• Tuesday, 27 February 2018
  • Anwar Nagara
  • 0

Lain ladang, lain belalang
Lain lubuk, lain ikannya

Adat kebiasaan di berbagai tempat memiliki nuansa khasnya masing-masing. Apabila adat kebiasaan itu di bawa ke tempat lain, ada kemungkinan besar akan mengalami perubahan dan adaptasi. Di India memiliki satu fenomena menarik, fenomena ini sudah saya perhatikan sejak lama, apa itu?

Sapi suci
Sapi! Iya benar, sapi! Sapi adalah binatang yang bebas di India. Sebagian besar bebas berkeliaran kemana-mana. Perlu diketahui bahwa sapi adalah binatang yang dianggap suci karena merupakan binatang kesayangan dari Dewa Krishna. Kalau sapi di India bebas berkeliaran lalu bagaimana kalau ada sapi berkeliaran bebas di Indonesia? Nah ini bisa jadi rebutan, bahkan kadang bisa jadi biang masalah.

Masyarakat India memang dominan menganut agama Hindu, jadi pandangan bahwa sapi adalah binatang suci telah menjadi sesuatu yang diterima oleh khalayak ramai. Bukan hanya suci, namun masyarakat India juga bersyukur kepada sapi karena susu sapi menjadi bahan konsumsi cukup dominan di sana. Maka itu sapi kadang disebut sebagai ibu.

Saya pernah melihat ada mobil yang berhenti demi menunggu kawanan sapi menyeberang jalan. Ada juga warga yang kurang sabar sehingga mengklakson kawanan sapi itu. Pada umumnya sapi bebas ke mana-mana, walaupun ada sebagian daerah-daerah yang memang sengaja disterilkan dari sapi, terutama daerah kota dan kawasan elite.

Pupu suci
Dikarenakan begitu banyak sapi dan kerbau, tak heran jika kita sering melihat pupu (tinja) mereka di sana-sini, lalu aromanya juga membahana di sepuluh penjuru. Pupu sapi bisa dicampurkan dengan sejenis pasir agar bisa menjadi plester tembok atau lantai. Kadang pupu yang dikeringkan bisa menggantikan fungsi kayu sebagai bahan bakar untuk memasak.

Baca juga: Mengenal Tujuh Belas Guru Suci dari Universitas Nalanda

Memasak kari pakai pupu kering sapi dan kerbau konon rasanya uenak, tak percaya? Silakan coba sendiri. Kegunaan pupu sapi ternyata banyak, bahkan sudah ada yang menjadikannya sebagai pupuk organik, bahkan ada yang mengolahnya menjadi bio gas. Sapi dianggap suci lalu pupu yang dihasilkan juga tampaknya juga “suci” alias sangat bermanfaat.

Perhelatan sapi
India sangat terkenal dengan Chai (Teh susu), jadi konsumsi susu sangatlah tinggi. Ada sapi yang sengaja dipelihara untuk diperah susunya. Sapi demikian sedikit lebih baik nasibnya karena mereka tidak perlu berpikir untuk mencari makanan. Mereka juga tidak dipekerjakan di sawah, sebagai gantinya kerbau atau binatang lain bertugas membajak sawah atau mengangkut barang. Sapi yang sudah tua dan tidak menghasilkan susu lagi pada umumnya dilepaskan ke alam bebas.

Berjalan di daerah kampung pedalaman India sangatlah indah. Ada bangau yang terbang bebas, ada monyet yang loncat di sana-sini, ada juga burung merak. Kalau sapi? Sudah jelas mereka menikmati kebebasan ke mana pun yang mereka inginkan, namun mereka harus terus membanting tulang untuk mendapatkan sesuap “makanan” demi kelangsungan hidupnya.


Sapi bebas di stasiun kereta api Etawah

Sapi bebas ini kadang menjadi amukan petani, mengapa? Karena sapi bebas ini dengan naluri alamiah melabrak ladang atau sawah, kemudian melahap sayur-sayur hijau dan sebagainya. Para petani akan mengejar dan mengusir. Urusan tidak pernah beres sampai di situ saja. Bagi mata sapi, ladang dan sawah yang penuh sayur adalah lumbung makanan, wajar saja kalau mereka akan kembali menyerbu lagi. Bagi sapi adalah berkah, tapi bagi petani adalah petaka.

Baca juga: Meringankan Penderitaan

Tak hanya petani, tapi para pedagang juga kerepotan. Ada saja sapi yang mencoba untuk memakan sayur dagangan para pedagang. Anda bisa melihat adegan pedagang sayur berjibaku dengan sapi, berbagai jurus karate dan kung fu dikeluarkan untuk mengusirnya, bahkan acap kali mereka menggunakan kayu atau alat untuk menepok pantat sapi agar mereka kapok dan tak kembali lagi.

Naluri makan para sapi tentu saja tak akan berhenti, selama mereka masih hidup tentu saja membutuhkan makanan. Mereka tak punya pilihan, karena makan sayur segar bisa kena tepokan, aduhai sakit rasanya, makan sayur di pasar juga bisa kena karate atau kungfu, akhirnya mereka terpaksa harus mengais-ngais di tumpukan sampah demi sesuap “makanan”.

Bebas terikat
Tak heran kalau sapi bebas ini akhirnya diciduk oleh para petani, lalu diikat di berbagai tempat dengan harapan para sapi bebas ini tidak lagi merusak maupun menyantap sayur-sayur di ladang. Sapi bebas akhirnya menjadi sapi terikat, walaupun terikat, mereka tetap di beri makanan kok.

Di beberapa desa yang saya kunjungi di India pada awal bulan semi, banyak terlihat sapi, kerbau, bahkan ada kambing yang diikat di setiap daerah. Awalnya saya kira kok mereka diikat? Teman saya menjelaskan, karena sapi, kerbau, dan binatang-binatang lainnya sering bikin repot para petani, jadi mau tidak mau mereka diciduk lalu diamankan.


Terbang bebas di angkasa

Bebaskah Anda?
Demikianlah kisah nyata sapi yang bebas di India, mereka tidak sepenuhnya bebas loh. Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah apakah Anda adalah manusia yang benar-benar bebas?

Selamat merenungkan kebebasan dan ketidak-bebasan. Semoga Anda menjadi lebih bebas, minimal bebas dari kejaran polisi, bebas dari jeruji besi, dan sering-sering bebas dari smartphone atau media sosial karena dunia di luar sana sangat indah daripada layar sentuh. Semoga damai, tenang, tenteram, sentosa, dan bahagia. (nyanabhadra.org)

Bhante Nyanabhadra

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala.

Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Anwar Nagara

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala. Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *