Menurut Dagri Lobsang Thumpten Namgyal, seorang guru Tibet yang mendapat pesan bahwa dalam kehidupan lampau, Dagri Rinpoche adalah Lama Serlingpa. Karena itu, Dagri Rinpoche merasa mempunyai ikatan kuat dengan Indonesia.
Kepada BuddhaZine, Dagri Rinpoche bercerita perjalanan Atisha Dipankara berguru pada Lama Serlingpa, “Yang terjadi saat itu, ajaran cinta kasih dan welas asih sudah hilang di India. Karena itu Lama Atisha bersama lima ratus guru dan tiga puluh orang biksu datang ke Indonesia untuk menerima instruksi cinta kasih dan welas asih dari Lama Serlingpa,” tutur Dagri Rinpoche mengawali ceritanya.
“Di zaman dahulu, perguruan tinggi Nalanda merupakan suatu pusat pengajaran Buddha yang sangat tinggi tingkatannya seperti di Tibet walaupun berbeda kondisi daerahnya. Kemudian seolah-olah pelajaran yang di Nalanda itu berpindah ke Tibet walupun ada perbedaan dalam bahasa dan budaya.
“Lama Atisha setelah tinggal di Tibet mengajarkan tentang pencerahan dan bodhicitta, ajaran yang didapat dari Lama Serlingpa itu kemudian menyebar ke seluruh Tibet dan bertahan hingga sekarang. Praktik-praktik dan kualitas tentang cinta kasih dan welas asih saat ini sudah menyebar ke seluruh dunia.
“Dalai Lama sudah sering mengajarkan ajaran ini ke seluruh dunia. Saya sendiri murid Dalai Lama yang berusaha selalu memperhatikan apa yang diajarkannya. Selalu traveling ke luar negeri, saat traveling itu saya selalu bertemu dengan para murid yang terdiri dari berbagai kalangan, pebisnis, pelajar, militer dan saya selalu memastikan untuk mengajarkan cinta kasih dan welas asih.
“Ajaran ini harus selalu disebarkan karena kalau tidak, bisa dirusak oleh kemarahan, keserakahan, dan kebencian. Yang lebih penting lagi adalah saling menjaga satu sama lain, saling menyayangi, itu adalah ajaran dari Lama Serlingpa.
“Seperti kita ketahui di Palestina orang Islam, Yahudi dan Kristen itu selalu ada masalah. Saya sering diundang oleh grup terutama para ibu-ibu dari berbagai agama yang berbeda ini, saya diminta mengajar dan apa yang saya sampaikan adalah tentang cinta kasih dan kasih sayang. Karena saya kira ini sangat berguna untuk mereka. Juga kepada para militer dan tentara, saya juga mengajarkan hal yang sama, supaya mereka dapat selalu bergandengan tangan satu sama lain.
“Inilah ajaran yang saya kerjakan sesuai dengan ajaran Serlingpa. Ajaran cinta kasih dan welas asih yang sekarang berkembang ke seluruh dunia adalah dari Indonesia. Jadi Anda bisa bayangkan pengaruh agama Buddha Indonesia pada dunia,” tutur Dagri Rinpoche.
Kekuatan jasa kebajikan
“Sebelum saya datang ke India, saya selalu berpikir India sebagai tanahnya para ariya (orang suci). Tetapi ketika pertama kali saya datang di Buddhagaya, saya melihat tanah itu sangat miskin, hanya banyak burung yang tinggal di sana. Tetapi kalau Anda lihat Buddhagaya sekarang ini, sangat berbeda dengan sebelumnya. Yang sekarang, komunitas di India dan Tibet sudah menaruh uang dan memperbaiki tempat itu, dan Anda bisa lihat sekarang perkembangan di sana yang sudah sejahtera.
“Saya mau membandingkan paralelnya Buddhagaya, sebelumnya Buddhagaya dibangun oleh para praktisi yang sangat tinggi karena itu pada masa itu Buddhagaya adalah tempat yang sangat subur. Setelah itu menjadi jatuh, rusak, dan India menjadi sangat miskin. Kemudian pemerintah India mencoba untuk melindungi dan membuat jasa kebaikan. Dulu di India itu, orang-orang hanya menaiki skuter tetapi sekarang sudah sangat makmur.
“Sebelumnya stupa di Buddhagaya itu kosong, tetapi sejak Dalai Lama datang dan menaruh patung Buddha di situ dan kepala Buddha itu ada emas asli, dan mengadakan kalachakra di Buddhagaya dan Anda lihat sekarang orang antre untuk datang ke Buddhagaya. Karena itu, menurut Dagri Rinpoche orang tidak boleh mengabaikan objek-objek suci. Objek suci, jasa kebajikan sangat berpengaruh untuk menghindari kemiskinan, kelaparan, dan bencana alam, bukankah itu sangat menakjubkan?
“Cerita lain dari Varanasi,” Dagri Rinpoche melanjutkan. “Pertama kali saya datang, debunya sangat tebal, siang hari panas sekali dan banyak nyamuk”. Melihat itu, Dagri Rinpoche mencari tau penyebabnya. Kemudian ia menemukan kitab suci dari kepala Vihara Sakya, dalam kitab tersebut tertulis sejarah India pada masa silam.
“Di India ada seorang raja yang merusak semua objek-objek suci demi membangun istananya sendiri. Dia mengambil mantra-mantra suci untuk kepentingannya sendiri, membuang relik-relik orang suci ke dalam sumur, jadi banyak perubahan yang sangat menyeramkan.
“Kemudian keadaan ini berubah drastis setelah pemerintah Thailand menaruh relik di stupa Varanasi. Cuaca jauh lebih baik, sekitar stupa suasananya lebih damai, penghijauannya sudah lebih baik. Di Varanasi sendiri masih kurang bagus tapi di sekitar stupa itu sudah bagus.
Mengakhiri uraiannya, Dagri Rinpoche menyampaikan ajaran Buddha sangat penting bagi dunia. Tetapi yang lebih penting lagi, bagaimana menerapkan ajaran Buddha untuk mengatasi penderitaan yang disebabkan oleh banyak hal. “Sebenarnya ajaran Buddha itu sangat penting, tetapi lebih penting itu ketika ada bencana kekeringan melanda, banyak penderitaan dialami oleh manusia, wabah penyakit menyebar. Itu adalah saat yang paling tepat untuk diajarkan kalachakra tantra,” pungkasnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara