• Friday, 2 February 2018
  • Chuang
  • 0

Dalam hal kebajikan, ada banyak jenis yang bisa kita lakukan. Mulai dari yang sederhana dan sangat dekat dengan keseharian kita seperti berdana, membantu atau menolong sesama homo sapiens melalui bantuan materi atau non-materi.

Untuk jenis yang lebih tinggi, kita bisa mempraktikkan moralitas: menjaga integritas, tidak menghancurkan kehidupan, tidak melakukan tindakan-tindakan yang secara umum dicela atau dilarang oleh nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab (Ayoo….sila keberapa dari Pancasila-kah ini? Kalau bisa jawab, sana…, silakan ambil sepedanya di toko sepeda terdekat. Ingat, ya, harus bayar…jangan ngutang…)

Atau ingin melakukan kebajikan yang lebih tinggi lagi? Dalam perspektif Buddhadharma, kebajikan tertinggi adalah pencapaian keterbebasan sejati dari lingkaran lahir-mati tanpa ujung yang disebut samsara. Inilah kebajikan paripurna, karena makhluk mana pun yang telah mencapai atau mewujudkannya akan menjadi makhluk sumber berkah dan teladan sejati bagi tak terhitung makhluk-makhluk lainnya.

Tanpa pamrih

Selain jenisnya yang beraneka ragam, ada setidaknya 2 macam sikap yang diambil orang setelah melakukan suatu kebajikan. Di masa lalu, di masa kids zaman old kita diajarkan bahwa, tatkala kita berbuat baik jangan sampai kita secara sengaja memberitahukan atau “memamerkan” kebajikan itu kepada orang lain.

Ungkapannya: jika tangan kanan memberi, jangan sampai tangan kiri mengetahuinya. Ini adalah sebuah kearifan yang mengajarkan kita untuk menjadi rendah hati, untuk tidak menonjolkan kebajikan-kebajikan kita, untuk menjadi sejauh-jauhnya tanpa pamrih saat berbuat baik, kecuali hanya demi kebajikan itu sendiri.

Tapi bumi masih terus berputar dan kini kita berada di zaman now, masa ketika media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dengan keseharian kita. Inilah dunia, setiap orang memiliki korannya sendiri, media massa-nya sendiri yang bisa ia atau mereka isi dengan macam-macam hal, mulai dari tetek bengek ke tetek-tetek lainnya (sori, Bro and Sis, tidak bermaksud porno): semua orang, tampaknya, keranjingan untuk bernarsis ria. Tidak ada yang salah, sangat manusiawi dan dalam beberapa kasus malah membawa manfaat yang positif. Dan kebajikan pun tidak lagi disembunyikan seperti zaman old: tangan kiri boleh dan wajib tahu manakala tangan kanan memberi agar tangan kiri terinspirasi untuk ikut berbahagia dan berbuat baik seperti yang telah dilakukan tangan kanan.

Baca juga: Merawat Ladang Citta Sepanjang Tahun

Dan menurut saya, masing-masing dari dua sikap ini punya motivasi positifnya sendiri: yang pertama mengajarkan kita untuk rendah hati, dan yang kedua ingin agar orang-orang lain pun terlular untuk berbuat baik.

Namun saya melihat, pada pilihan sikap pertama  ada peluang yang membuat kita mengabaikan atau mungkin meremehkan kebajikan yang telah kita lakukan. Padahal kebajikan sekecil apa pun rugi-lah jika diremeh atau abaikan.

Pada pilihan yang kedua untuk memberitakan kebajikan, ini pun punya sisi rentannya berupa kemungkinan menyelusup diam-diam rasa bangga diri berlebihan karena “aku sudah berbuat baik”.

Karenanya, secara pribadi saya berusaha tidak memilih salah satu dari dua sikap itu. Sebagai gantinya, saya menawarkan agar kita mengambil jalan tengah: kita tak menyembunyikan kebajikan dan tak pula memberitakannya.

Jadi saat berbuat baik, kita membiarkan diri kita benar-benar mengetahuinya dengan cara menyadari sedalam mungkin momen saat itu. Kita cam-kan benar-benar kesan dari rasa bahagia dan pelepasan yang ditimbulkan oleh kebajikan tersebut, yang lalu pada saat yang tepat kita panggil kembali untuk direnungkan dan dirasakan ulang sebagai sebuah cara menyemangati diri.

Dan bila dilakukan setiap hari, di setiap pagi saat baru mendusin dari tidur, ritual ini akan membuat kita menjadi pribadi yang penuh semangat, lebih mampu berpikir positif dan ceria serta lebih tahan terhadap stres atau depresi keseharian. Dan karena merasakan manfaat dari perenungan ini, pada gilirannya kita menjadi makin termovitasi untuk lagi dan lagi melakukan kebajikan-kebajikan lain agar terus memiliki bahan untuk direnungkan, sarapan bergizi bagi jiwa kita di setiap awal hari.

Tips untuk Anda

Sebagai penutup, saya ingin membagikan 2 tips berikut ini, petunjuk ringkas tentang bagaimana memanfaatkan kebajikan sebagai bahan perenungan untuk menjadi pribadi bersemangat, ceria, sehat, sejahtera sampai kiamat, sebagai berikut:

Saat jelang tidur di malam hari, ingat dan renungkan paling tidak 3 hal positif atau yang berjalan dengan baik pada hari itu. Misalnya, apakah semua rencana-rencana kita berjalan nyaris tanpa hambatan sesuai dengan yang kita inginkan? Apakah hari ini cuaca begitu baiknya sehingga semua makhluk terlihat ceria? Apakah anjing atau kucing kita bersikap manis, tidak mengacaukan isi rumah? Catat dan renungkan, dan lakukan setiap hari berturut-turut selama seminggu.

Saat di pagi hari baru mendusin dari tidur, jangan langsung bangkit. Berbaring saja dulu, pejamkan mata dan bentuklah senyum di wajah. Senyum saja, tidak masalah apa pun perasaan atau pikiran yang melintas.

Baca juga: Melonggarkan Cengkeraman Pikiran

Berbaring dengan mulut tersenyum dan mata terpenjam seperti itu, lalu ingat dan kenang kembali semua kebajikan-kebajikan yang pernah kita lakukan. Kebajikan apa pun, yang lama atau baru, yang kecil remeh atau besar cetar membahana, yang materi maupun non-materi… semuanya, terutama yang mengesankan kita. Rasakan kembali perasaan bahagianya, hangatnya, pelepasan dan penaklukan ego sesaatnya…

Berbaringlah seperti itu selama sekitar 3 menit, lalu setelahnya bangkit perlahan-lahan dari ranjang dan ingat KAKI mana yang paling dulu menapak lantai kamar…kiri atau kanan? Tidak masalah yang mana, tapi yang penting SADARI yang mana. Lakukan ini setiap hari berturut-turut dan lihatlah apa yang terjadi.

Semoga berguna. Selamat mencoba!

Chuang

Menyukai dunia menulis, tinggal di Bali

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *