Bhikkhu Sri Pannyavaro merasa miris dengan terjadinya sejumlah kejahatan seksual hingga pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak-anak pelaku kejahatan tersebut mengenyam pendidikan di sekolah, tapi kenapa mereka tega melakukan tindakan tercela tersebut?
“Beberapa waktu yang lalu, banyak berita di koran dan di televisi, seorang anak sekolah dasar dan menengah memperkosa dan membunuh. Apakah itu tidak tindakan yang miris? Pendidikan formal hanyalah memberikan kepandaian, tetapi yang bisa melindungi anak-anak dari perbuatan jahat hanyalah orangtuanya dengan kehangatan moral cinta kasih,” jelas Bhante Pannyavaro dalam pesan Dhamma di perayaan Dharmasanti Waisak 2560 BE/2016 Umat Buddha Kabupaten Semarang di Desa Regunung, Kecamatan Tenggaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada Minggu (19/6).
“Oleh sebab itu, saya meminta bagi para orangtua, lindungilah anak-anak Anda dari perbuatan jahat, memperkosa, membunuh, dan lain-lain. Lindungilah mereka dengan moral cinta kasih,” tandas Bhante.
Bhante Sri Pannyavaro mengajak seluruh umat Buddha yang saat ini menjadi orangtua untuk melindungi anaknya dengan memberi kehangatan moral cinta kasih. “Setelah mencapai pencerahan sempurna di bulan Waisak, lebih dari 40 tahun kemudian, Guru Agung Buddha Gotama mengajarkan Dhamma yang dilandasi dengan cinta kasih dan welas asih,” ujar Bhante.
“Siddharta Gotama menderita di hutan Uruvela selama enam tahun sebenarnya adalah muncul dari welas asih, dari kasih sayang yang murni untuk membebaskan makhluk-makhluk dari penderitaan. Oleh sebab itu, welas asih dan kasih sayang merupakan salah satu landasan guru agung Buddha Gotama.
“Mustahil seseorang yang memiliki cinta kasih berbuat sesuatu yang merugikan orang lain, karena moral cinta kasih menuntut kita untuk jujur sungguh jujur. Moral cinta kasih itulah yang memungkinkan kita untuk berbuat tanpa pamrih. Memang suatu saat kita tidak bisa membendung kebencian dan amarah karena belum mencapai pencerahan, tetapi guru agung kita mengatakan, ‘Jangan karena marah dan benci lalu mengharap orang lain celaka’,” jelas Bhante.
Acara Dharmasanti Waisak yang dilaksanakan di halaman Sekolah Dasar Negeri Regunung 03 ini dihadiri ribuan umat Buddha dari Kabupaten Semarang dan Temanggung. Halaman SDN Regunung yang cukup luas tidak dapat menampung banyaknya umat yang hadir, sehingga banyak umat yang hadir harus duduk di ruang-ruang kelas, jalan, sampai halaman vihara yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah.
Bukan hanya umat Buddha, walaupun dalam suasana bulan Ramadhan, acara ini juga dihadiri oleh tokoh lintas agama, bahkan sebagian besar umat Muslim ikut dalam membantu persiapan acara ini. “Inilah bukti nyata toleransi umat beragama di Desa Tenggaran,” ujar Jiyem, Ketua Panitia Dharmasanti Waisak.
Selain umat Buddha dan tokoh lintas agama, acara yang dimeriahkan oleh berbagai pentas seni anak Sekolah Minggu dan pemuda Buddhis dari berbagai daerah, acara ini juga dihadiri oleh puluhan bhikkhu, di antaranya Bhikkhu Sri Pannyavaro, Bhikkhu Ditthi Sampanno, Bhikkhu Dhammamito, Bhikkhu Khemadiro, Bhikkhu Atthapiyo, dan lain-lain.
Sementara itu, Ngesti Nugraha, Wakil Bupati Semarang yang turut hadir dalam acara tersebut berharap umat Buddha ikut andil dalam upaya pembangunan nasional, “Marilah para tokoh agama untuk selalu menyampaikan empat pilar kebangsaan kepada umatnya, terutama generasi muda. Makna Waisak yang tadi disampaikan oleh Bhante Pannyavaro mempunyai nilai penting untuk diamalkan, bukan hanya untuk umat Buddha saja, tetapi semua umat beragama, yaitu moral cinta kasih, kearifan, tanggung jawab, dan keikhlasan. Saya berharap para tokoh agama menjadi teladan dalam hal ini.”
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara