Jumat pagi (27/1) Dusun Krecek agak basah karena hujan dengan intensitas sedang mengguyur pada malam sebelumnya. Sekitar pukul 7 pagi, kepala Dusun Krecek, Mbah Sukoyo menabuh kentongan. Suara kentongan itu dapat terdengar ke seluruh area dusun. Warga pun mulai keluar rumah dengan memikul tenong, menggendong tumpeng, membawa tikar, dan daun pisang untuk ke makam. Mereka hendak melakukan upacara Nyadran.
Nyadran atau Sadranan sebagai sebuah tradisi sudah dijalankan secara turun-temurun bagi masyarakat Temanggung. Di Dusun Krecek dan Gletuk, Nyadran menjadi menarik karena dikemas dengan Nyadran Perdamaian. “Kita melihat tradisi Nyadran mempunyai banyak nilai. Nilai itu yang ingin kita pelajari bersama anak-anak muda yang ikut dalam rangkain Nyadran Perdamaian,” kata Maskur Hasan dari Aman Indonesia salah satu penggagas Nyadran Perdamaian.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara