• Thursday, 25 June 2015
  • Ngasiran
  • 0

Pesona Ajahn Brahm memang begitu kuat sehingga tidak hanya umat Buddha yang berduyun-duyun memadati ceramahnya, seperti yang terjadi saat bhikkhu bule yang kini bermukim di Australia itu melakukan talkshow di Magelang, Jawa Tengah pada Selasa malam (23/6/2015).

Sekitar 4000 orang memadati Gedung Tri Bakti, kebanyakan berasal dari daerah sekitar Magelang, termasuk umat Buddha dari pedesaan. Namun ada juga yang berasal dari luar Jawa Tengah.

Bukan hanya dihadiri oleh undangan yang lintas agama, para pengisi acara pun dari berbagai agama, yaitu ketika lantunan solawatan dikumandangkan teman-teman Gusdurian dan tarian dari paguyuban Gereja Santo Paulus Magelang. Selain itu, pengamanan juga dilakukan oleh Banser NU. “Kebahagiaan tidak memiliki agama” begitu kira-kira kata yang tepat untuk menggambarkan suasana malam itu, sesuai dengan tema talkshow “Hello Happiness”.

Ajahn Brahm hadir di Magelang di luar jadwal tur ke Indonesia yang berlangsung Maret 2015 lalu karena bertepatan dengan jadwalnya sebagai pembicara pada konferensi wanita Buddhis Internasional Sakyadhita di Yogyakarta sehari setelah talkshow.

“Ajahn Brahm adalah orang yang paling bahagia yang pernah saya temui dalam hidup,” kata Handaka Vijjananda sebagai moderator yang merupakan pendiri Ehipassiko Foundation, penyelenggara talkshow malam itu. Ia ditemani oleh Tasfan Santacitta sebagai penerjemah.

Mengawali sesi, Handaka memberondong Ajahn Brahm dengan berbagai pertanyaan. “Satu pertanyaan satu kalimat jawaban,” pinta Handaka.

“Kalau Ajahn mendapat sumbangan 100 miliar dollar, selain untuk membangun pusat meditasi, Anda apakan duit itu?” Dengan gayanya yang jenaka, bhikkhu yang telah melewati vassa lebih dari 41 tahun ini menjawab dengan santai, “Saya akan sumbangkan, karena terlalu banyak uang bikin pusing.”

“Apa ajaran Buddha yang paling penting?” menjadi pertanyaan kedua yang diajukan oleh Handaka. “Kebahagiaan. Akhir dari penderitaan adalah tercapainya kebahagiaan,” jawab Ajahn.

“Pesan terakhir Buddha sebelum parinibbana adalah apamadena sampadeta (berjuanganlah dengan penuh kesadaran/eling lan waspodo), kalau nanti Ajahn meninggal apa pesan terakhirnya?” Ajahn menjawab, “Selalu tersenyum.”

20150625 Ajahn Brahm Berbagi Kebahagiaan di Magelang_2  20150625 Ajahn Brahm Berbagi Kebahagiaan di Magelang_3

Lantas, apa sebenarnya konsepsi kebahagiaan menurut Ajahn Bram? Dan bagaimana agar semua orang tetap bahagia dalam menghadapi berbagai situasi hidup? Topik inilah yang dikupas dalam sesi talkshow setelahnya.

“Selama ini orang beranggapan bahwa sukses adalah penyebab kebahagiaan, namun bagi saya kebahagiaan adalah sukses itu sendiri,” terang Ajahn.

Ajahn mencontohkan, ada orang Australia datang kepadanya, dia bertanya bagaimana agar bisa sukses, “Saya menjelaskan, berilah perhatian penuh pada apa yang Anda kerjakan saat ini, misalnya ketika Anda bekerja di kantor, kerahkan perhatian dan perhatian untuk kerja pula, dan akhirnya orang ini bernar-benar sukses.”

“Jangan risaukan masa lalu, dan jangan risaukan masa yang akan datang,” tambahnya.

“Berpikir positif dalam menghadapi berbagai persoalan hidup akan membuat Anda menjadi bahagia. Contohnya, beberapa waktu yang lalu ada pesawat yang ditembak jatuh di kawasan Ukraina, dan saya akan melewati penerbagan yang sama. Ketika orang-orang tahu bahwa saya akan melewati penerbangan yang sama, mereka melarang saya, mereka takut saya akan dibom dan meninggal. Namun saya tetap terbang melewati penerbangan itu, dan saya menjelaskan kalau saya dibom akan ada tiga keuntungan buat saya. Yang pertama, tidak usah ada kremasi, karena biaya kremasi mahal apalagi di Indonesia. Yang kedua tidak usah ada pemakam yang biayanya tidak sedikit pula, jadi orang-orang tidak perlu berziarah jauh-jauh ke makam saya. Dan yang ketiga jika saya mati di ketinggian saya sudah dekat dengan surga,” jelasnya disambut dengan riuhnya tawa dan tepuk tangan undangan yang hadir.

Dalam sesi tanya jawab, makin jelas memperlihatkan bagaimana pengaruh dan inspirasi yang diberikan oleh Ajahn Brahm kepada umat Buddha Indonesia melalui buku-buku dan seminarnya. David, salah satu peserta yang datang dari Bandung, bertanya, “Setelah saya membaca salah satu buku Anda, Superpower Mindfulness, saya mendapat banyak kebahagiaan dan saya ingin menjadi bhikkhu di tempat Anda, apakah tempat Anda masih menerima penahbisan bhikkhu?”

“Karena banyaknya umat Buddha dari berbagai agama yang mendaftar menjadi bhikkhu di tempat saya dan tempatnya terbatas, sampai sekarang masih banyak yang masuk daftar tunggu. Tapi karena Anda hadir di sini malam ini, maka Anda saya masukkan dalam daftar teratas,” jawab Ajahn.

Acara malam itu juga diisi dengan lelang lukisan patung Buddha Candi Borobudur dan lukisan tiga peristiwa penting Waisak dengan menghadirkan pelukisnya, Sodiq, seorang pelukis Muslim asal Borobudur yang terbiasa melukis Buddha. Hasil dari lelang akan digunakan untuk membiayai anak asuh Ehipassiko Fondation yang berjumlah sekitar 2500 orang dan juga untuk bakti sosial lintas agama.

Mengakhiri sesi, Handaka Vijjananda selaku moderator yang pada hari sebelumnya sedang berulang tahun menjelaskan, “Saya tidak pernah menemukan kelemahan Bhante ini. Beliau selalu bahagia, namun ketika saya bertanya apa yang membuat Anda sedih? Beliau menjawab, kalau ada orang yang menyia-nyiakan hidupnya.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *