• Wednesday, 16 December 2015
  • Kila
  • 0

Sabtu pagi, pukul 06.00 WIB. Matahari belum tinggi, udara masih sejuk dan burung-burung berkicauan. Kami berkumpul di depan lapangan rumput, memakai sarung dan menyematkan kain di sekeliling pinggang. Walau hanya berempat, kami bersemangat. Sekali lagi kami memiliki kesempatan untuk berlatih meditasi di bawah langit.

Pukul enam tepat, kami duduk di atas rumput, hanya beralaskan kain terpal dan bantal meditasi yang sudah tipis. Setelah bernamaskara tiga kali kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, kami memulai meditasi dengan mempersembahkan doa dan dupa untuk para dewa, bodhisattva, manusia, hewan, juga makhluk alam bawah.

Pemimpin meditasi kemudian membunyikan bel kecil tanda waktu meditasi dimulai. Suasana hening menghampiri seiring konsentrasi kami ke dalam napas. Sesekali burung berkicau di atas kami, sesekali angin berhembus seakan menyemangati.

Setelah beberapa saat, pemimpin meditasi kembali membunyikan bel tanda waktu meditasi telah usai. Kami perlahan membuka mata, lalu mengatupkan tangan di depan dada. Kemudian kami bersama-sama melantunkan mantra Namo Lokeshvaraya. Mantra ini merupakan penghormatan kepada Buddha penuh welas asih (compassion) Avalokitesvara (Kwan Yin). Suasana di sekitar lapangan rumput semakin khidmat, kicauan burung mengiringi lantunan mantra kami.

Sebagai penutup, pemimpin meditasi menuntun doa bersama untuk kebahagiaan semua makhluk. Setelah mempersembahkan sujud hormat kembali kepada Buddha, Dharma dan Sangha, kami bangkit dari meditasi duduk dan beralih ke meditasi jalan.

Nampaknya bukan pilihan bagi banyak anak muda untuk menghabiskan hari libur dengan meditasi. Kita lebih suka pergi ke mall atau berkumpul dengan teman-teman. Namun, ada yang istimewa dari menyediakan hari untuk bertemu dengan keheningan melalui meditasi: keindahan hidup.

Dalam kesibukan sehari-hari, seringkali kita lupa kembali pada diri sendiri. Padahal, kembali pada diri sendiri adalah inti dari kehidupan, ketika kita mampu membangkitkan kesadaran penuh dan hidup seratus persen di masa kini, saat ini. Hidup menjadi lebih indah, berwarna, dan nyata. Tidak hanya awang-awang seperti berjalan di dalam kabut.

Kita telah menghabiskan terlalu banyak waktu mengejar hal-hal eksternal: karir, materi, romansa, dan sebagainya. Namun kita tidak banyak menyentuh keheningan di dalam batin, sehingga kehidupan terasa gersang, terkadang membosankan. Padahal, bila kita menyediakan sedikit saja waktu untuk duduk diam dan berlatih meditasi, kita akan mengerti bahwa napas kita saja merupakan anugerah yang indah dalam kehidupan. Kita bernapas, kita hidup, kehidupan ini indah!

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *