• Wednesday, 26 September 2018
  • Sunyaloka
  • 0

Geshe Tenzin Zopa berkenan menjelaskan tentang Candi Mendut, berikut penjelasannya yang kami rangkum dalam tulisan pendek ketika kunjungannya di Candi Mendut beberapa waktu silam.

Salah satu bukti yang dapat kita lihat hari ini, di sekitar Candi Mendut, kita akan melihat Candi Bunda Tara, kita akan melihat banyak delapan candi bodhisattva lainnya, dan yang paling penting dari semua itu, kita bisa melihat Buddha Maitreya di Candi Mendut ini, melihat Chenrezig, dan Vajrapani di sini.

Arca Maitreya ada lebih awal dari stupa Borobudur seperti yang sudah diajarkan oleh arkeologi dan kita dapat melihatnya dalam sejarah. Karena itu, seperti yang saya sebutkan bahwa para praktisi ini, mereka tidak akan meletakkan arca sesuka-hatinya; pokoknya di mana pun asal ada tempat saja. Ada hal yang sangat penting bahwa di lahan tertentu saja, dan sesuai dengan tempat yang tepat dan ada kaitannya dengan yang dipraktikkan.

Pertemuan di antara dua sungai yang bersebelahan dengan Candi Mendut

Apa yang kita lihat dalam sejarah pertemuan kedua sungai yang berada dekat di sebelah sini (Candi Mendut) dan tempat ketika Lama Atisha bertemu dengan Lama Serlingpa, dan saat Lama Atisha tinggal selama 12 tahun serta bermeditasi tentang bodhicitta dan mendapatkan realisasinya.

Saya pikir Candi Mendut ini adalah yang paling penting. Tidak ada seorang pun dari para Lama dari Tibet atau bahkan bhikkhu utama Theravada di sini, begitu juga termasuk sejarawan, arkeolog, tidak ada satu pun yang benar-benar memperhatikan/peduli akan tempat yang utama ini.

Ada salah satu pembicara yang juga seorang ahli purbakala yang sangat senior, ia seorang profesor di universitas dan ia secara terbuka mengatakan bahwa mereka masih belum mengetahui tempat yang tepat, mereka masih mencari.

Saya agak tidak sengaja, kebetulan berada di sini dan tidak ada yang membicarakan tempat ini. Karena meski secara lahiriah kita melihat candi ini agak rusak, dan pas di samping jalan raya menuju Borobudur tapi umumnya orang-orang mengabaikannya, bahkan pemandu wisata kebanyakan tidak membawa orang ke sini karena tidak begitu menarik.


Foto: Javaloka.com

Lama Serlingpa mendapatkan pandangan langsung dari Maitreya

Candi Mendut tidak menonjol secara bangunan, itu sebabnya banyak Lama dari Tibet yang mencoba mencari tahu tempat ini tapi kemudian mereka tidak diperkenalkan ke tempat ini, tapi mungkin mereka kehilangan jejak tentang tempat ini.

Saya tidak tahu untuk orang lain. Bagi saya tempat ini sangat berarti. Saya pikir jika kita menggunakan penalaran logis tempat ini sangat penting untuk latihan/praktik ini. Bisa jadi tempat tinggal Lama Atisha selama dua belas tahun. Bisa jadi tempat Lama Serlingpa memiliki visi langsung tentang Maitreya. Itu sebabnya arca ini ada di sini. Untuk Lama Serlingpa, pengerjaaan hal-hal besar terjadi di Sumatera dan tempat lain… saya tidak tahu namanya.

Baca juga: Mengapa Candi Mendut Sangat Penting?

Arca Buddha Maitreya di Candi Mendut ini seharusnya berada di sana (Sumatera) tapi mengapa arca ini ada di sini? Ada bangunan candi-candi megah, bangunan monumen yang bagus tapi kita tidak dapat melihat monumen semacam ini di sana.

Bagi para praktisi Mahayana dan Vajrayana, saya pikir tempat ini dapat memberi kita keuntungan besar untuk menerima berkah di hati kita untuk pengembangan bodhicitta. Salah satu alasan mengapa kita pergi dan mengunjungi tempat-tempat suci di seluruh dunia, memberikan banyak usaha secara fisik, keuangan, waktu adalah untuk menerima berkat ke dalam hati kita yang berkaitan dengan para Buddha, Guru, dan praktik tersebut.

Tantangan Lama Atisha untuk menerima restu

Bagi mereka yang terinspirasi untuk menumbuhkan welas asih yang besar, mereka yang terinspirasi untuk menjadi Buddha, ingin mewujudkan altruisme (sifat yang tidak mementingkan kepentingan orang lain), saya pikir tempat ini adalah tempat yang tepat bagi kita untuk menerima restu secara khusyuk melalui keyakinan dan keyakinan yang kita bangun dengan mendengarkan cerita, mendengarkan apa yang terjadi di masa lalu.

Salah satu cerita yang membawa dampak kuat ke dalam hati kita adalah kisah Lama Atisha Dipankara selama dua belas bulan berlayar dari pusat India menuju Sumatera melalui lautan untuk datang ke sini hanya untuk satu tujuan untuk menerima berkat bodhicitta. Jika hanya diartikan lewat sepotong kata saja, sangat sedikit artinya, sangat minim kata-katanya.

Transmisi ajaran bodhicitta Tujuh – Teknik/Metode dari hukum Sebab dan Akibat hanya beberapa kata saja. Mungkin hanya tujuh kata saja. Tapi kemudian untuk menerima berkat dari rangkaian mental kita, ini membutuhkan dedikasi yang luar biasa, ini membutuhkan penyucian yang luar biasa, ini membutuhkan banyak jasa kebaikan. Dengan melalui begitu banyak kesulitan, hanya untuk berada di sini untuk menerima berkat itu. Dalam perihal kita, sangat mudah kita terbang, kita datang dengan pesawat terbang, kita tinggal di hotel yang nyaman.

Perjalanan untuk tujuan yang sama

Dengan demikian, saya yakin bahkan arca yang megah ini dan tempat ini tidak mempunyai akses begitu mudah untuk saat itu. Mungkin sekarang jauh lebih baik, siapa tahu, jadi apapun caranya melalui mendengarkan dedikasi dari Lama Atisha, maka kita pun punya tujuan yang sama. Hanya saja kurang kesulitannya. Jaraknya sangat jauh, beberapa dari kalian datang dari Amerika, Australia, dan lain-lain. Jaraknya cukup jauh.

Saya sendiri datang dari Himalaya. Untuk perjalanan yang lebih mudah dengan tujuan yang sama, tapi kita mendapat manfaat yang sama. Lebih dari itu dengan restu yang sudah diselesaikan oleh Lama Atisha, agar kita mendapat restu lebih mudah dari itu.

Karena itu, lagi-lagi kita semua merasa sangat bernasib baik dan merasa beruntung dan merasa bahagia dan mencoba merasakan kehadiran Buddha Maitreya tidak dalam bentuk arca tapi dalam bentuk sebenarnya. Cobalah untuk menggunakan visualisasi kita sendiri. Cobalah kembali sekali lagi, bagaimana Lama Serlingpa memiliki visi Buddha Maitreya, telah menerima restu ajaran ini. Tentu saja, Lama Serlingpa menerima secara pribadi dari keberadaan gurunya, Dhammarakshita di India. Lama Serlingpa juga sebelumnya telah melakukan perjalanan ke India.

Salah satu yang paling istimewa dari Lama Serlingpa yang memiliki silsilah ajaran ini, bukan karena dia menerima dari seseorang tertentu saja, atau seorang guru besar tertentu saja, melainkan karena dia memiliki komunikasi khusus, komunikasi langsung dengan Buddha Maitreya.

Semoga kita masing-masing menerima transmisi langsung berkat bodhicitta, terutama, Tujuh – Teknik/Metode dari hukum Sebab dan Akibat langsung dari Buddha Maitreya seterusnya sampai dari silsilah dari guru kita dan untuk diri sendiri.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *