkin bisa menjadi pelatih Anda. Haha..
Bagaimana cara berkompromi dengan orangtua atau ibu mertua yang sering melakukan intervensi terhadap keluarga kita, khususnya di negara-negara Asia, hal ini bisa menjadi penyebab ketidakharmonisan keluarga?
Jika ibu mertua Anda ngomel, suruh ini itu, ingat bahwa sebagai manusia kita memiliki dua telinga. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan. Haha.. Jangan pernah berdebat dengan ibu mertua, dengarkan saja dan bilang, “Iya.. Iya..”
Ada banyak trik yang bisa Anda lakukan, dan salah satunya yang membuat orang mengundang saya kembali untuk tahun depan. Saya tidak bisa berkata tidak karena akan membuat Anda kecewa. Jawaban saya adalah, “Saya akan pikirkan.” Saya memikirkan banyak hal selama 20 tahun ini. Jadi jika ibu mertua Anda meminta Anda sesuatu, maka jawablah, “Nanti saya pikirkan.”
Itu tidak berbohong. Ibu mertua Anda malah akan berpikir, “Menantu saya baik mau dengarkan omongan saya.” Dan Anda tidak perlu melakukan apa pun.
Kadang ada dilema buat kita yang tinggal bersama mertua, apa nasehat Ajahn?
Mungkin kita perlu pasang penyumpal telinga. Haha.. Tapi Anda mungkin bisa menerapkan pendekatan psikologis. Kadang ibu mertua tak ubahnya seperti seorang bos, tapi Anda bisa memanipulasinya.
Waktu pertama kali saya kembali ke Australia, ada bhikkhu satu lagi yang lebih dulu tinggal di vihara. Jadi, saya bhikkhu nomor dua. Dia selalu menyuruh-nyuruh saya, dia seperti “bhikkhu mertua”. Haha.. Begini trik saya untuk menghadapinya.
Saat itu kami sedang membangun monasteri. Saya bilang, “Kenapa kita tidak membangun kuti di sebelah sana?” Bhikkhu kepala menjawab, “Ide yang bodoh. Tak mungkin bisa.” Saya berkata, “Baiklah. Tidak masalah.”
Saya tidak pernah mendebatnya. Karena saya tahu, ketika kita memberi saran, saran tersebut ada dalam benaknya. Ia akan memikirkannya tanpa sadar. Saya tunggu sampai 2 minggu. Ketika dia sudah lupa apa yang saya katakan, saya mengatakannya lagi, “Kenapa tidak membuat kuti di sana?” Dia kembali memberi jawaban sama, “Ide yang bodoh. Tak mungkin bisa.” Saya kembali tidak mendebatnya, “Baiklah. Tidak masalah.”
Trik ini selalu terlihat hasilnya dua minggu berselang. Ketika saya sedang bekerja bersama bhikkhu kepala, dia bilang, “Kenapa kita tidak membuat kuti di situ?” Lalu saya bilang, “Ide yang brilian!” Dia tidak sadar bahwa itu adalah ide saya. Tapi siapa peduli, yang penting cara saya berhasil.
Silahkan Anda coba dengan mertua Anda masing-masing.
Atau coba dulu dengan suami Anda, “Sayang, aku perlu baju baru.” Suami biasanya bilang, “Baju kamu sudah banyak. Ngga perlu beli.” Jangan berargumen. Dua minggu kemudian ketika suami sudah lupa, Anda ingatkan kembali, “Sayang, aku perlu baju baru.” Suami bilang, “Ekonomi sedang sulit, ngga ada uang.” Anda jawab, “Ok sayang.”
Saya garansi trik ini akan sukses. Dua minggu kemudian suami Anda akan bilang, “Sayang, kamu perlu baju baru.” Dan Anda bilang pada suami, “Kamu memang suami yang paling baik.” Begitulah cara menghadapi suami dan mertua.
Kadang istri merasa kesal jika suami terlalu mendengarkan pendapat orangtuanya daripada mendengarkan dirinya.
Para istri biasanya memiliki kekuasaan lebih. Di Australia ada seorang doktor yang mendapat gelar Ph.D. karena tesis berjudul “Bagaimana Melatih Suami Anda?”. Ketika ia mulai menulis tesisnya, ia mempelajari bagaimana cara melatih lumba-lumba. Lumba-lumba adalah hewan yang pintar, bisa melompat, main bola. Penulis tesis ini ingin tahu bagaimana cara melatihnya. Caranya, kalau lumba-lumba melompat lebih tinggi akan diberi lebih banyak ikan. Kalau tidak melompat, tidak diberi hukuman. Kalau melompat satu inci lebih tinggi, dapat satu ikan. Itulah cara melatih lumba-lumba.
Saya membaca tesisnya. Di situ tertulis suaminya sangat menjengkelkan karena setiap pagi selalu bertanya, “Di mana kaos kakiku? Di mana dasiku?” Sang istri merasa sangat terganggu. Kemudian ia pakai metode melatih lumba-lumba tersebut. Jika suami menanyakan kaos kaki atau dasinya, sang istri cuek. Kalau sang suami kebetulan bisa menemukan kaos kaki atau dasinya, sang istri menghentikan aktivitasnya dan menghampiri suaminya, kemudian dipeluk dan bilang, “Kamu pintar, sayang..” Itulah cara si penulis memberikan ‘ikan’.
Beberapa minggu kemudian, sang suami selalu bisa menemukan barang-barangnya. Dan teknik ini berhasil!
Jadi, ketika ibu mertua Anda selalu intervensi, cuek saja! Tapi begitu ibu mertua Anda baik, melakukan apa yang Anda mau, berilah ‘ikan’ (hadiah). Pujilah dia, “Ibu baik sekali.” Kenapa? Karena perdebatan akan selalu berujung kegagalan. Kalau Anda berdebat dengan ibu mertua Anda, dia akan makin besar, makin menyeramkan, dan makin marah.
Dalam ejaan bahasa Inggris, ‘Mother in law’ (ibu mertua) sering dipelesetkan menjadi ‘Woman Hitler’ (Hitler wanita). Haha..
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara