• Saturday, 8 June 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Surahman

Saṅghanāyaka Saṅgha Theravāda Indonesia Y.M. Sri Subhapañño Mahāthera, menyampaikan wejangan Dhamma tentang pentingya mencintai diri sendiri pada perayaan Waisak di Vihara Dhamma Puspita, Dusun Cendono, Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Temanggung, Kamis (6/6/2024).

Perayaan ini dihadiri oleh umat Buddha dari dua puluh vihara di wilayah Kaloran Timur. Selain Bhante Subhapanno, dua Bhikkhu Sangha yang turut meghadiri acara adalah Bhante Dhammakaro dan Bhante Guttadhammo.

Perayaan dikemas dengan perpaduan budaya Jawa, termasuk juga alunan gending-gending Jawa yang mengalun indah mengiringi persembahan sarana puja. Ibu-ibu nampak anggun mengenakan kemeja dan bersanggul, sementara kaum bapak-bapak mengenakan beskap dan blangkon begitu rapi bersila di barisan depan dalam ruangan Dhammasala.

Usai persembahan sarana puja, umat melakukan puja bakti dan dilanjutkan dengan mendengarkan uraian Dhamma yang disampaikan oleh Bhante Sri Subhapanno. Dalam ceramahnya, bhante menjelaskan bahwa keuntungan menjadi manusia adalah mempunyai akal budi, yang bisa digunakan untuk mencintai diri sendiri dan berdampak pada pengendalian diri.

“Kalau kita punya akal budi, kita bisa mengendilakan diri, mengendalikan indria. Kita bisa memunculkan pikiran-pikiran yang baik, yang diliputi cinta kasih dan kasih sayang kepada diri sendiri,” terang bhante.

Menurut bhante, memunculkan cinta kasih kepada diri sendiri merupakan langkah awal untuk mencintai orang lain. Bhante menjelaskan bahwa bukti kalau sesorang mencintai dirinya sendiri adalah tidak melakukan keburukan sekalipun masih bisa melakukan keburukan, tidak melakukan kejahatan meskipun masih belum bebas dari kejahatan.

Bagi bhante, suatu hal yang tidak mungkin bagi seseorang yang tidak mencintai diri sendiri bisa mencintai orang lain. Hal ini juga berlaku untuk semua lingkup kehidupan, utamanya dalam lingkup keluarga. Bhante menekankan pentingnya orang tua mempunyai cinta kasih yang besar dan melatih kebijaksanaan dalam mendidik anak-anaknya.

“Mungkin kepada pasangannya, mungkin kepada anaknya, semakin seseorang matang semakin bijaksana karena pengalaman dan usianya. Banyak cara menegur anak, tidak harus marah-marah. Tidak perlu orang tua mendidik anak dengan omongan yang kasar, sudah cukup dengan kata-kata yang semestinnya dilakukan oleh orang bijak,” tegas bhante.

“Bicara soal emosi, semua orang punya emosi, tetapi kalau kita bisa menahan emosi diri, tidak akan sampai keluar kata-kata yang tidak enak, yang menyakitkan orang lain.”

Lebih jauh bhante memaparkan, bahwa melatih cinta kasih dan kebijaksanaan akan berdampak pada kemampuan menahan diri dari emosi-emosi negatif yang muncul. Salah satu cara menahan diri adalah dengan cara melatih pikiran untuk menyadari kemunculan emosi tersebut di dalam diri. Bhante menyoroti bahaya besar bagi orang yang tidak mampu menahan atau mengendalikan diri.

“Pikiran-pikiran seperti, “Kalau saya belum memarahi orang, belum memaki-maki orang, saya belum puas,” ini berbahaya. Pikiran tersebut wujud kesenangan dalam keburukan, dan akibatnya akan merugikan diri sendiri juga orang lain. Bahkan lebih bahaya lagi, ada orang yang sampai berpikir kalau belum membunuh orang belum tenang. Pemikiran semacam ini sangat berbahaya sekali,” tandasnya.

Manfaat lebih jauh pengendalian diri, bhante melanjutkan, adalah untuk mengurai atau melepas kemelekatan. Orang yang berkurang kemelakatannya, menjadi orang yang ringan kemana pun dia pergi dan selalu merasa nyaman di mana pun dia berada. Berkurangnya kemelekatan berarti bertambahnya kebahagiaan.

“Bagaimana mengurangi kemelekatan, berlatih dengan praktek berdana, saling berbagi satu sama lain, ikut pelatihan-pelatihan praktek Dhamma. Bentuk kemelekatan juga termasuk pendangan, yang benar dipandang tidak benar, dan yang tidak benar  dipandang benar. Ini juga kemelekatan yang berakibat buruk yang mempengaruhi pola perilaku dan kehidupan seseorang,” lanjutnya.

“Maka perlu kita membenahi cara pandang yang sesuai dengan Dhamma,” tandasnya lagi.

Menjelang akhir ceramahnya, bhante mengajak para umat untuk tetap teguh meneladani Sang Buddha dan hidup sesuai dengan Dhamma. Bhante juga berpesan, umat tidak perlu takut akan masa depan apalagi berkecil hati sebagai penganut ajaran Sang Buddha. Bhante menekankan hal terpenting adalah saat hingga ke depan tetap berjalan di jalan Dhamma.

“Tidak perlu takut nanti kalau kita meninggal mau lahir di alam mana, tidak usah dipikir, itu urusan nanti, yang terpenting sekarang ini kita tetap di jalan ajaran Sang Buddha. Sudah dikatakan oleh Sang Buddha dalam Mahanama Sutta, bahwa kalau kita sudah terbiasa terlatih dalam dana, moral, samadhi, dan kebijaksanaan, kita tidak akan jatuh di alam rendah,” pungkas bhante.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *