Vihara Setiya Dhamma, berada di Dusun Sontonayan, Desa Kapencar, Kecamatan Kertek, Wonosobo. Lokasinya yang unik, di bawah rindang pohon beringin besar dan berusia mungkin ratusan tahun, menjadikan area vihara terasa sejuk setiap saat.
Vihara Setiya Dhamma dibangun pada tahun 1999 berkat kerja keras umat sekitar serta bantuan para donatur masa itu, hingga saat ini ada kurang lebih 40 umat yang aktif berkegiatan di vihara ini.
Keberadaan pohon beringin besar yang mengayomi area vihara menjadi daya tarik tersendiri, selain usianya yang bahkan warga setempat tidak tahu persis usia pohon tersebut juga terdapat mata air yang jernih di bagian bawah pohon serta situs yang konon hilang di era kolonial.
“Kalau untuk usia saya juga tidak paham. Pernah saya bertanya ke mbah saya dan mbah saya malah bilang juga dulu pernah bertanya ke mbahnya beliau juga tidak tahu kapan mulai adanya pohon tersebut,” jelas Jupri, salah satu tokoh umat Buddha Sontonayan.
Awal kemunculan umat Buddha di Dusun Sontonayan di mulai sejak tahun 1992, berangkat dari beberapa keluarga yang mulai memeluk agama Buddha hingga diikuti oleh beberapa keluarga yang lain.
Umat Buddha saat ini sebelumnya adalah para penganut kepercayaan Kejawen, kemudian pada masa ketika pemerintah menetapkan aturan bagi setiap warga negara untuk memeluk salah satu agama yang ada mereka memilih agama Buddha sebagai agama baru mereka.
Banyaknya kesamaan nilai-nilai ajaran dan nilai-nilai spiritual antara kepercayaan lama mereka dengan agama Buddha, menjadi alasan kuat untuk memiilih agama Buddha.
Dari awal mulainya agama Buddha ada di Dusun Sontonayan sampai tahun 1999, para umat melakukan aktivitas keagamaan di dalam bangunan berbahan bambu yang mereka buat di atas sebidang lahan yang menumpang milik salah satu umat.
Kedatangan beberapa tokoh dari Jakarta dan Purwokerto seakan memberi angin segar bagi perkembangan umat. Hasil diskusi para tokoh dengan umat akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk membangun vihara.
Atas bantuan para tokoh dan para donatur, umat bisa membeli sebidang tanah yang terletak di tengah-tengah pemukiman warga, di bawah pohon beringin yang besar dan rindang.
Semangat umat pun semakin terpacu untuk membangun sebuah vihara, “Waktu itu umat sini bersama-sama dibantu oleh para anggota Sekber melakukan kerjabakti mencari batu. Kita mengumpulkan batu kali sedikit demi sedikit hingga akhirnya bisa terkumpul dan kemudian banyak bantuan yang datang dari para donatur untuk membangun vihara ini,” imbuh Jupri.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara