• Friday, 22 April 2016
  • Clesia Lay
  • 0

Dua ribu lima ratus enam puluh tahun, itu umur ajaran Buddha. Dengan usia yang begitu tua, tidak terlalu mengherankan jika banyak yang menganggap agama Buddha bukan agama untuk kaum modernis. Apalagi dengan penyebaran dan perkembangannya ke berbagai penjuru yang membuat Buddhisme berbedak budaya dan tradisi setempat, sehingga makin mempertebal sifat tradisionalnya.

Untungnya, dalam perkembangannya di dunia Barat belakangan ini, agama Buddha mendapat banyak apresiasi. Dan, dengan banyaknya kaum Barat yang menganut agama Buddha, secara tidak langsung Buddhisme memiliki warna baru, ‘terciprat’ kesan modernitas. Kehadiran artis internasional yang mengaku sebagai Buddhis juga memberi kesan ‘keterbukaan’ bagi agama Buddha.

Disebut ‘keterbukaan’ karena selama ini ajaran Buddha dianggap tertutup, njelimet (karena memakai bahasa Sansekerta dan Pali serta bahasa lainnya yang tidak umum digunakan), kuno, gak gaul, mistis, klenik, aneh, hanya dianut oleh orang tua dan condong pada renunciation (pertapaan atau kehidupan yang berfokus pada keheningan dan menarik diri dari keramaian).

Namun, bila kita menilik lebih jauh, sebenarnya Buddhisme tidaklah seperti yang dianggap orang. Buddhisme pada dasarnya adalah ajaran yang modern, fleksibel, berlaku di segala zaman, mengatasi ruang dan waktu, dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengatasi problema hidup. Buktinya, Buddhisme bisa bertahan hingga 2600 tahun lebih.

Namun, bagaimana menyikapi anggapan bernada miring tersebut? Benarkah agama Buddha dapat menjadi agama yang bisa diterapkan dalam bergaul, bersosialisasi, dan bermasyarakat? Sebagai penganut Buddhisme yang berpegang pada semangat ‘ehipassiko’ (datang, lihat, dan buktikan), mari kita selidiki kebenarannya.

Sifat Ilmiah dan Logis Agama Buddha
Sebagai agama yang berbasis pada logika dan selalu dapat dibuktikan kebenarannya (mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing), agama Buddha mantap menduduki PW (posisi wuenak) dalam keberadaannya. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika mempelajari Buddhisme, kita tidak perlu mengesampingkan ilmu pengetahuan dan begitu pula sebaliknya. Sehingga sebagai umat Buddha, ketika kita hidup dan bekerja di era modern di mana logika dan teknologi memegang peranan utama, kita telah memiliki satu kelebihan.

Sebagai contoh, di saat banyak pro dan kontra mengenai bayi tabung, kloning, LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender), dan kasus kontroversial lainnya, kita dapat menyikapinya dan mengambil posisi dengan berlandaskan pada fenomena dan logika yang dapat ditelusuri secara Buddhis, sehingga opini kita pun dapat bersifat bijak tanpa mengadili dan mengatakan satu pihak sebagai benar dan yang lainnya sebagai salah.

Dengan adanya konsep tumimbal lahir dan hukum karma, kita dapat menelaah lebih jauh mengenai bayi tabung, kloning, dan LGBT. Yang ternyata bila kita melihat dan mengerti Dhamma, kita dapat menemukan solusi yang logis dan ilmiah terhadap kasus tersebut serta tentunya tidak membuat kita menjadi persona yang kaku serta harus menarik diri dari kemajuan teknologi karena terbentur urusan agama. Dalam hal ini, agama Buddha membuat kita fleksibel dalam menerima perkembangan zaman.

Konsep-konsep Dasar yang Menakjubkan dalam Agama Buddha
Ada beberapa konsep dasar dalam agama Buddha yang dengan gamblang menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan.

1. Hukum Karma
Secara umum, karma berarti perbuatan. Buddhisme memandang hukum karma sebagai hukum kosmis tentang sebab dan akibat yang juga merupakan hukum moral. Menurut hukum ini sesuatu yang muncul pasti ada sebabnya. (Sumber: Wikipedia Indonesia).

Dengan mengenal hukum karma, kita seperti membaca buku manual kehidupan: kita menjadi persona yang tidak menyalahkan pihak lain atas kemalangan atau penderitaan kita. Juga, kita menjadi insan yang bertanggung jawab dalam hidup ini, karena kita paham bahwa apa pun yang terjadi pada diri kita, tak lain karena kita sendiri penyebabnya. Dan, hal ini sangatlah penting dalam menyukseskan peran kita sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab.

2. Empat Kebenaran Mulia yang menjadi dasar dari Buddhisme sangatlah bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mengalami masalah, kita langsung dapat melihat Kebenaran Pertama, yaitu adanya dukkha atau “sesuatu yang tak tertahankan, sesuatu yang tidak dapat diatur”(sumber: ceramah Bhante Kheminda). Yang menarik adalah bahwa Buddha tidak hanya memberitahukan bahwa hidup itu dukkha, tapi juga menawarkan solusinya, yaitu dengan melihat sebabnya terlebih dahulu (Kebenaran Mulia Kedua), sehingga dapat melepaskan diri darinya (Kebenaran Mulia Ketiga), plus cara untuk lepas dari dukkha (Kebenaran Mulia Keempat).

Dengan manual lengkap ini, kita sebagai umat Buddha diharapkan menjadi umat yang realistis karena memahami bahwa hidup ini pada dasarnya tidak dapat kita atur, sehingga bila kita menemui penderitaan di dalamnya (misalny berpisah dengan yang diinginkan atau bertemu dengan yang dibenci), kita tidak terkejut dan kita mengetahui serta memiliki cara untuk keluar darinya. Tambahan lagi, dengan adanya Kebenaran Mulia Ketiga, kita akan menjadi insan yang optimis karena mengetahui bahwa kita bisa melepaskan diri dari dukkha.

3. Jalan Mulia Beruas Delapan. Hal yang patut kita syukuri karena Buddha melengkapi kita dengan langkah-langkah yang sangat detil dan sistematis untuk mengatasi problema hidup sehari-hari yang terdiri dari pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, pencaharian, daya-upaya, perhatian, dan konsentrasi yang harmonis, yang bermanfaat dan tidak menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Semuanya ini dibuat tak lain adalah karena Buddha telah melihat bahwa pada perkembangannya, kita akan menghadapi tantangan hidup yang sedemikian rupa, sehingga Beliau memberikan ajaran yang begitu terperinci, bersifat sosial, bisa diterapkan dalam hidup sehari-hari.

Buddha bahkan telah memprediksikan perkembangan kita sebagai makhluk bermasyarakat. Buktinya, dalam Jalan Mulia Beruas Delapan, tercakup konsentrasi yang harmonis. Hal yang sangat penting mengingat kita sebagai mahluk sosial, tentunya kita memiliki banyak hal untuk dipikirkan. Namun dengan panduan konsentrasi yang harmonis, kita bisa menjaga kemanunggalan pikiran untuk hal yang berguna bagi masyarakat dan diri sendiri.

4. Anicca (ketidakkekalan), dukkha (yang tidak dapat tertahankan) dan anatta (tanpa inti) adalah tiga hal yang membantu kita lepas dari problem. Ketika kita menghadapi masalah, dengan mengetahui tentang sifat ketidakkekalan hidup, kita akan terbantu karena kita memahami bahwa itu pun pasti akan berlalu serta tidak ada sesuatu yang berlangsung selamanya (kekal). Dan, seperti yang dijelaskan di atas, dengan mengetahui Dukkha, kita jadi maklum bila menghadapi hal yang tidak diinginkan, karena segala sesuatu yang berkondisi tidak dapat kita atur. Dan, bila kita sedang dilanda kemarahan, kesombongan, atau hal negatif lainnya, kita jadi imun dengan memahami anatta (tanpa inti yang kekal). Sesuatu yang kita anggap cantik, hebat, pada dasarnya hanya ilusi. Tubuh yang cantik yang dikagumi bila dipisah-pisah dan diurai, sesungguhnya hanyalah kumpulan dari usus, ginjal, hati, kulit, limpa, jantung, paru, dan lain-lain.

Dengan memahami hal itu, kita diharapkan menjadi orang yang tidak melekat dan tidak terpengaruh pada kondisi. Dengan demikian, hal negatif seperti kemarahan, dengki, sombong, dan lain-lain dapat diredam, dan inilah yang sangat bermanfaat dalam bersosialisasi.

Dengan melihat semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa Buddhisme sesungguhnya bukanlah agama yang kuno, kaku, tertutup. Sebaliknya, agama Buddha adalah agama yang sangat praktis, memang ditujukan untuk kehidupan sehari-hari, dan sangat cocok bagi mereka yang modern serta banyak bersosialiasi. Sehingga, ketika seseorang menyatakan pada kita bahwa agama Buddha itu BUKAN agama gaul, kita sudah tahu jawabnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *