• Thursday, 16 February 2012
  • Inge Santoso
  • 0

Pada tanggal 10-11 Desember 2011, saya menghadiri 7th Global Conference on Buddhism di Jakarta. Pembicara pertama adalah Ringu Tulku Rinpoche dengan topik “Hidup Tanpa Rasa Marah dan Takut”.

Ini adalah ringkasan ceramah Ringu Tulku Rinpoche.

Rasa Marah

Permasalahan dengan rasa marah terjadi saat kita tidak bisa berkompromi dengan amarah. Rasa marah merusak dan berbahaya bukan hanya bagi diri kita tapi juga orang lain. Kita kadang menyimpan rasa marah dan rasa benci di dalam hati, lalu menyimpan rasa sakit, dan akhirnya membahayakan diri kita sendiri. Kita kadang juga menyesali apa yang telah kita ucapkan atau melakukan sesuatu yang tak terkendali karena terbawa rasa marah.

Apakah amarah itu? Amarah adalah sebuah gangguan pada kedamaian batin. Ini biasanya mendorong timbulnya niat jahat dan menimbulkan perasaan gelisah.

Kita sering bereaksi terhadap suatu situasi dengan rasa marah karena kita tidak mengetahui ada alternatif selain marah. Pertama, kita perlu untuk mempelajari akibat yang ditimbulkan oleh marah. Rasa marah biasanya muncul ketika kita tidak puas atau ada sesuatu yang salah. Kedua, kita perlu mengubah rasa marah sehingga akibat yang ditimbulkannya tidak sampai menimbulkan ketidakbahagiaan bagi diri kita dan orang lain.

Sejumlah orang mengatakan kita perlu marah untuk melawan ketidakadilan. Saat berada dalam ketidakadilan, saat segala sesuatu tidak sebagaimana mestinya, Anda bisa memiliki rasa marah atau welas asih. Apa yang kita butuhkan adalah memahami bahwa rasa marah dan welas asih berasal dari sumber yang sama. Bedanya adalah bagaimana Anda melihat situasi tersebut.

Jika fokus Anda pada orang yang melakukan kesalahan itu, Anda akan marah. Jika fokus Anda pada masalahnya, Anda akan memiliki welas asih. Jika fokus kita pada masalahnya, tak perlu marah pada orangnya.

Walaupun ada yang bilang rasa marah menghasilkan energi dan kekuatan, welas asih justru bisa menghasilkan energi yang lebih besar. Rasa marah seperti sebuah nyala api. Begitu menyala akan membakar seluruh tubuh dan Anda akan kehilangan segalanya. Sebaliknya, welas asih membawa manfaat, menimbulkan antusiasme, sehingga menghasilkan energi besar yang tahan lama.

Bagaimana kita berkompromi dengan rasa marah? Kita harus melihat mengapa kita marah, temukan masalahnya. Kemudian temukan solusi masalah tersebut, solusi yang menguntungkan semua pihak.

Mudahkah berkompromi dengan rasa marah? Tidak mudah, karena kita terbiasa marah.

Kadang orang-orang bilang bahwa kita punya hak untuk marah. Ya, kita punya hak untuk marah, tapi kita harus ingat bahwa marah tidak menyelesaikan apa pun. Karenanya, lebih baik fokuslah pada pokok masalahnya dan berwelas asihlah.

Rasa Takut

Takut adalah perasaan khawatir sesuatu yang negatif akan terjadi. Rasa takut merupakan penderitaan karena walaupun semuanya baik-baik saja, rasa takut masih tetap menimbulkan ketidakbahagiaan. Contohnya, walaupun bekerja tidak membuat kita tertekan, tapi ketika rasa takut dan khawatir muncul, akan membuat kita tertekan dan tegang.

Kita perlu ingat bahwa rasa khawatir tidak membantu kita. Tak ada orang yang mengatakan bahwa sesuatu tak akan terjadi karena kita mengkhawatirkannya.

Apa yang harus kita lakukan? Kita membutuhkan cara terbaik untuk mencegah hal negatif jangan sampai terjadi, tapi jika kita tidak yakin bisa mengubah semuanya, maka janganlah mengkhawatirkannya. Rasa khawatir tidak mengubah apa pun dan malah hanya akan membawa penderitaan. Ketidakpastian adalah fenomena alamiah. Sebuah fakta yang harus kita terima. Jadi, bersiaplah dan lakukan yang terbaik!

Dengan memiliki rasa takut dan khawatir tidak mengubah apa pun, adalah bijaksana untuk belajar melepas rasa takut.

Beberapa orang mengatakan kita memerlukan rasa takut untuk bertahan, untuk terhindar dari bahaya. Bukanlah rasa takut yang akan membuat kita bertahan dan terhindar dari bahaya, melainkan kebijaksanaan!

Misalnya menyeberang jalan di India. Jika Anda ingin bisa menyeberang jalan di India, Anda tak boleh takut. Pikiran Anda harus jernih dan tidak mengembara ke mana-mana. Anda tidak boleh panik dan menyebaranglah secara pelan-pelan. Anda harus bijaksana dan tidak takut agar bisa menyeberang jalan.

Kesimpulannya,
Bukan rasa marah, namun welas asih!
Bukan rasa takut, namun kebijaksanaan!
Daripada hidup dengan rasa takut dan rasa marah, hiduplah dengan kebijaksanaan dan welas asih!

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *