Hari Raya Waisak, di Dusun Buneng, Desa Boro, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar adalah sebuah potret toleransi. Umbul-umbul warna-warni saat peringatan hari raya keagamaan, silaturahmi hari raya, pembangunan rumah ibadah, hingga kegiatan sosial kemasyarakatan seperti; doa orang sakit dan keamanan lingkungan.
Pemandangan menyejukkan itu terlihat pada acara Maha Puja Tri Suci Waisak. Peringatan hari lahir, mencapai penerangan sempurna, dan mangkatnya Buddha Gotama ini tak hanya dilaksanakan oleh umat Buddha saja, tetapi semua masyarakat. Tak hanya menjadi tamu undangan, umat Islam dan Kristiani juga terlibat dalam kepanitiaan dalam acara yang dihelat Sabtu, (9/6) di Sekolah Dasar Negeri Boro, 3.
Baca juga: Kebhinnekaan dalam Spiritual, Seni, dan Budaya
“Ya kami senang melakukanya, memang inilah kami, meskipun saat ini kami umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa, tetapi kami turut senang. Apalagi acara Waisak ini skalanya besar, bahkan mungkin acara ini adalah acara terbesar yang pernah diselenggarakan masyarakat Desa Boro,” tutur Muhammad Zen Mangkualam kepada BuddhaZine di sela kesibukannya mengatur banyaknya umat yang hadir.
Acara ini dihadiri oleh para bhikkhu, Bupati Blitar lengkap dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)-nya, tokoh lintas agama, ribuan umat Buddha dan masyakarat lintas agama.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara