• Wednesday, 4 April 2018
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Beberapa waktu yang lalu diberitakan terjadi kerusuhan antara umat Buddha dan Muslim di Sri Lanka. Ditenggarai bentrok ini dimulai dari meninggalnya seorang pengemudi truk dari komunitas Sinhala yang bertengkar dengan empat muslim.

Berita ini menyebar dengan begitu cepat sehingga kerusuhan tetap terjadi walaupun pemerintah berusaha meredamnya. Hal ini mengingatkan kita pada bentrok antara warga Myanmar dengan etnis Rohingya di Myanmar. Sungguh ironis mengingat agama Buddha dikenal luas sebagai agama toleran yang cinta damai.

Apakah agama Buddha mengajarkan kekerasan?

Tentu tidak. Kita tidak dapat menemukan anjuran kekerasan dalam ajaran Buddha di dalam sutta-sutta mana pun. Justru sebaliknya, Buddha selalu mengajarkan cinta kasih sebagai landasan untuk menjalani hidup baik bagi para bhikkhu/ni maupun umat awam.

Sebagaimana dijelaskan dalam Metta Sutta, Khuddakapanha, Khuddaka Nikaya, “Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya, melindungi putra tunggalnya. Demikianlah terhadap semua makhluk, dikembangkannya pikiran cinta kasih tanpa batas, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling, tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.” Cinta kasih ini sepatutnya dikembangkan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan secara terus menerus.

Demikian pula dalam Dhammapada syair 129:

“Semua makhluk gemetar menghadapi kekerasan,

Semua makhluk takut menghadapi kematian;

Membandingkan seseorang dengan lainnya,

Seseorang seharusnya tidak membunuh atau menyebabkan orang lain membunuh.”

Dengan demikian cukup jelas bahwa agama Buddha tidak pernah menganjurkan atau mengajarkan konsep kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara verbal (hasutan/ujaran kebencian) maupun fisik. Justru sebaliknya, ajaran Buddha menganjurkan para umat Buddha untuk terus melatih diri melalui pikiran, ucapan dan perbuatan untuk selalu bersikap mawas diri yang dilandasi cinta kasih.

Lantas dari mana kekerasan muncul?

Menurut agama Buddha, akar kekerasan adalah lobha, dosa dan moha. Lobha (keserakahan) memicu seseorang untuk berbuat demi kepentingannya sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Dosa (kebencian) sering menjadi dasar seseorang untuk melegitimasi perbuatannya yang buruk. Sedangkan moha (kebodohan batin) merupakan sebab umum yang membuat seseorang bebal dan tidak mau mengetahui kebenaran.

Akibat dari akar kejahatan inilah, muncul begitu banyak konflik dan permusuhan. Begitu pula dengan yang saat ini sedang terjadi di negara-negara buddhis seperti Myanmar dan Sri Lanka.

Baca juga: Merayakan Perbedaan (Agama), Merajut Perdamaian

Keinginan untuk melindungi diri/kelompok sendiri dan menganggap kelompok lain lebih rendah (mana) menjadi alasan lain yang menyebabkan konflik kemanusiaan ini. Masing-masing kelompok berusaha menjadi pemenang. Padahal dalam Dhammapada syair 201 dijelaskan bahwa:

“Kemenangan membawa kebencian,

Yang kalah hidup dalam penderitaan.

Sungguh bahagia hidup dalam keadaan damai,

Setelah melepaskan diri dari kemenangan dan kekalahan.”

Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pada faktanya, konflik yang terjadi di Myanmar dan Sri Lanka saat ini turut didukung oleh beberapa ‘oknum’ biksu. Hal ini cukup disayangkan karena para biksu sepatutnya hidup berdasarkan Vinaya.

Lantas apa yang perlu kita lakukan?

Pertama, kita harus memahami bahwa agama Buddha berasal dari ajaran Buddha Gotama, bukan dari ujaran bhikkhu/ni. Dengan demikian jelas bahwa agama Buddha memang tidak terkait dengan tindak kekerasan.

Kedua, sebagai umat Buddha adalah tugas kita untuk tetap berlatih ajaran Buddha untuk mengembangkan cinta kasih dan toleransi dengan menjalankan sila.

Ketiga, sikap komunikatif dan keterbukaan perlu dikedepankan dalam rangka saling memahami dan menumbuhkan pengertian satu sama lain.

Upasaka Sasanasena Seng Hansen

Sedang menempuh studi di Australia.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *