Tibet adalah dataran tinggi di daerah pegunungan Himalaya sekitar 4000-5000 M di atas permukaan laut dengan luas sekitar 2.500.000 meter persegi yang menyebabkan Tibet mendapat julukan Negeri Atap Dunia. Negeri yang beribukota di Lhasa dan berada di kawasan Asia Timur ini terdiri dari kawasan U-Tsang, Kham dan Amdo yang dikenal sebagai Cholka Sum.
Berbatasan dengan berbagai negara, negeri yang terletak di wilayah paling barat Tiongkok ini, merupakan negeri yang tertinggi di dunia. Myanmar, Bhutan, Nepal, dan India adalah negara yang berbatasan dengan Tibet di sebelah Selatan. Sedangkan Utara dan Timur berbatasan dengan beberapa wilayah Tiongkok seperti halnya beberapa wilayah India di sebelah Barat (Kurnianingrum. Dalai Lama XIV di Arena Politik Tibet Pada Tahun 1950-1960. 2015:9).
Daratan dan lembah di sebelah Utara Tibet bahkan berada di ketinggian 4500 Meter di atas permukaan laut (lebih tinggi dari puncak Mount Blanc, gunung tertinggi di Eropa). Luas daratan yang dimiliki Tibet tidak sebanding dengan banyaknya populasi rakyat Tibet yang sangat sedikit hanya sekitar 7-8 juta orang saja (Bell. The People of Tibet. 1928:1). Etnis Tibet tersebar tidak hanya di dataran negeri Tibet, tetapi juga berada di wilayah India, Nepal, Bhutan dan Mongol. Penduduk di daerah-daerah yang saling berbatasan ini memiliki rumpun ras yang sama (Goldstein. The Snow Lion and The Dragon. 1997: 2).
Sejarah dan Sistem Pemerintahan Tibet
Pemerintahan Raja Tibet pertama yang berhasil menyatukan Tibet di awal abad Ketujuh Masehi adalah Raja Song Tsen Gam-po. Undang-undang dan aksara Tibet untuk pertama kalinya juga diciptakan oleh raja ini. Selain itu, sistem perundang-undangan yang berlandaskan Ajaran Buddha dibakukan juga pada masa ini (Wylie. The Tibetan Tradition Geography). Ajaran Buddha tidak hanya mendasari sistem perundang-undang Tibet, tetapi selanjutnya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari tradisi, budaya, kesenian dan adat istiadat rakyat Tibet.
Percampuran antara kebudayaan lokal awal dan Ajaran Buddha menghasilkan peradaban negeri Tibet yang baru. Ajaran awal yang kemudian bercampur dan mengalami perkawinan nilai-nilai dengan Ajaran Buddha adalah Bon. Konflik awal perjumpaan dua nilai ini mewarnai sejarah perkembangan negeri Tibet. Pembabaran Guru Atisha tentang Ajaran Buddha dianggap sebagai moment penting penerimaan tradisi Bon terhadap Ajaran Buddha hingga saat ini menjadi salah satu Aliran Buddhism di Tibet selain Ningma, Kagyu, Sakya, dan Gelug.
Ningma, Kagyu dan Sakya adalah aliran Tantrayana Tibet awal jauh sebelum Aliran Gelug yang dipimpin oleh Dalai Lama muncul. Padmasambhava sebagai pendiri aliran Ningma dikenal sebagai sosok legenda yang misterius. Beliau diyakini datang ke Tibet pada masa pemerintahan Raja Song tsen Gam-po. Aliran ini dikenal juga sebagai aliran Topi Merah. Sedangkan Kagyu, sebagai aliran yang muncul dan berkembang selanjutnya didirikan oleh Guru Marpa dengan muridnya yang terkenal akan lagu dan puisi-puisi pencapaian spiritualnya, yaitu Milarepa.
Seperti halnya Guru Marpa, seorang penterjemah Ajaran Buddha dari Sansekerta India ke bahasa Tibet, Guru Drokmi Sakya Yeshe yang juga seorang penterjemah Sansekerta India ke bahasa Tibet mendirikan aliran Sakya yang diambil dari nama Beliau sendiri. Ketiga Aliran Tantrayana Tibet ini muncul dan berkembang sekitar abad Ketujuh hingga Ketiga Belas Masehi dan hingga saat sekarang ini ketiga aliran ini masih lestari di Tibet.
Gelug adalah Aliran yang berkembang terakhir. Aliran ini memiliki peran sejarah yang sangat dominan dalam memotret isu tentang konflik antara Tibet dan Tiongkok (berkembang sekitar awal abad Ketiga Belas). Pengikut aliran ini mengklaim sebagai murid Guru Tsongkapa dari Tibet, dan kemudian dikenal sebagai Gandenpas (Dga’ Idan pa) yang diambil dari nama biara yang didirikan oleh Guru Tsongkapa. Pada perkembangan selanjutnya aliran ini kemudian lebih dikenal sebagai kelompok Topi Kuning atau Sistem Kebajikan (Gelugpa) (Lopez. Religions of Tibet in Practice. 1997:20-30).
Ekpansi kerajaan Mongol hampir ke seluruh Asia membawa Tibet sebagai wilayah terdekat sebagai wilayah taklukan. Selain pembayaran upeti, Tibet juga secara berkala memberikan ‘pelayanan’ spiritual kepada Raja Kubilai Khan. Hal ini adalah upaya diplomatis para Guru di Tibet untuk menjaga kestabilitasan negeri Tibet dan mengurangi kemungkinan penjajahan berdarah oleh tentara Mongol. Para Guru Tantrayana Tibet secara turun temurun dari Aliran Kagyu hingga Gelug pernah menjadi penasehat spiritual kerajaan Mongol dari Raja Kubilai Khan, hingga beberapa generasi setelahnya.
Peristiwa bersejarah dalam hubungan ini adalah pemberian gelar Dalai kepada Guru Sonam Gyatso dari Aliran Gelug (1578) atas pembabaran Ajaran yang mengesankan Raja Althan Khan (sumber lain menyebut Altyn Khan). Dalai dalam bahasa Mongolia berarti Lautan, diambil dari nama Gyatso yang dalam bahasa Tibet juga berarti Lautan dan Lama sendiri berarti Guru (yang suci dan terhormat). Sedangkan Guru Sonam sendiri memberikan gelar Raja Ajaran, Kemurnian Agung (King of Religion, the Majestic Purity).
Selanjutnya Guru Sonam dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan gelar Dalai Lama, akan tetapi secara silsilah reinkarnasi dari murid utama Tsongkapa, yaitu Gendundrup, Guru Sonam adalah reikarnasi ketiga, sehingga beliau dikenal sebagai Dalai Lama Ketiga (Lopez. Religions of Tibet in Practice. 1997 & Goldstein. The Snow Lion and The Dragon. 1997). Hubungan diplomasi ini mencapai puncaknya dengan kelahiran kembali Dalai Lama Keempat di keluarga kerajaan Mongol, yaitu cucu buyut Raja Kubilai Khan. Sehingga aliran Gelug menjadi berkembang cukup pesat.
Pengaruh Dalai Lama di awal perkembangan Aliran Gelug berlangsung hingga sekarang. Dalai Lama kemudian memiliki peranan yang sangat penting bagi pemerintahan dan spiritual di Tibet. Beliau bertanggungjawab atas jalannya pemerintahan di seluruh negeri Tibet.
Hal ini dikarenakan rakyat Tibet percaya bahwa Dalai Lama bukan hanya reinkarnasi dari murid utama Guru Tsongkapa tetapi sebagai manifestasi Boddhisattva Avalokitesvara di dunia yang berwujudkan manusia. Boddhisattva mengemban tugas untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan. Oleh sebab itulah, Dalai Lama oleh rakyat Tibet adalah pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin spiritual tertinggi di Tibet. Dalai Lama pertama yang memimpin pemerintahan di Tibet adalah Dalai Lama Kelima.
Dalai Lama adalah pemimpin spiritual sekaligus pemimpin pemerintahan. Artinya kedudukan Dalai Lama bukan hanya sebagai guru spiritual bagi rakyat Tibet tetapi juga sekaligus pemimpin pemerintahan di Tibet. Dalai Lama dibantu oleh dua orang perdana menteri yang berasal dari umat awam dan seorang Bhiksu. Selain itu, khashag (Kabinet) dalam sistem pemerintahan Tibet memiliki tiga orang pejabat yang biasanya terdiri dari seorang biarawan dan tiga orang umat awam.
Lembaga-lembaga urusan lainnya juga memiliki beberapa pejabat yang juga berasal dari biarawan dan juga umat awam. Urusan keagamaan di Tibet sama pentingnya dengan urusan yang bersifat materi. Biasanya pejabat keagamaan dipimpin oleh biarawan yang bertanggungjawab langsung kepada Dalai Lama. Seperti negara pada umumnya urusan dalam dan luar negeri juga pertanian, perpajakan, pertahanan, dan lain sebagainya juga dimiliki oleh negara Tibet.
Keputusan-keputusan penting yang menyangkut kehidupan di Tibet biasanya diputuskan oleh sebuah Majelis Nasional. Keputusan tersebut dapat bersifat umum maupun sangat rahasia misalnya terkait pencarian reinkarnasi Dalai Lama. Anggota majelis akan bersidang untuk menentukan keputusan dan kebijakan yang akan diambil terkait permasalahan-permasalah yang terjadi.
Keputusan ini biasanya akan melibatkan tidak hanya pejabat negara dari kalangan umat awam tetapi juga dari kalangan biarawan. Hasil dari sidang nantinya akan sangat mempengaruhi kehidupan sosial rakyat Tibet yang bersifat feodalistik. Kehidupan sosial semacam ini membagi masyarakat Tibet menjadi kaum aristokrasi dan petani atau rakyat biasa (sumber: Dalai Lama. Negeri dan Rakyatku. 2011: 35-37).
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara