Asadha adalah salah satu hari raya umat Buddha, berbagai daerah di Indonesia umat Buddha turut bergembira merayakan Asadha, tak terkecuali di Desa Sarongan dan Desa Kandangan, Kec. Pesanggrahan, Banyuwangi, Jawa Timur. Kedua desa tersebut terdapat tiga vihara. Perayaan Asadha diisi dengan membaca Sutta selama 24 jam nonstop.
Umat bergantian dalam membacakan Sutta, mengikuti jadwal yang sudah disepakati bersama. Pembacaan Sutta dimulai pada Minggu, (21-22/7). Dalam kesempatan yang baik di perayaan hari Asadha, Bhante Dhammadiro menyampaikan Dhamma dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil, sangat menarik dalam pemilihan kata dan bahasa pembabaran Dhamma dengan bahasa Jawa. Mengedepan serta nguri-uri budaya Jawa.
Bhante Dhammadiro selain membabarkan Dhamma tentang latar belakang Asadha Puja, beliau juga memberikan semangat, motivasi, kepada umat untuk selalu mempraktikkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
Pagi (22/7), sang matahari perlahan menampakkan cahayanya. Pukul 05.30 WIB, lantunan Sutta masih terdengar jelas, umat dengan semangat membacakan Sutta di hari Asadha puja. Sementara itu, bhikkhu, samanera, dan atthasilani bersiap untuk melakukan pindapatta di sekitar vihara. Umat Buddha sudah bersiap menunggu giliran untuk mendanakan makanan, pinggiran jalanan sudah nampak umat berdiri dengan menenteng makanan untuk didanakan.
Saat bhikkhu, samanera, dan atthasilani tiba umat memasukkan makanan ke patta milik bhikkhu, samanera, dan atthasilani, bukan hanya umat Buddha yang antusias dalam berdana makanan, umat muslim sekitar vihara juga turut berdana makanan ke bhikkhu, samanera, dan atthasilani.
Berdana makanan tidak harus umat Buddha saja, umat lain pun juga memiliki kesempatan untuk berbuat kebaikan, hal demikian gambaran kecil keberagaman yang indah, sikap saling menghargai dan menghormati dalam beragama, menyejukkan hati dan mencerahkan pandangan mata.
Potret keberagaman
Masyarakat Desa Kandangan dan Sarongan, memiliki toleransi yang sangat bagus, tidak hanya saat bhikkhu berpindapatta mendapatkan dana makan dari umat non Buddha, dalam segi gotong royong masyarakat setempat kompak seperti saat ada kegiatan besar di salah satu tempat ibadah, masyarakat sekitar saling membantu.
Gambaran toleransi di Desa Sarongan dan Kandangan bisa menjadi contoh kalangan masyarakat luas. Pemandangan yang indah seperti ini bukan hanya mewarnai dunia nyata, melainkan dunia maya juga perlu untuk memberikan pesan bahwa toleransi itu sangat penting, karena kita hidup dalam keberagaman. Kehidupan bermasyarakat kembali kepada Pancasila, sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia.
» Apabila Anda merasa bahwa BuddhaZine menambah khazanah informasi Buddhadharma untuk Anda, keluarga, maupun sahabat. Anda dapat bersama kami, dalam mengabarkan kebaikan dengan berdana ke rekening kami.
Rek BuddhaZine: BCA | Jo Priastana | 485 0557 701 «
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara