Sebenarnya kita sudah tahu kalau segala sesuatu yang kita miliki akan rusak, hilang. Semuanya akan berpisah dari kita. Segala sesuatu yang kita miliki terus berubah, berubah tiada henti.
Sayangnya kita sering melihat perubahan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, sesuatu yang merugikan. Tanpa sadar, perubahan adalah sesuatu yang tidak kita sukai. Kita tidak suka kalau baju baru warnanya menjadi pudar, sepatu yang baru menjadi kotor, telepon genggam yang baru canggih, akhirnya menjadi lambat, segala sesuatu yang baik menjadi kurang baik, bahkan rusak. Sesuatu kenyataan yang tidak kita sukai.
Adalah suatu kesedihan, kepedihan yang mendalam, ketika orang yang dicintai, seseorang yang disayangi meninggalkan kita, tidak mencintai kita lagi. Ia sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Kita tidak mau menerima bahwa ia berubah. Padahal ketika ia berubah dari tidak mencintai, dari tidak menyayangi menjadi mencintai kita, menyayangi kita, kita menerima perubahan itu. Perubahan yang kita benci dan kita cintai.
Perubahan sering dilihat hanya dari satu sisi, dari yang baik menjadi tidak baik. Perubahan sebenarnya memiliki sisi lainnya, ketika lahir kita tidak bisa berbicara, sekarang mampu bercerita panjang lebar, saat kecil tidak bisa membaca, tidak bisa menulis sekarang bisa membaca dan menulis. Ketika lahir tidak memiliki cukup kekuatan, sekarang sudah bisa berjalan bahkan berlari. Ketika kecil tidak bisa berpikir, sekarang bisa menganalisa sesuatu yang rumit. Semua ini adalah perubahan juga. Perubahan sisi lainnya, dari yang tidak baik menjadi baik.
Sejak bangun pagi hingga saat ini, sudah banyak perubahan yang terjadi pada diri kita. Ketika bangun, pikiran yang beristirahat berubah mulai bekerja, badan yang terbaring sudah tegak dan bergerak ke sana kemari. Perut yang kosong sudah diisi, entah hanya sekadar segelas air, atau sarapan pagi. Lebih detail lagi, ratusan, ribuan mungkin jutaan nafas keluar masuk, dan oksigen telah diubah menjadi tenaga.
Ketika nafas masuk diikuti nafas keluar, sudah terjadi perubahan. Semula nafas masuk, berubah menjadi nafas keluar. Jika diamati lebih dalam lagi, nafas yang masuk kecepatannya juga berubah, dari udara yang masuk perlahan, kemudian cepat, melambat kembali dan akhirnya terhenti sejenak, diikuti nafas keluar. Demikian juga ketika nafas keluar, semula perlahan, kemudian cepat perlahan dan berhenti sejenak, dilanjutkan nafas masuk kembali.
Ketika nafas masuk dari lambat menjadi cepat, perubahan terjadi dari perlahan menjadi cepat secara bertahap, cepat menjadi lambat, juga berubah secara bertahap. Setiap saat nafas pun berubah, berubah dan berubah terus-menerus.
Tubuh kita juga berubah, darah yang terus menerus mengalir, jantung yang tidak hentinya berdetak, lebih kecil lagi, molekul dalam sel-sel juga terus menerus berubah, atom-atom terus bergerak tidak henti, semuanya berubah. Karena alam semesta merupakan materi yang terdiri dari atom-atom, maka semua materi di alam semesta ini juga berubah.
Pikiran juga terus menerus mengalir tiada henti, berubah dengan hitungan yang tak terhingga jumlahnya. Pikiran dengan lincahnya pindah dari satu obyek, ke obyek lainnya begitu cepat, bahkan tanpa kita sadari sama sekali. Ketika Anda membaca tulisan ini, sesekali pikiran melompat ke telepon genggam Anda, dan berpikir ada berita yang belum dibaca. Sejenak kembali ketulisan ini, belum lama, pikiran sudah berlari entah ke mana. Pikiran terus menerus berubah tiada hentinya.
Dalam Buddhisme “ketidak-kekalan”, “perubahan” disebut sebagai Anicca, segala sesuatu tidaklah kekal, dalam bahasa Inggris disebut sebagai impermanent, muncul, berlangsung, lenyap.
Ketidak-kekalan ini adalah suatu kebenaran yang hakiki, kebenaran yang mutlak. Karena kebenaran ini berlaku pada apa pun di bumi ini, di alam semesta ini, berlaku pada siapa pun, di bumi ini ataupun di alam semesta. Tidak ada yang dapat terhindar dari perubahan, apa pun, siapa pun.
Anicca bukan milik Buddhisme. Karena sebelum adanya Buddhisme di bumi ini, Anicca, ketidak-kekalan sudah ada. Bahkan sebelum bumi ini ada. Buddha Gautama memberi nama ketidak-kekalan sebagai Anicca, dan mengingatkan, mengajarkan bahwa ada satu kebenaran yang harus diterima, bahwa segala sesuatu tidaklah kekal, segala sesuatu muncul, berlangsung dan lenyap, Anicca. Siapa pun boleh memahami dan mengerti soal ketidak-kekalan, Anicca, karena milik alam semesta.
Ketidak-kekalan, Anicca adalah sesuatu yang netral, tidak berpihak pada siapa pun. Tidak berpihak pada yang menolak atau yang membela. Anicca juga tidak berpihak pada kebenaran atau kejahatan, Anicca bukan milik siapa pun, bukan milik seseorang, suku, aliran, agama atau siapa pun.
Seandainya kita menolak ketidak-kekalan, perubahan tetap terjadi. Menolak ketidak-kekalan adalah tindakan yang tidak bijaksana. Karena perubahan tidak akan terhenti walaupun kita tidak menolak, membenci, atau dengan alasan apa pun perubahan tidak akan mungkin bisa dihentikan.
Menolak ketidak-kekalan adalah suatu tindakan yang tidak bijaksana, atau bisa dikatakan tindakan yang bodoh. Jika sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan kita berharap terjadi, tentu suatu tindakan yang sia-sia, suatu tindakan bodoh.
Dalam kenyataan hidup, kita sering melakukan kebodohan ini, berharap tidak tua, berharap apa yang kita miliki tidak pernah berubah, berharap tetap cantik, berharap segala sesuatu yang baik-baik tidak berubah. Jika tetap saja berpegang ingin kekal, tidak ingin berubah, kita akan menderita karenanya, karena perubahan tidak mempedulikan apa yang kita inginkan.
Adalah suatu yang bijaksana jika kita berusaha untuk menerima ketidak-kekalan, Anicca. Kita tahu kalau kita akan tua, kita tidak akan dapat menghindari penuaan. Kita juga tahu suatu saat kita akan sakit, kita tidak dapat menghindari penyakit. Kita juga tahu akhirnya kita akan mati, kita tidak mungkin menghindari kematian. Semua yang kita miliki juga akan berpisah dari kita, semua yang kita cintai juga akan berpisah dari kita.
Dengan merenungkan hal ini, masalah hidup yang sedang menghimpit kita saat ini bukanlah sesuatu yang luar biasa, karena masalah hidup sebenarnya juga berubah, tidak kekal, Anicca. Cepat atau lambat masalah yang paling rumit pun akan berakhir. Kapan berakhirnya tergantung seberapa besar daya upaya kita menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan menyadari kalau masalah hidup yang ringan, sedang atau berat juga akan berakhir, Anicca, membuat kita akan selalu penuh harapan, rasa putus asa akan menjauh, membuat hidup penuh semangat. Melihat hidup dengan harapan.
Demikian juga kesenangan, keuntungan, kebahagiaan juga akan mengalami perubahan, tidak kekal, Anicca. Semuanya juga akan berakhir, dengan menyadari akan hal ini, ketika kita sedang beruntung, kita tidak akan sombong, tidak akan sesumbar, karena keberuntungan itu akan berakhir juga. Ketika sedang diliputi menikmati kesenangan, kita tidak akan berlebihan, karena tahu bahwa kesenangan juga akan berakhir.
Dengan menghayati adanya ketidak-kekalan, Anicca, hidup yang berat akan dapat dilalui dengan lebih mudah, lebih ringan. Ketika kesenangan tiba, tidak membuat kita mabuk kepayang. Menjalani hidup dengan lebih tenang, lebih damai.
Secara pengetahuan, secara arti kita tahu dan mengerti segala sesuatu mengalami perubahan, tidak kekal, Anicca. Tapi kenyataannya jauh di lubuk hati yang paling dalam, dalam batin kita menolak perubahan. Suatu kenyataan bahwa batin kita harus dilatih menerima perubahan, menerima ketidak-kekalan, menerima Anicca.
Melatih agar batin agar bisa menerima perubahan, menerima ketidak-kekalan, menerima Anicca adalah belajar seumur hidup, perjuangan yang tidak ada hentinya.
Belajar mengerti perubahan, dari hal yang paling kasar dapat kita lihat, dapat kita raba. Kemudian berlanjut belajar melihat, mengerti perubahan yang lebih halus, menyadari bahwa tubuh kita setiap hari berubah perlahan-lahan.
Lebih halus lagi menyadari nafas kita keluar masuk berubah terus menerus. Nafas yang berubah kadang panas, dingin, keras, lunak, halus, kasar, berat, ringan, merekat, mengurai, mendorong, menarik. Nafas yang terus-menerus berubah setiap saat, melatih menyadari akan hal ini secara perlahan-lahan batin kita terlatih melihat segala sesuatu berubah, segala sesuatu tidaklah kekal, Anicca. Muncul, berlangsung, lenyap.
Andaikata tidak ada perubahan maka tidaklah mungkin ada kemajuan, tidak mungkin kita menjadi lebih baik. Dengan adanya perubahan merupakan kesempatan untuk menjadi lebih baik, walaupun dari sisi lain memungkinkan kita berubah menjadi lebih buruk. Kesempatan menjadi baik atau buruk, tergantung atas tindakan kita.
Perubahan, ketidak-kekalan, Anicca, kita terlibat di dalamnya, kita tidak bisa lari darinya. Hanya ada satu pilihan, menerima, karena pilihan lainnya adalah menolak yang berarti kita dalam penderitaan.
*) Pernah terbit di Kompasiana di link berikut
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara