“Waduh, kenapa ya tadi saya ngomong gitu ke dia?” Pernahkah Anda mengalami kejadian seperti itu? Kejadian di mana Anda baru menyadari menyakiti orang lain setelah ucapan tersebut terucap dari mulut Anda? Apabila pernah, berarti kesadaran Anda kurang baik.
Pada dasarnya, setiap manusia pasti memiliki kesadaran. Perbedaannya adalah orang yang dalam hidupnya sering sadar dan orang yang sering tidak sadar. Dan untuk meningkatkan kesadaran, tidak diperlukan bakat tertentu, yang artinya semua orang pasti bisa asalkan rajin berlatih.
Ada banyak cara meningkatkan kesadaran. Dalam sebuah ceramah di Vihara Dharma Suci Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta pada Minggu (4/12), Bhante Uttamo memberikan contoh latihan kesadaran melalui Ikebana, seni merangkai bunga dari Jepang. Menurut sejarahnya, Ikebana merupakan bentuk dari meditasi bhiksu Zen pada periode Kamakura (1192-1333).
Bukan cuma dilakukan oleh bhiksu Zen, para samurai pada masa itu juga secara konsisten membuat Ikebana sebelum pergi berperang untuk berlatih konsentrasi. Oleh para samurai, Ikebana bukan hanya sebuah seni merangkai bunga, tapi sebagai simbol ketidakkekalan dari kehidupan.
Selain melalui Ikebana, Bhante Uttamo juga memberikan tiga tips sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari untuk membantu meningkatkan kesadaran:
Bertanya ke dalam diri, “Saat ini saya sedang apa?”
Cara paling sederhana untuk melatih kesadaran adalah dengan membiasakan bertanya ke dalam diri, “Saat ini saya sedang apa?” Pertanyaan ini bertujuan sebagai pengingat untuk selalu sadar mengenai hal apa pun yang sedang kita lakukan. Bhante Uttamo menjelaskan, apabila sedang makan, ya sadar kalau sedang makan. Apabila sedang menyetir, sadari kalau sedang menyetir.
Untuk membantu agar selalu ingat untuk bertanya ke dalam diri, Bhante Uttamo menyarankan tulisan “Saat ini saya sedang apa?” ditempel di tempat-tempat yang sering kita lihat, seperti di depan laptop, di pintu kulkas, di meja kerja, dan sebagainya. Hal ini bertujuan, agar kita selalu ingat untuk bertanya ke dalam diri kita.
Menumbuhkan rasa malu dan takut berbuat jahat
Untuk melatih kesadaran, juga bisa melalui pengkondisian. Caranya yaitu dengan berlatih memiliki rasa malu ketika berbuat jahat dan takut akan akibat perbuatan jahat. Bhante Uttamo menjelaskan, dalam menumbuhkan rasa malu, ingatlah bahwa apa pun yang kita lakukan juga berdampak pada nama baik keluarga bahkan marga kita. Ketika kita melakukan sesuatu yang baik, maka satu keluarga atau marga mendapatkan pujian (nama baik).
Sebaliknya, ketika kita melakukan sesuatu yang tidak baik, maka kejelekan kita mempengaruhi nama baik dari marga. Dengan menyadari hal ini, kita menjadi semakin waspada dan sadar atas setiap tindakan yang kita ambil. Karena apa pun itu, mampu mempengaruhi orang-orang yang kita cintai.
Selain rasa malu, Bhante Uttamo menekankan pada aspek takut akan akibat perbuatan jahat. Bhante Uttamo menyarankan, aspek ini diajarkan kepada anak-anak ketika masih kecil. Rasa takut akan akibat perbuatan jahat bisa diajarkan melalui hukum karma (apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai). Sebagai contoh, ketika anak kita mengambil mainan orang lain, kita bisa bertanya kepada anak kita, “Adik, apakah kamu mau mainan kamu diambil?” Apabila si anak berkata, “Tidak.” Kemudian kita akan menjelaskan, “Apabila kamu tidak ingin mainan kamu diambil, jangan mengambil mainan orang lain.”
Melalui pengajaran-pengajaran sederhana semacam ini tapi konsisten, maka akan membentuk karakter anak yang waspada akan setiap tindakan yang dia lakukan. Anak tersebut akan menyadari bahwa, “Kalau saya melakukan sesuatu, saya akan menerima akibatnya, baik ataupun buruk. Semua akan kembali ke diri saya.”
Rutin bermeditasi
Banyak orang merasa sulit melakukan meditasi, entah itu karena tidak sempat atau merasa tidak bisa melakukannya. Padahal, untuk berlatih meditasi, hanya diperlukan kemauan untuk menjalankannya secara rutin. Bhante Uttamo menyarankan, kesadaran dapat dilatih melalui meditasi pagi dan malam setiap hari selama minimal 15 menit. Dengan rutin berlatih meditasi, kita akan belajar memusatkan pikiran dan berlatih untuk fokus.
Bhante Uttamo menambahkan, selain berlatih meditasi sendiri di rumah, hasilnya akan lebih maksimal apabila juga mengikuti kelas-kelas meditasi. Hal ini bertujuan agar kita mendapatkan bimbingan dari para praktisi meditasi. Bhante Uttamo juga menjelaskan, hasil meditasi tidak bisa dilihat hanya dalam waktu 2-3 hari, tapi apabila kita konsisten melakukannya selama tiga bulan maka manfaat baik dari meditasi akan terlihat seperti lebih mampu mengendalikan diri dan menyadari apa yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan.
*) Michael Bliss dapat diikuti melalui blognya di https://michaelbliss.co
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara