Dharma Buddha dapat dibagi menjadi dua kendaraan, yaitu Hinayana dan Mahayana. Sedangkan Hinayana sendiri dapat dibedakan menjadi kendaraan Shravaka dan kendaraan Pratyeka Buddha. Para Shravaka dan para Pratyeka Buddha dapat dibedakan berdasarkan keterbatasan dan keunggulan relatif dari kemampuan mereka serta hasil yang mereka capai, tetapi unsur-unsur utama dari Jalan yang mereka ikuti pada dasarnya adalah sama.
Orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk mengikuti kedua kendaraan Hinayana ini, menganut pandangan ini demi pembebasan mereka sendiri, karena mereka merasakan pentingnya untuk lebih dulu membebaskan diri mereka sendiri secepat mungkin dari siklus samsara. Karena penyebab utama dari keterbelengguan dalam samsara adalah kemelekatan terhadap sang aku, maka penyebab utama untuk mencapai kemerdekaan dalam kebebasan adalah kebijaksanaan yang menyadari pengertian ke-tanpa aku-an (anatta).
Jadi, kaum Shravaka dan para Pratekya Buddha, sebagaimana halnya para bodhisattva, menyadari ke-tanpa aku-an (anatta). Mereka bermeditasi terhadapnya dibarengi dengan jalan lain dalam hal perilaku moral, konsentrasi meditatif, (sila, samadhi) dan sebagainya, dan dengan demikian memadamkan segenap nafsu, ketamakan, kebencian, ketidaktahuan, (lobha, dosa, moha), dan sebagainya.
Sekalipun kaum Hinayana tidak melibatkan diri dalam Jalan ini dengan maksud untuk mencapai Kebuddhaan, dalam kenyataannya, jalan yang mereka tempuh merupakan cara yang penting untuk membimbing orang-orang ini pada tahapan Kebuddhaan. Jadi, janganlah menyalahartikan jalan Hinayana semata-mata sebagai sebuah halangan bagi pencapaian Pencerahan, karena Sutra Saddharmapundarika dan naskah-naskah lain mengajarkan bahwa jalan ini juga merupakan jalan untuk mencapai Kebuddhaan.
Buddha muncul di dunia ini agar makhluk hidup dapat memiliki wawasan kebijaksanaan sebagaimana yang Beliau miliki. Jadi, Jalan yang diperagakan oleh Buddha merupakan cara yang pasti membimbing makhluk hidup menuju Kebuddhaan. Sekalipun Jalan Hinayana tidak secara langsung membimbing menuju Kebuddhaan, diajarkan bahwa dalam kenyataannya para penganut Hinayana memasuki Mahayana dan merealisasi Kebuddhaan.
Meskipun para penganut Hinayana, sebagaimana halnya penganut Mahayana, menyadari bahwa fenomena adalah sunya dari keberadaan sang aku, bukan berarti bahwa sama sekali tidak terdapat perbedaan antara Hinayana dan Mahayana.
Doktrin-doktrin Mahayana tidaklah semata-mata mencakup ke-tanpainti-an dari semua fenomena, mereka juga mengajarkan tahapan-tahapan bodhisattva, kesempurnaan paramita, doa-doa untuk mencapai Penerangan Sempurna demi segenap makhluk hidup, welas asih agung, dan sebagainya. Mereka juga mengajarkan pelimpahan jasa demi Pencerahan, kedua penumpukan dari kebajikan dan kebijakan, serta realita nan tak terbayangkan yang dimurnikan dari segenap noda/kilesa.
Dengan demikian, Mahayana dan Hinayana bukanlah dipilah berdasarkan perbedaan dalam sudut pandang filosofis mereka, melainkan, mereka dibedakan berdasarkan apa yang secara khusus mereka laksanakan dan tidak laksanakan dalam keseluruhan cakupan cara-cara terampil.
Berikut ini adalah pernyataan Arya Nagarjuna dan siswa-Nya, Aryadeva: Seorang ibu merupakan penyebab umum bagi semua putranya, dan ayah mereka merupakan penyebab untuk membedakan ras mereka. Sebagaimana sang ibu, penyempurnaan kebijaksanaan, merupakan penyebab umum bagi para putra, keempat jenis arya: Shravaka arya, Pratekya Buddha arya, Bodhisattva arya, serta Buddha arya. Penyebab bagi pemilahan mereka menjadi secara khusus termasuk dalam silsilah Hinayana atau Mahayana, adalah, apakah mereka memiliki metode untuk mengembangkan bodhicitta dan seterusnya, atau tidak.
Mahayana secara umum, sebagaimana halnya Hinayana, dapat dipilah lagi menjadi dua kendaraan: Paramitayana dan Mantrayana. Tujuan umum dari Mahayana adalah melatih diri dalam enam kesempurnaan paramita yang penerapannya muncul dari hasrat untuk memiliki Pencerahan tertinggi semata-mata demi semua makhluk. Jelaslah bahwa seseorang maju dalam Mantrayana dengan cara yang sama, karena inilah yang diajarkan dalam tantra.
Bagaimanapun, para praktisi Mahayana yang menganut Paramitayana semata-mata mengambil sebanyak mungkin bagian yang umum dari Sang Jalan, sementara para penganut Mantrayana melatih dan mengembangkan Kesempurnaan paramita dengan menggunakan teknik-teknik khusus tantrk yang tidak diajarkan dalam Paramitayana.
Istilah “Kendaraan Sebab,” “Paramitayana,” dan sejenisnya, adalah sinonim, sedangkan “Mantrayana,” bersinonim dengan “Vajrayana,” “Kendaraan Akibat,” dan “Kendaraan Metode.” Terdapat perbedaan antara Kendaraan Sebab dan Kendaraan Akibat: Kendaraan Sebab adalah kendaraan Mahayana di mana tidak terdapat cara meditasi tentang bagaimana seseorang memiliki suatu aspek yang mirip dengan salah satu manapun dari akibat-akibat dari empat kemurnian lengkap dalam periode pelatihan Sang Jalan.
Mahayana
Kendaraan Mahayana yang di dalamnya terdapat cara meditasi tentang diri sendiri yang seolah memiliki aspek yang menyerupai empat kemurnian sempurna selama periode pelatihan Sang Jalan, disebut “KendaraanAkibat” atau “Mantrayana.” Inilah yang dikatakan oleh Master Tsongkapa dalam Ngag Rim Chenmo: “Dalam kaitannya dengan kendaraan, karena ia merupakan kendaraan yang, katakanlah, mengantarkan, akibat-akibat yang diinginkan di sini, dan penyebab yang menginginkanya, maka ia disebut “kendaraan.” Yang merupakan akibat yaitu empat kemurnian lengkap dari tempat kediaman, tubuh, milik, serta aktivitas, istana seorang Buddha, jasmani, kesejahteraan/kemakmuran, serta tindakan.
Seseorang bermeditasi dalam masa sekarang, tentang bagaimana seseorang seolah-olah memiliki sebuah kediaman surgawi yang megah, para pengikut astral, kelengkapan ritual surgawi, serta tindakan ilahiah dalam memurnikan semesta beserta isinya, sebagaimana layaknya seorang Buddha. Jadi, itu merupakan Kendaraan Akibat, karena seseorang melaju melalui meditasi terhadap dan dalam kaitannya dengan kendaraan akibat-akibat.”
Jadi, Mahayana sebagai keseluruhan, dibagi menjadi Paramitayana dan Mantrayana karena kedua kendaraan ini memiliki cara yang berbeda secara substansial dalam mencapai Tubuh Perwujudan Buddha yang secara keseluruhan menyempurnakan tujuan dari yang lain.
Baca juga: Tantra Kiri dan Tantra Kanan
Secara umum, Hinayana dan Mahayana bukanlah digolongkan karena adanya perbedaan dalam hal wawasan mereka tentang kesunyataan, tetapi seharusnya digolongkan berdasarkan berbagai perbedaan dalam metode mereka, sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Secara khusus, meskipun Mahayana dibagi lagi menjadi Paramitayana dan Mantrayana, ini juga bukan mengacu pada perbedaan dalam wawasan kebijakan mereka yang menyadari kesunyataan nan luhur; kedua sistem Mahayana ini seharusnya dipilah dari sudut pandang tentang perbedaan dalam metode mereka.
Aspek utama dari metode dalam Mahayana adalah bagian yang terkait dengan pencapaian Tubuh Perwujudan (Nirmanakaya), dan metode untuk mencapai Tubuh Perwujudan (Nirmanakaya) dalam Mantrayana adalah Yidam Yoga yang bermeditasi terhadap diri sendiri seolah-olah memiliki aspek yang sama dengan Tubuh Perwujudan (Nirmanakaya). Metode ini lebih unggul dibanding metode yang digunakan dalam Paramitayana.
Sehubungan dengan siswa, terdapat 4 tipe siswa dalam Mantrayana: inferior, menengah, superior, dan yang paling unggul. Keempat kelas tantra diajarkan pada siswa berdasarkan keempat jenis klasifikasi dalam hal pemikiran. Karena para siswa memasuki Mantrayana melalui empat kelas tantra, keempat kelas ini diibaratkan seperti “empat pintu.” Jika Anda penasaran ingin mengetahui, keempat pintu tersebut adalah Tantra Ritual (Kriya Tantra), Tantra Perilaku/ Tindakan (Charya Tantra), Yoga Tantra, serta Yoga Tantra Tanpa Banding (Anuttara Yoga Tantra). (www.dalailama.com)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara