• Wednesday, 11 March 2020
  • Yudhi
  • 0

Komunitas Mahasiswa Buddhis (KMB) Wonogiri yang terdiri dari dua organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Buddhis (HIKMAHBUDHI) Wonogiri dan BEM Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Raden Wijaya Wonogiri mengadakan diskusi lintas agama dengan Tema “Perjumpaan Buddhis Muslim : Perkuat Moderasi Beragama”, Sabtu (29/2/2020).

Dalam acara tersebut pihak panitia mengundang Muhammad Khoirul Fikri, M.E.I. yang merupakan salah satu dosen Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan dan Manggala Wiriya Tantra, S.Pd.B, M.Pd yang merupakan dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Raden Wijaya Wonogiri.

Yudhi selaku ketua cabang HIKMAHBUDHI Wonogiri masa bhakti 2019-2021, dalam sambutannya mengatakan, “Sebagai mahasiswa hendaknya kita harus menjaga dan merawat kerukunan beragama khususnya di Wonogiri.”

Acara tersebut diikuti oleh Pemuda Muslim Wonogiri yaitu STAIMAS (Sekolah Tinggi Agama Islam Mulya Astuti) Wonogiri, PPI (Purna Paskibraka Indonesia) Wonogiri, dan dihadiri perwakilan dari Polres Wonogiri. Acara ini berjalan dengan kondusif, lancar. Antusiasme peserta sangat baik yang dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepada kedua pemateri.

Tujuan dari kegiatan ini untuk memperkuat moderasi beragama antar mahasiwa yang ada di Wonogiri dan juga menjaga toleransi antar umat beragama di Wonogiri. Peserta diharapkan mampu menjaga toleransi antar umat beragama di Indonesia dan khususnya di wilayah Wonogiri, dan juga mampu membentuk forum kerukunan antar umat beragama mahasiswa atau pemuda Wonogiri.

Muhammad Khoirul Fikri, M.E.I menyampaikan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan diawali dengan menjelaskan bagaimana proses para pahlawan berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia, sehingga negara Indonesia dapat berhasil merdeka. Ini tentunya tidak lepas dari peran para pahlawan yang bersatu melawan para penjajah. “Kemerdekaan ini didapatkan bukan secara gratisan, akan tetapi dengan perjuangan yang sangat berat,” katanya.

Oleh karena itu menurutnya kerukunan antar umat beragama dapat menciptakan persatuan dan kesatuan sehingga tidak mudah dipecah belah, yang terpenting saling menghargai perbedaan. Selain itu Fikri juga menuturkan “Yang sama jangan dibeda-bedakan dan  yang beda jangan disamakan”.

“Artinya bahwa kita hidup di Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara, kita memiliki keyakinan yang berbeda tentunya hal tersebut tidak dapat dipaksakan untuk sama. Setiap agama mengajarkan kebaikan dan teruslah melakukan kebaikan karena apabila orang melakukan kebaikan tidak ditanya agamanya apa,” kata Fikri.

Dalam kegiatan tersebut bapak Muhammad Khoirul Fikri berpesan kepada peserta yang hadir untuk membentuk forum diskusi atau forum kerukunan umat beragama dalam tingkat mahasiswa dan pemuda di Wonogiri.

Pembicara lain Manggala Wiriya Tantra menjelaskan mengenai moderasi, yaitu kondisi ketika satu sama lain menghargai perbedaan. Ia kemudian menjelaskan konsep serupa dalam Buddhisme yaknj konsep “Niroda” dimana kita tidak saling melekati, yang dalam islam menurutnya dikenal sebagai konsep “Zuhud

Acara ini diharapkan memberikan pemahaman pentingnya sebagai mahasiswa dan pemuda harus memperkuat moderasi beragama antar pemuda dan mahasiswa di Indonesia dan khususnya di Wonogiri. Dengan berkumpulnya beberapa organisasi kepemudaan dan mahasiswa diharapkan dapat segera terbentuk forum kerukunan beragama antar  pemuda atau mahasiswa di Wonogiri.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *