Billy Setiadi | Saturday, 21 September 2019 16.16 PM Citizen
Billy Setiadi
Kabupaten Ngawi merupakan sebuah kabupaten yang berada di ujung Barat provinsi Jawa Timur. Siapa sangka di sini umat Buddha tetap berkembang? Tepatnya di Dusun Berjing, Desa Cepoko, Ngrambe, Kab. Ngawi, Jawa Timur. Berdiri kokoh Vihara Vimalakirti.
Menurut cerita Pak Suwarto ketua vihara sekaligus Kepala Dusun Berjing, ajaran Buddha masuk ke Desa Cepoko pada tahun 1983. Dibawa oleh Pak Prapto dari Mangkunegara Solo, Jawa Tengah. Pak Prapto kemudian bertemu dengan Mbah Martoyoso orang Cepoko. Keduanya merupakan teman yang sama-sama senang mencari hal-hal kebatinan serta spiritual. Mbah Martoyoso juga merupakan ayahanda dari Pak Suwarto.
Jumlah umat di Desa Cepoko sekarang sekitar 25 KK (Kepala Keluarga) dan didominasi para lansia. Sedangkan yang muda kebanyakan pergi merantau keluar desa atau sudah berpindah agama. Faktor pernikahan dan lingkungan menjadi penyebab banyaknya umat yang “lompat pagar”. Jadi banyak generasinya yang putus. Selain itu kurangnya pengkaderan dengan memberikan tanggung jawab masalah keumatan juga menjadi faktor yang menyebabkan putusnya generasi di desa-desa Buddhis.
Waktu penulis ke sana, kebetulan masyarakat Cepoko sedang melaksanakan perayaan Tahun Baru Saka/Jawa yang biasa disebut Satu Suro. Dirayakan dengan mengadakan doa syukuran bersama setelah itu dilanjut dengan makan bersama di jalanan desa beralaskan tikar.
Acara tersebut berlangsung tepat di depan rumah Pak Suwarto, dapur umum yang beranggotakan ibu-ibu pun berada di pelataran rumah Pak Suwarto. Masyarakat Cepoko terdiri dari tiga agama, Islam, Kristen, dan Buddha namun dapat melebur menjadi satu. Perayaan yang sederhana namun tetap menyimpan makna kebersamaan.
Ada pula tepat di sebelah Desa Cepoko, ada Desa Pucangan. Di Pucangan umat hanya tersisa 3 KK. Menurut Pak Giyono umat Desa Pucangan, ajaran Buddha masuk pada tahun 1987. Dikenalkan oleh Pak Parjono yang juga masih satu perkawanan dengan Mbah Martoyoso.
Namun di ujung usianya Pak Parjono akhirnya harus pindah agama karena desakan dari anak-anaknya, dengan dalih jika sudah tua dan meninggal anaknya tidak mau mengurusnya. Sungguh ironi yang masih terjadi. Sebab anak Pak Parjono tak satu pun yang ikut beragama Buddha karena telah berpindah semenjak menikah.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung