Mendengar nama Bodhisattva Samantabhadra, aktivitas Penggugahan beliau, tekad-tekad, kesempurnaan praktik, kemahiran beliau, sepak terjang beliau, pencapaian beliau – Sudhana berharap bertemu dengan Samantabhadra.
Lalu, Sudhana melihat sepuluh pertanda awal sebelum kemunculan Bodhisattva Samantabhadra, setelah itu dia melihat 10 cahaya yang menandakan kehadiran Maha Bodhisattva Samantabhadra.
Setelah melihat 10 cahaya, akhirnya dia melihat Bodhisattva Samantabhadra duduk di atas singgasana dalam kelopak teratai maha permata, di hadapan Buddha Vairocana, dikelilingi oleh kumpulan para Bodhisattva.
Sudhana melihat berbagai keajaiban terpancar dari tubuh Samantabhadra. Dia melihat sinar-sinar cahaya, segala jenis bunga, segala jenis pepohonan semerbak, segala jenis pakaian, spanduk, ornamen, untaian mutiara, dan permata pengabul keinginan, pepohonan permata, perwujudan dewa-dewa, perwujudan Bodhisattva – beremanasi dari setiap pori-pori Samantabhadara.
Melihat manifestasi daya mukjizat Samantabhadra ini, Sudhana bersuka cita. Lebih lanjut, dari setiap tubuh dan pori-pori Samantabhadra, dia melihat alam-alam tidak terhitung beserta seluruh makhluk di dalamnya.
Dan seperti halnya dia melihat Bodhisattva Samantabhadra duduk di atas singgasana kelopak teratai permata, memperagakan kewaskitaan di alam Buddha Vairocana, begitu pula dia melihat Samantabhadra sedang memperagakan keajaiban yang sama di hadapan semua Buddha di semua alam, dan dari masing-masing tubuh Samantabhadra, dia melihat semua objek lampau, sekarang dan mendatang, semua alam, semua makhluk, semua Buddha dan semua persamuhan Bodhisattva muncul berupa pantulan-pantulan.
Dia juga mendengar suara-suara semua makhluk, suara-suara semua Buddha, diputarnya Roda Dharma oleh semua Buddha, dibabarkan semua petunjuk, pencapaian semua Bodhisattva, dan daya kewaskitaan semua Buddha.
Setelah melihat dan mendengar keajaiban tak terbayang Bodhisattva Samantabhadra, Sudhana memperoleh sepuluh kesempurnaan pengetahuan. Lalu Samantabhadra mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh kepala Sudhana.
Dengan disentuh kepalanya oleh Samantabhadra, Sudhana memasuki samadhi sebanyak atom-atom di semua Buddhasetra. Seperti halnya di alam ini, di hadapan Buddha Vairocana, Bodhisattva Samantabhadra mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh kepala Sudhana, begitu pula, Samantabhadra yang sedang duduk di kaki semua Buddha di semua alam, mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh kepala Sudhana.
Kemudian Bodhisattva Samantabhadra menjelaskan bahwa selama berkalpa-kalpa tak terhitung, beliau melakukan banyak pemberian: makanan dan pakaian, tempat bernaung, perabotan, obat-obat, kerajaan, desa, kota besar, kota kecil, wilayah, istri dan anak, hingga memberikan daging, darah, tulang, sumsum, anggota-anggota tubuhnya.
Tekad spiritual
Sudhana mencapai kesetaraan dengan Samantabhadra dalam hal lautan tekad, dalam hal mewujudkan praktik, dalam hal memanifestasikan keajaiban pencapaian Penggugahan, dalam memutar Roda Dharma, dalam ketajaman pikiran, dalam suara dan penyampaian, dalam daya dan keterampilan, dalam maitri dan karuna, dalam pembebasan tak terbayang.
Lebih lanjut, Maha Bodhisattva Samantabhadra mengutarakan tekad-tekad dalam 62 sloka, yang bisa dikelompokkan dalam 10 bagian, yang dikenal dengan Sepuluh Mahapranidhana Samantabhadra:
1. Bersujud, menghormati dan berpuja pada semua Buddha. Terinspirasi oleh para Buddha yang telah mencapai potensi tertinggi suatu keberadaan, kita juga beraspirasi untuk mencapainya.
2. Memuji dan mengagungkan para Buddha. Senantiasa mengingat kualitas-kualitas bajik para Buddha.
3. Memberikan persembahan. Mengembangkan kemurahan hati dan menggarisbawahi tekad untuk menjadi apa pun yang dibutuhkan sesuai keadaan.
4. Tahu, mengakui dan menyesali tindakan-tindakan negatif. Mengevaluasi diri apakah perbuatan, ucapan, pikiran kita bermanfaat untuk orang lain. Meskipun ada yang perlu diperbaiki, merefleksi diri menjadi suatu dorongan untuk menjadi lebih baik.
5. Bersuka cita, berkenan atas kebajikan dan tindakan positif diri sendiri maupun orang lain. Menyadari bahwa ini bisa dilakukan dan ikut senang atas pencapaian diri sendiri dan orang lain.
6. Memohon agar roda Dharma selalu berputar. Bertekad agar apa pun yang dihadapi, kita bisa selalu belajar dari siapa pun, kapan pun, di mana pun.
7. Memohon para Buddha agar tetap tinggal. Bertekad untuk turut aktif berbagi pengetahuan, sehingga proses belajar ini tetap ada.
8. Selalu belajar dari para Buddha dan menjalankan ajaran mereka. Bertekad mengikuti jejak para Buddha untuk mencapai potensi tertinggi.
9. Senantiasa selaras, bersedia dan memberi manfaat kepada semua makhluk. Semua makhluk di sini merujuk pada siapa pun yang berhubungan dengan kita.
10. Mendedikasikan seluruh kebajikan dan potensi-potensi positif untuk semua. Bertekad agar apa pun yang dikerjakan dapat bermanfaat untuk semua.
Ke-62 sloka yang juga disebut Bhadracari (‘Cara Hidup yang Bajik’) atau Raja dari Semua Doa (King of Prayers), berisi pranidhana (tekad) agung Samantabhadra, yang antara lain memuat Doa Tujuh Bagian (Saptanga Puja) yang sering dilantunkan saat melakukan puja.
*Diambil dari makalah Salim Lee, Gandawyuha Kawedhar
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara