Kata ‘jihad’ yang berasal dari bahasa Arab memiliki arti berjuang dengan sungguh-sungguh. Mirip dengan makna itu, agama Buddha juga mengenal istilah ‘appamadena sampadetha’ yang berarti ‘berjuanglah dengan tekun’.
Di sini, umat Buddha ditekankan untuk selalu berjuang dan berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran Buddha demi tercapainya pembebasan sempurna (Nibbana). Ini bahkan merupakan khotbah terakhir Buddha sebelum meninggal dunia dan mencapai Parinibbana (dalam Digha Nikaya, 16):
“Handadani bhikkhave amantayami: vayadhamma sankha, appamadena sampadetha’ti, ayam Tathagatassa pacchima vaca.”
“Kini, para bhikkhu, Kusabdakan padamu: segala yang berbentuk akan lenyap kembali, berjuanglah dengan tekun, inilah sabda Sang Tathagatha yang terakhir.”
Sesuai dengan khotbah di atas, segala sesuatu yang berbentuk akan lenyap pada akhirnya. Kita, sebagai manusia, memiliki kesempatan luar biasa untuk dapat mengenal dan mengamalkan ajaran Buddha. Maka dari itu, kita harus berjuang dengan sungguh-sungguh agar dapat mencapai tujuan akhir dari ajaran Buddha—Nibbana, sebelum kita meninggal dunia.
Buddha sendiri telah mengajarkan langkah-langkah yang menjadi jalan jihad bagi umat Buddha. Beliau telah membabarkan dengan terang Empat Kebenaran Mulia: tentang dukkha, sebab musabab dukkha, akhir dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha.
Selain itu, Buddha juga telah mendirikan Sangha sebagai wadah bagi para bhikkhu/ni, yaitu mereka yang bertekad untuk melaksanakan sila, samadhi dan pannya secara tekun sesuai dengan vinaya demi mencapai Nibbana.
Keberadaan para anggota Sangha menjadi penting sebagai teladan bagi umat Buddha. Bila umat awam berjuang dengan mengamalkan ajaran Buddha demi kebahagiaan dan kesejahteraan mereka, para anggota Sangha harus berjuang lebih keras lagi demi kebaikan semua makhluk.
Buddha juga telah mengajarkan Jalan menuju pembebasan (magga) yang berunsur delapan. Untuk itu, kita harus berjuang dengan tekun agar memiliki:
(1) Pengertian Benar (samma-ditthi)
(2) Pikiran Benar (samma-sankappa)
(3) Ucapan Benar (samma-vaca)
(4) Perbuatan Benar (samma-kammanta)
(5) Pencaharian Benar (samma-ajiva)
(6) Daya-upaya Benar (samma-vayama)
(7) Perhatian Benar (samma-sati)
(8) Konsentrasi Benar (samma-samadhi)
Kedelapan unsur ini dapat dipraktikkan oleh siapa saja, baik umat awam maupun anggota Sangha. Dengan berjuang sungguh-sungguh dalam mengamalkan Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, kita dapat melenyapkan penderitaan batin maupun jasmani kita, dan bahkan mencapai pembebasan sempurna.
Perjuangan
Berjuang di Jalan Mulia ini membantu kita menjadi lebih baik. Buddha sebagai seorang Guru hanya mengajarkan dan menunjukkan, kita sendirilah yang harus berjuang dengan tekun untuk menjalankannya. Sebagaimana tertulis dalam Dhammapada 273-276:
Di antara semua jalan, maka ‘Jalan Mulia Berunsur Delapan’ adalah yang terbaik; di antara semua kebenaran, maka ‘Empat Kebenaran Mulia’ adalah yang terbaik.
Di antara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik; dan di antara semua mahluk hidup, maka orang yang ‘melihat’ adalah yang terbaik. Inilah satu-satunya ‘Jalan’. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa pada kemurnian pandangan. Ikutilah jalan ini, yang dapat mengalahkan Mara (penggoda).
Dengan mengikuti jalan ini, engkau dapat mengakhiri penderitaan. Dan jalan ini pula yang kutunjukkan setelah aku mengetahui bagaimana cara mencabut duri-duri (kekotoran batin).
Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanya menunjukkan ‘Jalan’. Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki ‘Jalan’ ini akan terbebas dari belenggu Mara.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara