Ceramah dialog persahabatan antara Dagri Rinpoche dengan Bhikkhu Santacitto pada 21 Agustus 2021, Covid 19: Masalah atau Bukan Masalah? Membawa Kebijaksanaan Masa Lampau Untuk Menerangi Hidup Kita
Atisha yang termasuk sebagai salah satu cendikiawan India yang sangatlah terkenal juga datang ke Nusantara dan tinggal selama beberapa tahun; menerima ajaran “mind training” dan juga berlatih di sini.
Pada suatu saat, kaisar Tibet mengundang Atisha ke Tibet. Akhirnya Atisha datang ke Tibet dan menghabiskan sisa hidupnya di sana. Beliau juga mengajarkan tehnik khusus tentang pertukaran teks lainnya. Teknik ini telah berkembang pesat di seluruh Tibet dan masih dipraktikkan secara aktif sampai saat ini.
Sejak Atisha berada di Tibet, orang Tibet memasuki pengajaran yang sangat dalam. Mereka memiliki praktisi yang luar biasa yang secara tanpa pamrih mengorbankan hidup mereka untuk kepentingan orang lain; dan praktik ini masih terus berlangsung sampai dengan hari ini.
Saat ini dunia sangatlah dipengaruhi oleh keserakahan, dan sifat kompetitif; kita sangatlah beruntung karena kita memiliki Lama Dharmakirti kedua, kita memiliki Yang Mulia Dalai Lama, yang terus secara aktifnya meyebarkan ajaran Lama Dharmakirti
Para ilmuwan juga telah sampai pada semacam kesimpulan bahwa bukan materi eksternal yang memberikan kebahagiaan kekal tetapi juga ada dunia mental batin yang diperkaya dengan berbagai jenis pengetahuan. Faktor mental batin yang saya tunjukkan di sini adalah mencakup cinta, kasih sayang dan kesabaran. Ini adalah sumber nyata untuk mendapatkan kebahagiaan abadi.
Sumber kebahagiaan, cinta, kasih sayang dan kesabaran.
Saya percaya bahwa Sanghapāmokkha akan terus melanjutkan dan bekerja untuk mempromosikan tradisi yang kaya ini demi keuntungan semua makhluk hidup hingga mencapai kebahagiaan abadi.
Jika Anda benar-benar ingin memiliki kebahagiaan yang abadi, bukan hanya kebahagiaan sesaat sangatlah penting untuk melestarikan kekayaan tradisi Indonesia yang Anda miliki. Saya ingin meminta Anda mengambil kesempatan ini untuk terus bekerja dalam melestarikan tradisi yang kaya ini.
Sebagai manusia, ada penderitaan-penderitaan yang memang menjadi bagian hidup kita, misalnya kita tidak bisa selalu bersama dengan orang yang kita cintai dan juga adanya kesengsaraan fisik lainnya yang tidak bisa kita atasi.
Semua ini harus kita hadapi dan tangani, karena penderitaan adalah sifat dari samsara.
Kita perlu tahu penyebab dari sumber penderitaan. Kita perlu mengetahui realitas dari semua fenomena. Jika Anda dapat memahaminya, maka Anda dapat keluar dari penderitaaan ini.
Jika Anda menanyakan realitas dari fenomena maka Nāgārjuna telah mengatakan bahwa semua fenomena adalah saling ketergantungan. Tidak ada fenomena yang tidak bergantung pada yang lain
Jadi apa itu saling ketergantungan? Dalam kehidupan sehari-hari, semua aktivitas yang kita lakukan adalah melibatkan saling ketergantungan. Tapi kita tidak mampu untuk menyadarinya. Untuk merealisasikan inti sari dari saling ketergantungan sebagai sifat alami dari semua fenomena, Anda membutuhkan seorang Guru untuk membimbing Anda.
Bila kita menganalisanya lebih dalam, semua objek yang kita gunakan semuanya adalah saling ketergantungan. Bila Anda mampu memahami ini , Anda dapat memikirkan hal ini, lalu Anda dapat menyadari bahwa keberadaan Anda adalah semata-mata tergantung pada yang lainnya. Dengan pemahaman ini, kita juga akan mampu membangkitkan rasa kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Jika Anda dapat memahami sifat saling ketergantungan dari semua fenomena dan adanya ketergantungan yang sangat tinggi dari semua hal, maka Anda mungkin dapat memahami dan akan jauh lebih tenang dalam menghadapi situasi saat ini.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara