Umat Buddha di Kalimantan Selatan, khususnya Kotabaru, sekarang sudah bisa bernafas lega, pasalnya perhatian dari lembaga-lembaga Buddhis sudah mulai nampak. Ini dapat dilihat dari kedatangan Ehipassiko Foundation yang mengadakan program Abdi Desa untuk membantu perkembangan agama Buddha di pelosok-pelosok Nusantara, khususnya di Kabupaten Kotabaru.
Sugianto, dari Abdi Desa Ehipassiko Foundation yang aktif membina di wilayah Jawa Timur pada hari Senin, 25 Juli 2016 lalu mewakili Ehipassiko berkunjung ke wilayah-wilayah terpencil di Kotabaru, di antaranya Desa Laburan dan sekitarnya. Tujuan utamanya adalah mencari kandidat-kandidat Abdi Desa yang nantinya dapat membantu perkembangan Buddha Dhamma di Bumi Sa-Ijaan.
Kotabaru adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang memiliki jumlah umat Buddha yang lumayan banyak. Umat di sana memiliki semangat yang tinggi dalam belajar Buddha Dhamma. Kemajuan Buddha Dhamma di Kotabaru tidak lepas dari perjuangan Sangha Theravada Indonesia (STI) yang merintis pembinaan sejak tahun 1990-an. Melalui Bhikku Saddhaviro dan beberapa anggota sangha yang membina di Kalimantan Selatan, Roda Dhamma mulai diputar dan dibabarkan.
Seiring berjalannya waktu, antusiasme umat makin hari makin meningkat. Ini dapat dilihat dari keinginan dan permintaan umat untuk dibina. Permintaan akan pembinaan umat sangat banyak, dan para Dharmaduta sangat kewalahan menangani permintaan umat.
Antusiasme akan ajaran Buddha juga ditunjukkan, bahkan oleh mereka yang belum mengenal ajaran Buddha dan masih memegang tradisi leluhur. Masyarakat adat khususnya yang terletak di Kotabaru, sangat menjunjung tinggi tradisi nenek moyang. Tradisi ini sangat dekat dengan ajaran Buddha Dhamma, misalnya ajaran tentang leluhur dan upacara pelimpahan jasa atau patidana dalam agama Buddha.
Kedekatan tradisi dengan ajaran Buddha inilah yang membuat perkembangan agama Buddha di Kalimantan Selatan terutama di pelosok pedalaman sangat diterima oleh masyarakat adat sekitar. Jika melihat ke sejarah masa silam, pengaruh kerajaan masa lalu membawa mereka mengenal ajaran Buddha dalam bentuk tradisi dan kepercayaan. Inilah mengapa masyarakat adat sangat tertarik terhadap ajaran Buddha Dhamma.
Ketertarikan masyarakat adat inilah yang akhirnya membuat permintaan pembinaan dan pembangunan vihara di pelosok-pelosok khususnya di Kotabaru sangat meningkat. Namun keterbatasan tenaga penyuluh dan pengajar menjadi kendala yang besar untuk kemajuan Buddha Dhamma di Kalimantan Selatan, khususnya Kotabaru.
Dengan kehadiran Ehipassiko Foundation yang menawarkan program Abdi Desa merupakan solusi yang selama ini dinantikan oleh umat Buddha di Kabupaten Kotabaru. Semoga program ini segera terealisasi dan pembinaan di Kotabaru bisa lebih maksimal karena mendapatkan perhatian dari banyak pihak.
Perhatian Ehipassiko sebelumnya sudah ditunjukkan dengan pemberian buku-buku Dhamma kepada vihara-vihara pelosok dan sekolah-sekolah yang memiliki siswa beragama Buddha. Karena di Kotabaru belum ada Abdi Desa dari Ehipassiko, maka selama ini yang membantu adalah Ehipassiko Family Club Depok yang diketuai oleh Panya dan Ibu Sumiati yang merupakan Abdi Desa di daerah Halong. Kelak dengan adanya program Abdi Desa, seluruh umat Buddha di Kotabaru sangat berharap ke depannya akan lebih mudah mendapatkan pembinaan dan perhatian berkaitan dengan Buddha Dhamma.
Masyarakat Buddhis berharap ke depan program Abdi Desa ini dapat memberikan semangat baru sehingga perkembangan umat Buddha di Kotabaru dan Nusantara pada umumnya dapat terealisasi dengan maksimal.
*) Adhi Verawanto, Dharmaduta Kotabaru
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara