• Wednesday, 11 December 2019
  • Junarsih
  • 0

Batik, mendengarnya saja sudah mengingatkan kita akan warisan budaya Indonesia. Batik banyak sekali ragam jenisnya sesuai dengan wilayah tempat membuatnya. Sampai saat ini batik masih digunakan terutama dijadikan pakaian.

Berbicara lebih lanjut tentang batik, Dosen dan mahasiswa STAB Syailendra yang terdiri dari Suranto, Sukkhita Dewi, dan Didik Susilo mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan pelatihan Pengembangan Batik Tulis menjadi Batik Cap “Prema Batik Syailendra” sebagai sarana pemberdayaan bagi Wandani Pati, Kudus, Jepara, dan Grobogan pada 22-24 November di Rumah Batik, Ngawen, Kabupaten Pati.

Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mengembangkan Rumah Batik yang ada di Pati dan mengembangkan potensi masyarakatnya dalam membatik.

“Wilayah Pati sudah mempunyai modal dalam usaha batik, salah satunya karena sudah ada rumah batik. Umat Buddha di sana sudah pernah dapat pelatihan batik. Tapi sayang tidak ditindaklanjuti untuk dikembangkan. Dari hal itu kita mau mengembangkan rumah batik tersebut. Selain itu, daerah Pati cocok untuk usaha batik karena cuaca cukup mendukung dengan suhu yang panas membantu proses membatik. Yang utama, masyarakat Pati punya potensi untuk membatik,” tutur Suranto.

Membatik dengan teknik cap dilatihkan kepada Wandani ini dengan tujuan mempersingkat proses pembuatan batik. Dan pelatihan ini adalah lanjutan dari pengabdian masyarakat dengan membuat batik tulis di STAB Syailendra pada tahun 2016, kemudian berlanjut dengan pelatihan batik cap di Kabupaten Semarang pada 2018, dan dilanjutkan di Kabupaten Pati serta sekitarnya pada tahun ini.

Pelatihan membatik ini juga didampingi oleh dua orang pembatik yang merupakan hasil dari pelatihan membatik di Kabupaten Semarang, yakni Maslicha dan Partimah.

Bukan hanya membatik, para dosen juga mengajarkan bagaimana cara memasarkan batik melalui media sosial. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini juga menjadi salah satu kegiatan wajib di perguruan tinggi.

“Kegiatan pengabdian kepada masyarakat menjadi ciri khas dari STAB Syailendra. Ada tiga kegiatan wajib yang dilaksanakan dalam perguruan tinggi, yaitu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Kalau salah satu belum lengkap, tidak bisa dibilang perguruan tinggi,” jelas Suranto.

Sebelum membatik dimulai, peserta Wandani dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama di ruang Omah Batik untuk mengetahui cara memasang meja membatik dan cara membatik menggunakan cap dipandu oleh Maslicha dan Ibu Kustiani (Dosen STAB Syailendra pada program membatik di Kab. Semarang). Kelompok kedua belajar tentang cara membuat warna untuk mewarnai motif batik yang dipandu oleh Ibu Partimah.

Bagaimana prosesnya?

Tahap pertama, mengecap motif pada kain. Proses pengecapan harus hati-hati agar motif yang dihasilkan rapi.

Tahap kedua, pewarnaan. Pewarnaan menggunakan kuas harus hati-hati pula agar warna dasar kain tidak bercampur dengan warna isian motif. Apabila pewarnaan motif sampai keluar dari motif, maka akan berdampak pada pewarnaan dasar kain.

Tahap ketiga, fiksasi (penguncian warna), adalah tahap di mana para peserta mengoleskan cairan waterglass pada motif yang sudah diwarnai.

Tahap ketiga, penempelan malam pada motif yang sudah diberi waterglass. Tahap ini bertujuan agar saat pewarnaan warna dasar kain tidak menutupi warna motif. Sebelum penempelan malam, minimal waterglass sudah kering kurang lebih 30 menit.

Tahap keempat, pewarnaan dasar kain. Setelah kain selesai ditempeli malam hingga kering, pewarnaan dasar kain dapat dimulai. Pewarnaan menggunakan spons yang telah dicelupkan pada pewarna lalu diusapkan pada kain hingga merata. Kemudian dijemur hingga kering.

Tahap kelima, pemberian waterglass pada keseluruhan kain, kemudian didiamkan minimal 30 menit untuk mengunci semua warna kain agar tidak luntur saat proses pelorotan.

Tahap keenam, pencucian kain batik untuk menghilangkan waterglass hingga bersih.

Tahap ketujuh, pelorotan, dengan cara merebuh kain batik pada air mendidik yang sudah dicampur waterglass sampai malam benar-benar hilang. Lalu dibilas sampai bersih dan dikeringkan. Jadilah batik cap.

Hasil

Hasil dari pengabdian ini akan menjadi sumber penghasilan bagi Wandani Pati dan sekitarnya. Output nanti bisa membuat seragam buat Wandani, Magabudhi, dan Patria. Setelah pelatihan selesai, tim PKM Dosen dan Mahasiswa STAB Syailendra langsung membentuk pengurus yang terdiri dari 10 orang untuk mengatur produksi batik.

“Harapannya umat Buddha secara kreativitas dapat dikembangkan sehingga mampu menunjukkan karya-karya yang mempunyai nilai spiritual dan juga membantu peningkatan ekonomi serta pendidikan pemberdayaan masyarakat. Paling tidak untuk membantu meningkatkan eksistensi keumatan yang berbasis spiritual maupun juga material khususnya ekonomi,” tutur Suranto.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *