“Latihan meditasi membangkitkan keyakinan kita bahwa kebijaksanaan dan welas asih yang kita butuhkan telah ada dalam diri kita,” Pema Chodron.
Pema Chodron, seorang guru Dharma di Vihara Gampo Abbey di Nova Scotia, Kanada. Merupakan siswa dari Dzigar Kongtrul, Sakyong Mipham Rinpoche, serta mendiang Chogyam Trungpa. Dalam tulisannya kali ini, ia menjelaskan aspek mendasar tentang meditasi.
Latihan meditasi membangkitkan keyakinan kita bahwa kebijaksanaan dan welas asih yang kita butuhkan telah ada dalam diri kita. Ia membantu kita untuk mengenal diri kita sendiri: bagian diri kita yang kasar dan bagian diri kita yang lembut, hasrat kita, agresi, ketidaktahuan dan kebijaksanaan.
Alasan mengapa orang membahayakan orang lain, penyebab mengapa bumi tercemar dan manusia serta hewan tidak bertindak dengan layak, dewasa ini adalah karena para individu tidak mengetahui atau memercayai atau cukup mencintai diri mereka sendiri. Teknik meditasi duduk yang disebut samatha-vipassana bagaikan sebuah kunci emas yang membantu kita untuk mengetahui diri kita sendiri.
Dalam meditasi samatha-vipassana, kita duduk tegak lurus dengan kaki bersilang dan mata terbuka, kedua tangan diletakkan pada paha kita.
Selanjutnya kita sekadar menyadari tentang pernapasan kita saat ia berembus keluar. Dibutuhkan ketepataan untuk ada di sana bersama napas tersebut. Di sisi lain, hal itu luar biasa santai dan lembut. Mengatakan, “Ada di sana bersama napas saat ia berembus keluar,” sama halnya dengan mengatakan, “Sepenuhnya hadir.” Ada di sini dengan apa pun yang sedang berlangsung.
Menyadari napas ketika ia berembus keluar, kita mungkin juga menyadari tentang hal-hal lain yang sedang berlangsung–suara-suara di jalanan, cahaya di dinding. Hal-hal ini sedikit menangkap perhatian kita, tetapi mereka tidak perlu menarik kita hingga terlepas. Kita bisa tetap duduk di sini, menyadari tentang napas yang sedang berembus keluar.
Tetapi bersama napas hanya merupakan bagian dari tekniknya. Pikiran-pikiran yang terus berlarian dalam benak kita merupakan bagian yang lain. Kita duduk di sini berbicara pada diri kita sendiri. Perintahnya adalah bahwa, ketika Anda menyadari Anda sedang berpikir, Anda memberikan label padanya: “berpikir.”
Welas asih terhadap yang lain dimulai dengan kebaikan hati terhadap diri kita sendiri.
Saat pikiran Anda mengembara, Anda berkata pada diri Anda sendiri, “Berpikir.” Apakah pikiran Anda penuh kekerasan atau bernafsu atau penuh dengan ketidaktahuan dan penyangkalan; apakah pemikiran Anda sedang khawatir atau penuh ketakutan; apakah pikiran Anda merupakan pemikiran-pemikiran spiritual, pikiran menyenangkan tentang betapa baiknya Anda bertindak, pikiran yang melegakan, pikiran yang meningkatkan, apa pun itu–tanpa menghakimi atau mengasarinya, sekadar berikan label “berpikir,” dan lakukan itu dengan kejujuran dan kelembutan.
Sentuhan pada pernapasan bersifat ringan, hanya sekitar 25% dari kesadaran yang ada pada pernafasan. Anda tidak menggenggam kuat-kuat atau memastikannya. Anda terbuka, membiarkan pernapasan berbaur dengan ruangan dalam kamar, membiarkan napas Anda sekedar pergi ke dalam ruang.
Selanjutnya ada sesuatu seperti penghentian sementara, sebuah jeda hingga napas yang berikutnya terembus keluar lagi. Ketika Anda menghirup napas, akan ada semacam perasaan seolah sekadar terbuka dan menanti. Ini seperti menekan bel pintu dan menunggu seseorang menjawabnya. Kemudian Anda kembali menekan bel dan menunggu seseorang untuk menjawab. Selanjutnya, mungkin pikiran Anda melantur dan Anda menyadari bahwa Anda sedang berpikir lagi–pada titik ini gunakanlah teknik pemberian nama.
Baca juga: Tiga Langkah Bersahabat dengan Diri
Penting untuk setia pada teknik. Jika Anda menemukan bahwa penamaan Anda bernada keras atau negatif, seperti ketika Anda berkata, “Sial!” bahwa Anda telah memberikan saat sulit bagi diri Anda sendiri, maka ucapkanlah hal itu sekali lagi dan lembutkanlah. Ini bukan seperti menembak mati pikiran seolah mereka adalah merpati keramik.
Sebaliknya, bersikaplah lembut. Gunakan bagian pemberian nama dari cara ini sebagai sebuah kesempatan untuk mengembangkan kelembutan dan kewelasasihan pada diri Anda sendiri. Dalam ranah meditasi, apa pun yang muncul tidaklah masalah. Poinnya adalah, Anda dapat melihatnya dengan jujur dan bersahabat dengannya.
Sekalipun itu memalukan dan menyakitkan, berhenti bersembunyi dari diri Anda sendiri adalah sangat menyembuhkan. Sungguh menyembuhkan untuk mengetahui semua cara licik Anda, semua cara Anda bersembunyi, semua cara Anda mematikan diri, menyangkal, menutup diri, mengecam orang, semua cara-cara aneh Anda yang picik. Anda bisa mengetahui semua itu dengan sentuhan rasa humor dan kebaikan hati.
Dengan mengenal diri Anda sendiri, Anda menjadi tahu tentang kemanusiaan secara keseluruhan. Kita semua menentang hal-hal seperti ini. Jadi, saat Anda menyadari bahwa Anda sedang berbicara pada diri anda sendiri, sebutlah itu, “berpikir,” dan amati tekanan suara Anda. Biarkan itu welas asih dan lembut dan jenaka. Maka Anda akan merubah pola-pola lama yang menjebak yang dimiliki seluruh umat manusia. (Lionsroar.com)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara