Cara untuk mendapatkan kebugaran fisik bisa didapat dari banyak hal. Salah satu sumber informasi tentang itu rupanya adalah dari candi kebanggaan Indonesia, Borobudur. Berbagai metode kebugaran, mulai dari yoga, pemijatan, hingga meramu jamu bisa dijumpai di sini.
Hal tersebut terungkap dalam Virtual Tour “Narasi Kebugaran di Relief Candi Borobudur” yang digelar Minggu (1/11/2020) pagi. Acara diadakan oleh Balai Konservasi Borobudur secara daring.
Bramantara, salah satu staf Balai Konservasi Borobudur dari tingkat 3 Borobudur sisi barat menerangkan tentang salah satu panel relief Gandawyuha, yang memperlihatkan sosok petapa Sudhana yang sedang mempraktikkan salah satu pose yoga. Ia terlihat berdiri seimbang di atas satu kaki, kaki kirinya.
“Kalau di yoga itu pose pohon,” kata Bram, sambil bercerita singkat tentang perjalanan spiritual Sudhana di Gandawyuha.
Ia lantas melanjutkan bercerita tentang relief di sebelahnya yang memperlihatkan sosok agung yang sedang bermeditasi, dengan jari tangan membentuk dhyana mudra. Ini adalah mudra yang lazim ditemukan dalam arca Buddha Amitabha, di mana kedua tangan bertumpuk dan menyatu.
“Dalam konteks ini energi terharmoni lewat sentuhan kedua jari,” jelasnya.
Selepas itu, di lorong 1 Borobudur sisi barat, ia memperlihatkan relief jataka yang memperlihatkan sosok bodhisatwa tidur. Posisinya yang berbaring ke arah kanan, dengan tangan kanan menopang kepala ini menurutnya adalah posisi tidur yang menyehatkan.
“Posisi ini masih ada konteks kaitannya dengan yoga,” ujarnya.
Sementara itu, Hary Setyawan, staf Balai Konservasi Borobudur yang lain membahas relief Ruru Jataka di lorong 1 Borobudur. Di sini ia menjelaskan tentang kisah rusa / kijang emas perwujudan Bodhisatwa yang digambarkan pada dua panil secara realis.
“Secara tidak langsung adegan dari binatang, mengilhami gerakan yoga, yang memberi kita wellness, kebugaran,” terangnya.
Ia lantas bergeser ke relief Mahakapi Jataka, cerita tentang raja kera yang melindungi rakyatnya. Pose kera menurutnya juga dikenal dalam yoga sebagai pose hanumasana.
“Pose-pose binatang bisa diakomodir menjadi gerakan yoga,” katanya.
Karuna Jataka, adalah relief yang diterangkan selanjutnya, tentang seekor gajah yang mengorbankan dirinya bagi orang-orang yang terbuang. Sang gajah di kisah ini membunuh dirinya dengan melompat ke jurang, supaya dagingnya bisa dimakan oleh ratusan orang.
“Ada pose gajasana yang dalam beryoga, yang bisa dikaitkan dengan anatomi gajah,” terang Hary.
Kisah kebugaran terkait pijat badan menurutnya terdapat di beberapa relief, khususnya di Karmawibhangga, yang kini sudah tertutup. Ia menjelaskan bahwa relief Karmawibhangga secara umum bertutur tentang hukum karma, terkait sebab-akibat.
“Sebabnya kita merawat orang, di kehidupan selanjutnya kita akan mendapat karma-karma yang baik,” jelasnya terkait relief pijat.
Relief pengolahan herbal menurutnya juga dapat ditemukan di Karmawibhangga, yakni di panel nomor 15. Di sini diperlihatkan bagaimana orang Jawa abad ke 8-10 mengolah obat-obatan untuk proses penyembuhan.
“Mengambil bahan-bahan dari alam, mengolahnya secara tradisional,” kata Hary.
Kembali Bramantara menjelaskan, di Borobudur juga terdapat relief pohon asam, di bagian Lalitavistara. Ini menurutnya membuktikan bahwa jamu kunir asem sudah ada sejak zaman dahulu kala, di mana masyarakat Jawa memang erat dengan minuman herbal untuk menciptakan kondisi fisik yang bugar.
“Tidak bisa lepas dari jamu,” ungkap dia.
Deny Hermawan
Editor BuddhaZine, penyuka musik, film,
dan spiritualitas tanpa batas.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara