Tidak seperti Dhamma talk pada umumnya dimana tema sudah dipersiapkan dari awal, Bhikkhu Jaganatha justru ‘menantang’ undangan yang hadir di Dhamma talk di Buddhist Fellowship Indonesia (BFI) House, Jakarta pada hari Sabtu (4/72015) untuk meminta topik bahasan kepadanya secara spontan. Dari beberapa topik yang diajukan, akhirnya topik yang paling banyak diminati undangan adalah tentang kamma, kelahiran kembali, dan saat-saat terakhir menjelang kematian.
Bhante Jaganatha menjadi pembicara di BFI House dua kali pada Sabtu dan Minggu. Sebelum Dhamma talk, pada hari Sabtu, ia memberikan bimbingan meditasi setengah hari. Penjelasannya mudah dipahami dan sesekali dibumbui humor, seperti melihat Ajahn Brahm muda.
Bhante Jag, begitu ia akrab dipanggil, adalah kelahiran Australia. Ia ditahbiskan menjadi bhikkhu di vihara hutan Pa-Auk Monastery, Myanmar pada Juni 2007. Saat ini ia tinggal di vihara hutan Newburry Buddhist Monastery, di dekat Melbourne.
Bhante Jaganatha menjelaskan, Kamma didefinisikan sebagai niat atau kehendak, dimana di dalam diri kita memiliki empat hal, yaitu perasaan, persepsi, kehendak, dan kesadaran. Empat hal ini ditambah dengan tubuh jasmani kita, adalah apa yang kita kenal sebagai panca khanda. Panca khanda terbagi dari dua, yaitu nama dan rupa. Empat hal pertama yang disebutkan sebagai perasaan, persepsi, kehendak dan kesadaran, merupakan kelompok dari nama (batin), sedangkan rupa adalah tubuh jasmani kita.
Kamma adalah niat yang muncul sebagai bagian dari batin kita. Dengan adanya empat hal dari batin kita inilah yang menyebabkan kita mengalami kelahiran kembali, sementara tubuh jasmani kita saat sudah habis waktunya akan rusak dan hancur. Sedangkan batin kita akan mencari tubuh jasmani yang baru, yang sesuai dengan empat hal tersebut.
Namun kelahiran kembali juga bukan definisi yang tepat untuk proses ini. Bukan sebuah pandangan yang benar menurut Bhante Jaganatha bila kita beranggapan kelahiran kembali seperti benda yang didaur ulang, dimana ada bagian dari benda tersebut yang masih terbawa ke tempat yang lain. Karena jika berpikir demikian, kita akan tidak sejalan dengan konsep anatta (tanpa inti).
Kamma atau niat ini sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Kamma baik, kamma buruk dan kamma yang tidak baik dan juga tidak buruk atau netral. Contoh dari kamma yang netral adalah seperti kita sedang menggaruk kulit kita atau seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian arahat.
Ia yang memiliki perasaan, persepsi, kehendak dan kesadaran yang terakumulasi melalui kehendak-kehendak yang dilakukannya selama hidup akan membentuk batinnya, dan ketika ia harus mengalami kelahiran kembali, ia akan “mencari” tubuh jasmani yang sesuai dengan batinnya.
Itulah sebabnya seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian arahat tidak lagi terlahir kembali atau ia yang selama hidupnya suka marah-marah akan terlahir dengan wajah yang buruk. Hal ini disebabkan karena sepanjang hidupnya, ia suka marah-marah dan berwajah menyeramkan. Begitu juga mereka yang suka mencari masalah dalam hidupnya akan dapat terlahir di alam asura (raksasa) yang suka mencari masalah dan berperang dengan para dewa, mereka yang serakah dan iri hati akan dapat terlahir dalam akan peta (setan), dan seterusnya.
Jika kita ingin tahu di mana kita akan terlahir, atau kerabat kita akan terlahir setelah meninggal, Bhante Jag, menyarankan kita melihat kehidupan sehari-hari orang tersebut. Apakah ia seseorang yang baik? Apakah ia menjaga silanya dengan baik? Apakah ia menjalankan praktik meditasi dan lain sebagainya? Dengan mengetahui hal ini, kita dapat memiliki gambaran ke mana seseorang akan terlahir kembali.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara