• Monday, 20 September 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Dalam perjalanan antara Rajagaha dan Nalanda, Buddha duduk di bawah pohon beringin, menunggu calon muridNya. Ketika Kassapa tiba di tempat tersebut dan melihat pancaran cahaya dari Buddha, merasakan pencerahan yang terpancar darinya, dia berpikir, “Dia pastilah Guru yang selama ini kucari-cari!”

Dia mendekati Buddha, memberikan penghormatan, bersujud di depan kakiNya dan berkata: “Yang Tercerahkan, Buddha, Anda adalah Guru saya dan saya adalah murid Anda!”

Buddha berkata: “Duduklah Kassapa. Aku akan memberimu warisanmu.” Beliau kemudian memberikan tiga nasehat: “Kamu harus melatih dirimu seperti ini Kassapa: ‘Harus ada dalam diriku rasa malu dan takut untuk berbuat jahat (hiri-ottappa) di hadapan senior-seniorku, murid-murid pemula, dan mereka semua yang berada dalam status sedang di dalam Persaudaraan.’

“Ajaran apapun yang kudengar yang membawa pada sesuatu yang bermanfaat, akan kudengarkan dengan telinga yang tajam, merenungkannya, dan menyerapnya dengan sepenuh hatiku.”

“’Kesadaran akan badan jasmani yang berkenaan dengan kesenangan tidak boleh diabaikan olehku!’ Demikianlah hendaknya kamu melatih dirimu sendiri.”

Kemudian keduanya berjalan menuju Rajagaha. Dalam perjalanan, Buddha hendak beristirahat dan meninggalkan sisi jalan menuju akar sebuah pohon yang besar. Maha Kassapa kemudian melipat jubahnya dan meminta Gurunya untuk duduk diatasnya, karena ini akan memberikan Kassapa banyak manfaat untuk waktu yang lama. Buddha akhirnya duduk di atas jubah Kassapa dan berkata:

“Sungguh lembut jubahmu, Kassapa.”

Mendengar ini Kassapa membalas:

“Semoga Yang Terbekahi, O Yang Mulia, berkenan menerima jubah ini sebagai belas kasih kepadaku!”

“Tetapi Kassapa, apakah kamu dapat mengenakan jubah kasar dan tua milikKu ini?”

Dipenuhi suka cita, Kassapa berkata:
“Tentu saja, Yang Mulia, aku dapat mengenakan jubah kasar dan tua milik Yang Terbekahi.”

Pertukaran jubah ini dapat dianggap sebagai kejadian luar biasa yang terjadi pada Kassapa, sebuah penghargaan yang tidak didapatkan oleh siswa-siswa lainnya. Dengan pertukaran jubah ini Buddha mungkin saja memiliki maksud untuk memotivasi Kassapa untuk mengamati beberapa “praktek sederhana” (dhutanga) misalnya, mengenakan hanya tiga set jubah, pergi berpindapatta dan tidak memiliki rumah. Ini akan menjadi sebuah perilaku dalam ketaatan dengan mengenakan jubah usang Buddha. Demikianlah yang dikatakan komentator. Akan tetapi, tawaran Buddha bisa jadi merupakan sebuah tindakan spontan dalam merespon persembahan jubah oleh Kassapa.

Kassapa sesungguhnya menjalani tiga belas praktek sederhana yang diijinkan Buddha untuk tujuan mengembangkan kesederhanaan, pelepasan, dan semangat. Pada kesempatan yang berbeda, Kassapa dikatakan Buddha sebagai yang terkemuka di antara para bhikkhu dalammenjalankan praktek sederhana. Siswa- siswa Kassapa juga mempraktekkan kesederhanaan yang serupa.

Hanya butuh waktu tujuh hari setelah penahbisannya dan pertukaran jubah itu Kassapa berhasil mencapai tujuan yang diperjuangkannya, tingkat kesucian Arahat, pembebasan akhir pikiran dari kekotoran batin. Hal ini disampaikan kepada Ananda di jauh hari kemudian, Kassapa berkata:

“Selama tujuh hari, sahabat, aku berpindapatta mengelilingi kota sebagai seorang yang belum terbebaskan, kemudian pada hari kedelapan pengetahuan akhir tingkat kesucian Arahat muncul dalam diriku”.

Dicuplik dari “Riwayat Hidup Maha Kassapa”, terbitan Insight Vidyasena Production.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *