• Thursday, 20 August 2015
  • Octavianie Fransisca
  • 0

Meditasi penyadaran (mindfulness) adalah fenomena raksasa –serta industri bernilai milyaran dollar– di Amerika. Meditasi ini telah digunakan untuk menolong prajurit untuk pulih dari trauma pascaperang, membantu anak sekolah yang sulit konsentrasi, dan meredakan stres mulai dari pasien rumah sakit, para eksekutif di perusahaan, sampai di rumah.

Di Amerika nan modern, dengan laju aktivitas kencang, serta kesibukan melakukan banyak pekerjaan pada waktu yang bersamaan, penyadaran dimanfaatkan baik untuk beristirahat sejenak dari kehidupan yang sibuk serta membantu kita mengelola pekerjaan dan rangsangan yang masuk dengan mawas.

Gerakan sosial yang mengusung penyadaran ini beraneka ragam, namun semua itu awalnya dapat dilacak dari teknik meditasi penyadaran Buddhis yang dianjurkan oleh Dr. Jon Kabat-Zinn dari Universitas Kedokteran Massachusetts.

Pada dasarnya, penyadaran adalah teknik kesadaran terbuka tanpa penilaian, sehingga meditator dapat mengamati aksi dan reaksi badan dan batin mereka tanpa kelekatan atau kebencian.

Pada zaman dulu, meditasi penyadaran biasanya dibayangkan sebagai citra biksu berjubah oranye dengan kepala gundul, sedang duduk di gua dalam rimba.

Akan tetapi sekarang, praktisi penyadaran yang umum adalah ibu-ibu pinggiran kota yang menjadi pengasuh getol anak. Merekalah yang bermeditasi agar bisa meningkatkan efisiensi kerja mereka, memenuhi kebutuhan anak-anaknya, menjaga dietnya serta kesehatan batinnya sendiri.

Ketika praktik asing menjadi praktik yang populer dilakukan, alaminya terjadi berbagai kebingungan. Di bawah ini ada daftar empat kesalahpahaman mengenai meditasi penyadaran yang muncul kala penyadaran mulai merambah dari wihara menuju rumah penduduk kelas menengah.

Mitos No. 1: Semua umat Buddha mempraktikkan meditasi penyadaran
Di Barat, Ajaran Buddha sinonim dengan penyadaran. Banyak orang menyiratkan bahwa penyadaran adalah inti dari Ajaran Buddha dan tiada hal lain –seperti upacara atau doktrin– yang bahkan diperlukan.

Mungkin hal ini akan mengejutkan untuk diketahui bahwa mayoritas umat Buddha, pada masa lalu dan kini, belum pernah mempraktikkan meditasi secara rutin.

Meditasi penyadaran dan aneka wujud meditasi yang serupa secara tradisi merupakan ranah para biksu dan biksuni yang ditahbis, bukan urusan perumah tangga yang merupakan mayoritas masyarakat Buddhis. Bahkan bagi biksu dan biksuni, meditasi sering menjadi kegiatan sampingan, dengan penghormatan terbesar diberikan kepada para cendekia dan spesialis ritual, bukan kepada master meditasi.

Mitos No. 2: Penyadaran selalu baik untuk Anda
Penyadaran dipasarkan ke warga Amerika terutama dengan mengandalkan manfaat bagi kesehatan badan dan batin, termasuk mengurangi stres. Namun meditasi pun dapat memiliki efek psikologis dan fisik yang berbahaya.

Banyak sekali cerita tradisional Buddhis mengenai para meditator dirasuki roh jahat, dan studi psikologi modern mengenai praktik penyadaran sejak tahun 1970-an meliputi pasien yang mengalami halusinasi, episode kegilaan, tekanan dan trauma batin lainnya, termasuk nyeri syaraf dan pengaruh fisik lainnya yang serupa. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi ketika praktisinya memiliki masalah batin atau fisik yang sudah ada sebelumnya. Berlatih di bawah bimbingan instruktur terlatih dapat membantu mengurangi risiko ini, termasuk perlu juga penyaringan oleh para pemimpin sebelum retret panjang.

Mitos No. 3: Penyadaran selama ini selalu digunakan untuk pengembangan diri
Satu dari tren paling populer dalam penyadaran adalah penerapan meditasi untuk aktivitas sehari-hari tertentu, bukan untuk mencegah adanya jeda dalam meditasi ketika kita tidak duduk di bantal meditasi, namun meningkatkan pelbagai aktivitas tadi.

Misalnya, buku, artikel, acara TED dan situs internet mempromosikan gagasan bahwa penyadaran dapat digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual dan meningkatkan kenikmatan hubungan seksual. Orangtua yang berpenyadaran menguliahi bahwa mempertahankan kemawasan sembari mengurusi anak akan menghasilkan anak yang lebih ramah, lebih cerdas, serta orangtua yang lebih peka dan tanggap. Ada pergerakan yang sama mendukung bekerja sambil mawas, makan sambil mawas, olahraga sambil mawas, dan banyak aktivitas lainnya. Inilah penerapan penyadaran yang sangat kekinian.

Dalam sejarah Buddha, penyadaran biasanya digunakan untuk menciptakan ketaklekatan dari nafsu dan membantu merealisasi nirwana. Biksu yang lepas jubah akan diusir dari wihara, tidak peduli seberapa mawas dirinya di tempat tidur. Namun orang Amerika memiliki sangat sedikit toleransi mengenai pelepasan, maka penyadaran dialihfungsikan untuk menyediakan manfaat yang kita memang ingin cari.

Mitos No. 4: Seluruh praktisi penyadaran adalah umat Buddha
Ajaran Buddha mengajarkan kita mengenai penyadaran, tapi kebanyakan penduduk Amerika yang pernah memiliki pengalaman penyadaran tidak akan menyatakan identitas dirinya sebagai Buddhis.

Nyatanya, ada sejumlah besar dan makin banyak mereka yang mengaku dirinya umat Kristiani, Yahudi, Muslim, ateis, dan banyak lainnya melakukan praktik penyadaran. Ini sebagian disebabkan karena penyadaran telah dipuji oleh ilmuwan, dokter, dan psikolog, serta orang-orang lain yang memiliki peran non-agama dalam masyarakat.

Sebagian orang memulai praktik penyadaran sebagai aktivitas sekuler pada akhirnya menyelidiki ajaran Buddha dengan lebih mendalam dan akhirnya menjadi umat Buddha penuh. Namun dalam kasus lain, perjumpaan dengan meditasi berdasarkan ajaran Buddha telah membuat banyak umat Kristiani dan Yahudi menemukan penghargaan baru akan kekayaan tradisi mereka sendiri, termasuk membangkitkan kembali teknik meditasi dari sejarah agama Barat yang selama ini telah ditinggalkan. (cnn)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *