“Kalender Saka merupakan sistem penanggalan matahari berdasarkan pergerakan bumi mengelilingi matahari. Itu digunakan masyarakat di India sejak 78 M, digunakan oleh sebagian masyarakat Hindu-Buddha di Jawa, digunakan masyarakat Bali hingga kini.
Sementara kalender Hijriah adalah kalender bulan, berdasarkan pergerakan bulan mengelilingi bumi, yang perhitungannya dimulai 622 M.” M Zaid Wahyudi
Peringati bulan Suro, masyarakat Dusun Kemiri, Desa Getas, Kecamatan Kaloran gelar persembahyangan di petapaan Watu Payung. Upacara yang digelar selama dua hari Kamis–Jumat (21-22/9).
Petapaan Watu Payung merupakan tempat yang disakralkan oleh masyarakat Dusun Kemiri dan sekitarnya. Gumukan (bukit) kecil berupa gunung ini diyakini sebagai tempat petilasan raja-raja Jawa pada masa lalu. “Tempat ini adalah petilasan tiga raja, raja Majapahit, raja Solo, dan Yogyakarta yang dahulu kala pernah tapa di sini,” ujar Marwoto, sesepuh umat Buddha Dusun Kemiri.
“Kalender Jawa sebagai sistem penanggalan khas memadukan budaya Islam, Hindu-Buddha, dan Jawa. Kalender Jawa mulai dipakai bertepatan dengan 1 Muharam 1043 H atau 8 Juli 1633 M. Ketika itu, Raja Mataram Sultan Agung Anyakrakusuma menyatukan berbagai sistem penanggalan masyarakat: kejawen menggunakan kalender Saka, sedangkan kaum santri menggunakan kalender Hijriah,” M Zaid Wahyudi.
Pada 1999 masyarakat Dusun Kemiri melakukan kerja bakti membangun vihara kecil dan stupa sebagai tempat tapa bagi masyarakat maupun pengunjung dari luar kota. “Tahun 1999 vihara di atas bukit ini dibangun, tahun 2000 mulai diadakan persembahyangan setiap bulan Suro,” tambah kuncen Tapaan Watu Payung ini.
Persembahyangan Tapaan Watu Payung ini terbilang unik dan menarik. Pada Kamis malam Jumat, Warga masyarakat Dusun Kemiri dan sekitarnya menggelar prosesi oncor dari dusun hingga ke Tapaan yang jaraknya kurang lebih 3 kilometer.
Jumatnya, dilanjutkan dengan memakai pakaian adat Jawa, masyarakat mengarak gunungan hasil bumi, tumpeng, dan aneka sarana puja dengan jalan kaki dari dusun sampai ke Tapaan Watu Payung. Selain prosesi, juga dilaksanakan penanaman pohon, pelepasan satwa dan pemandian rupang Buddha.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara