• Wednesday, 21 July 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Dalam agama Buddha dikenal dua macam cara pemujaan, yaitu: pemujaan dengan persembahan (Amisa Puja) dan pemujaan dengan pelaksanaan (Patipatti Puja).

Banyak kisah yang berkaitan dengan penerapan cara pemujaan dalam kehidupan sehari-hari, yang terjadi pada zaman kehidupan Buddha Gotama.

Sumana si penjual bunga

Kisah mengenai Sumana, si penjual bunga,  yang tidak mempersembahkan rangkaian bunganya kepada Raja Bimbisara tetapi justru mempersembahkannya kepada Buddha Gotama, yang waktu itu sedang melakukan pindapatta di kota Rajagaha, adalah salah satu contohnya. Berikut kisahnya:

Melihat Buddha Gotama yang sangat agung, penjual bunga Sumana sangat ingin mendanakan bunganya kepada Buddha, pada saat itu dan di tempat itu pula. Ia memutuskan, meskipun sang raja akan mengusirnya atau membunuhnya, ia tidak akan memberikan bunganya kepada raja pada hari itu.

Kemudian ia melemparkan bunganya ke samping, ke belakang, ke atas kepala Buddha Gotama. Bunga-bunga itu menggantung di udara; di atas kepala Buddha dan membentuk seperti payung-payung dari bunga. Di belakang dan sisi-sisi Beliau membentuk seperti dinding. Bunga-bunga ini terus mengikuti Buddha Gotama ke mana saja Beliau berjalan, dan ikut berhenti ketika Beliau berhenti.

Ketika Buddha berjalan, dikelilingi oleh dinding-dinding dari bunga dan dipayungi oleh bunga, dengan enam sinar yang memancar dari tubuhNya, diikuti oleh kelompok besar, ribuan orang dari dalam maupun dari luar kota Rajagaha. Bagi Sumana sendiri, seluruh tubuhnya diliputi oleh kegiuran batin (piti) yang teramat dalam. Tak lama setelah itu, istri Sumana menghadap raja dan berkata bahwa ia tidak ikut campur dalam kesalahan suaminya, karena suaminya tidak mengirim bunga kepada raja hari ini.

Raja yang telah mencapai kesucian tataran pertama (sotapana) merasa sangat berbahagia. Ia keluar istana untuk melihat pemandangan yang indah itu dan memberikan hormat kepada Buddha.

Raja juga mengambil kesempatan untuk memberikan dana makanan kepada Buddha dan murid-muridNya. Setelah makan siang, Buddha kembali ke Vihara Jetavana dan raja mengikutinya sampai beberapa jauh.

Dalam perjalanan pulang, raja memanggil Sumana dan memberikan penghargaan kepadanya berupa delapan ekor gajah, delapan ekor kuda, delapan budak laki-laki, delapan budak wanita, delapan orang anak gadis dan uang delapan ribu.

Di Vihara Jetavana, Bhikkhu Ananda bertanya kepada Buddha, apa manfaat yang akan diperoleh Sumana dari perbuatan baik yang telah dilakukannya pada pagi hari itu.

Buddha Gotama menjawab bahwa Sumana, yang telah memberikan dana kepada Buddha, tanpa memikirkan hidupnya, tidak akan terlahir di empat alam yang menyedihkan (Apaya) untuk beratus-ratus ribu kehidupan yang akan datang. Dan ia akan menjadi seorang Paccekabuddha. Setelah itu, Sang Buddha memasuki tempat kediaman pribadi (Gandhakuti) Beliau dan bunga-bunga itu jatuh dengan sendirinya.

Pemujaan terhadap Dhamma

Kisah mengenai Sumana si penjual bunga- merupakan salah satu contoh penerapan amisa puja kepada Buddha. Contoh penerapan amisa puja terhadap Dhamma terdapat dalam Mahagosingasala Sutta, Mulapannasaka, Majjhima Nikaya. Waktu itu ada seorang brahmana yang bertanya kepada Buddha bagaimanakah pemujaan terhadap Dhamma dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Duhai brahmana, apabila engkau mempunyai kehendak untuk memuja Dhamma, engkau dapat melakukannya dengan memuja para bhikkhu ‘bahussuta’ yang banyak mendengar, senantiasa merawat, mempertahankan serta melestarikan kemurnian Dhamma seperti Ananda, salah satu contohnya.”

Buddha menolak kurban

Kisah menarik tentang penerapan amisa puja terhadap Ariya Sangha, berhubungan dengan seorang brahmana paman Bhikkhu Sariputta, yang mempunyai kebiasaan mempersembahkan kurban agar dilahirkan di Alam Brahma. Mengetahui pamannya terperosok dalam pandangan sesat seperti itu, Bhikkhu Sariputta mengajak pamannya menemui Buddha. Demikian kisahnya:

Suatu ketika, Bhikkhu Sariputta bertanya kepada pamannya seorang brahmana apakah ia telah melakukan perbuatan-perbuatan baik. Sang Brahmana menjawab bahwa ia telah membuat persembahan senilai seribu kahapana (mata uang saat itu) setiap bulan untuk petapa-petapa Nigantha, dan berharap untuk dapat terlahir kembali di alam Brahma dalam kehidupannya yang akan datang.

Bhikkhu Sariputta menjelaskan kepadanya bahwa guru-guru pamannya telah memberikan harapan yang salah dan mereka sendiri pun tidak mengetahui jalan menuju alam Brahma.

Kemudian Bhikkhu Sariputta membawa pamannya menghadap Buddha dan memohon kepada Buddha untuk menjelaskan Dhamma, yang dengan pasti akan membawa seseorang ke Alam Brahma.

Buddha berkata, “Brahmana, persembahan sesendok dana makanan kepada seorang suci akan lebih baik daripada persembahan seribu kahapana kepada orang yang tidak suci.”

“Duhai Brahmana, perawatan terhadap Ariya Sangha atau pemujaan dengan persembahan materi kepada Ariya Sangha akan memberikan pahala jauh lebih besar daripada persembahan sajian kurban meskipun engkau lakukan selama seratus tahun.”

Apabila diterapkan secara benar, amisa puja niscaya akan membuahkan banyak pahala, bagaikan biji unggul ditanam di ladang yang subur.

Ia yang selalu menghormat dan menghargai mereka yang lebih tua, kelak akan memperoleh empat hal, yaitu: umur panjang (ayu), kecantikan/ketampanan (vanno), kebahagiaan (sukha) dan kekuatan (bala).
Dhammapada 109

Segala penimbunan jasa kebajikan niscaya akan memberikan kebahagiaan, apakah seorang Buddha masih hidup atau sudah mangkat, apabila batin orang yang memujaNya sama, maka pahalanya juga sama. Dengan memuja Buddha, seseorang akan menuju alam surga. Kemunculan seorang Sammasambuddha adalah untuk kepentingan banyak makhluk.

Dengan amisa puja ini, kupersembahkan puja dengan sepenuh hati, mengingat keluhuran Buddha; yang walaupun telah lama Parinibbana; semoga kebajikan Beliau yang abadi menerima puja kami ini; demi kebahagiaan, demi manfaat dan demi kesejahteraan kami untuk selama-lamanya.

*Dicuplik dari “Puja”terbitan Insight Vidyasena Production (2012).

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *