Tidak banyak yang tahu, Agama Buddha di Temanggung dideklarasikan pada 1 Juni 1968, di rumah Y. Sutrisno, seorang tokoh agama Katolik. Pada waktu itu dihadiri oleh lebih dari 500 orang. Deklarasi pertama kali itu dimotori oleh sembilan tokoh agama yang mempunyai andil besar dalam perkembangan agama Buddha di Temanggung hingga kini.
Sebagai bentuk rasa bakti kepada para tokoh itu, jelang Waisak umat Buddha Temanggung gelar kegiatan nyekar ke makam para tokoh yang sudah wafat. Sepertinya yang dilakukan umat Buddha yang tergabung dalam Lembaga Bina Manggala Sejahtera, Jumat (13/5). Lembaga ini merupakan gabungan dari 18 vihara.
Sekitar pukul 10 pagi, mereka berangkat dari Dusun Krecek menuju Desa Tleter, Kec. Kaloran. Di makam ini, Mendiang Mbah Samsul Cokrowardoyo dan Mbah Sudibyo. Selesai dari makam Desa Tleter, rombonga melanjutkan perjalanan ke makam Desa Getas. Di makam ini, dua tokoh sentral, Mbah Mangun Soedarmo dan Mbah Noro di makamkan.
Selesai dari makam Getas, perjalanan dilanjutkan ke makam Mbah Suwarno dan Mbah Rusdi, Desa Telogowungu. Selesai dari makam ini, rombongan melajutkan perjalanan ke makam Desa Kalimanggis tempat Mbah Sugito dimakamkan. Perjalanan selanjutnya ke Makam Mbah Budi, Dusun Depok, kemudian ke makam Mbah Marsaat, Dusun Kemiri, dan diakhiri nyekar ke Makam Mbah Cipto Martoyo, Dusun Cendono.
Pada setiap makam, para peserta nyekar membacakan paritta-paritta pelimpahan jasa kemudian menaburkan bunga secara bergantian. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara