• Friday, 29 May 2015
  • Supardhika
  • 0

Buddha, guruku yang terkasih. Aku menulis surat ini sebagai wujud rasa syukur dan bangga karena memiliki guru sepertiMu. Barangkali sudah tak terhitung banyaknya pujian yang Engkau terima dari seluruh semesta, dari dewa maupun manusia. Tetapi kuyakin, dengan kemahawelasan dan kemahabijaksanaanMu, Engkau akan menerima dengan ketenangseimbangan sempurna yang sama semua yang akan kutulis pada alinea-alinea selanjutnya.

Buddha, guruku yang tiada banding. Di negeriku kini sedang tumbuh sebuah kesadaran tentang apa yang disebut dengan pendidikan yang menumbuhkan. Menurut kalangan cendekiawan yang mendukung kesadaran ini, paradigma pendidikan yang berlaku selama ini telah keliru memandang anak didik dengan mengasumsikan mereka sebagai “kertas kosong”, dan para orangtua dan pendidik bertugas untuk mengisikan kertas itu dengan apa pun nilai-nilai yang mereka ingin si anak didik terima.

Di sisi lain, pendukung pendidikan yang menumbuhkan justru melihat bahwa anak didik bukanlah “kertas kosong”, melainkan masing-masing dari mereka telah membawa kecenderungan, kecerdasan dan bakat-bakatnya yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, setiap anak didik adalah unik, dalam diri mereka telah eksis bibit-bibit kebajikan yang menunggu untuk ditumbuhkan. Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, tugas seorang pendidik bukanlah untuk “menanamkan” nilai-nilai dari luar, melainkan untuk “merangsang” bibit-bibit kebajikan yang telah ada agar dapat tumbuh sesuai jalur alami mereka: seorang pendidik hanya menunjukkan jalan, bukan memaksakan jalan.

Saat aku mempelajari sudut pandang ini, yang memandang anak didik sebagai “bukan kertas kosong”, aku teringat padaMu yang pernah menyatakan bahwa dalam diri setiap makhluk terdapat bibit-bibit pencerahan. Dan dari riwayatMu, aku tahu Engkau adalah guru yang menumbuhkan, yang menunjukkan jalan.

Engkau adalah pengenal semesta, dan itu berarti Engkau mengenal setiap detil paling rinci dari semesta ini, kecenderungan-kecenderungan setiap makhluk, dan dengan pengetahuan itu Engkau menyesuaikan setiap pengajaranMu sehingga cocok dengan latar belakang dan potensi yang ada dalam setiap pendengarMu. Tak mengherankan pengajaranMu demikian efektifnya, langsung terserap sampai ke sumsum tulang kesadaran setiap pendengarMu sehingga tak sedikit dari mereka tercerahkan seketika.

Engkau juga adalah guru pengasih tanpa pilih kasih. Makhluk mana pun yang berniat belajar dariMu tak sulit mendekatiMu, dan mereka bebas bertanya apa pun dan Engkau pasti akan menerangkannya bila pertanyaan-pertanyaan itu memang berguna untuk menuntun ke pencerahan. Setiap dini hari, setelah bangun dari tidurMu yang amat singkat, Engkau memindai seisi dunia untuk mencaritahu adakah makhluk-makhluk dengan potensi pencerahan yang siap untuk ditumbuhkan. Bila ada dan bila mereka tinggal di tempat yang jauh, Engkaulah yang pergi ke tempat mereka seperti dalam kisah petani yang lembunya tersesat di hutan dan si gadis penenun.

Engkau adalah penuntun tiada tara bagi makhluk-makhluk yang menerima. Tanpa tongkat atau senjata lainnya, hanya dengan kewelasan dan cara-cara piawai, Engkau mampu menyadarkan Angulimala si pembunuh keji, mengentaskannya dari kubangan kejahatan yang nyaris akan menyeretnya ke neraka terdalam. Engkau menghibur Kisa Gotami yang kehilangan putranya dengan menunjukkan bahwa kematian adalah alami dan semua makhluk yang terlahir pasti akan mengalaminya. Tak sekadar menghilangkan kesedihan, pengajaranMu yang piawai membuat Kisa Gotami sadar akan hakikat kehidupan.

Dan Engkau tak menyerah menghadapi ketumpulan otak Culapanthaka yang bahkan tak mampu mengingat sebait syair pun selama ia menjadi muridMu, alih-alih Engkau melihat potensi besar di balik kedunguannya dan dengan pengajaran yang sederhana membuatnya mampu menyadari kefanaan. Culapanthaka, yang dianggap bodoh itu, menjadi seorang Arahat, suciwan tingkat tertinggi karena Engkau adalah guru yang menumbuhkan, menginspirasi, dan menggerakkan.

Buddha, guru para dewa dan manusia, guruku. Para siswaMu datang dari pelbagai macam latar belakang. Dari golongan manusia yang terbuang seperti Sunita si tukang sapu, pelacur seperti Ambapali, hingga para raja dan bangsawan kaya raya seperti Raja Bimbisara dan hartawan Anathapindika. Dari golongan dewa rendah, raksasa seperti Alavaka hingga Sakka raja para dewa, dan bahkan Brahma Baka sang penguasa dunia adalah siswaMu. Karena itu, julukan Guru Jagat untukMu menurutku tak berlebihan, sangat pantas dan sesuai dengan kenyataannya.

Engkau mengajar bukan untuk mendapatkan murid, tetapi Engkau mengajarkan Dhamma atas dasar kasih sayang. Engkau mengetahui ada hal-hal buruk yang bila tak ditinggalkan akan membuat para makhluk menderita, dan demi ditinggalkannya hal-hal buruk inilah Engkau mengajar kami semua. Engkau tak mengharapkan kami mempercayai begitu saja apa pun yang Engkau ajarkan, alih-alih melalui Kalama Sutta dan semangat ehipassiko, Engkau meminta kami untuk menguji dan menyelidiki sebelum menerima dan yakin.

Engkau, Buddha, guru yang sempurna dalam pengetahuan maupun perilaku, menjadikanMu teladan sejati. DhammaMu indah di awal, indah di tengah, dan indah pada akhirnya. PengajaranMu sungguh piawai, perumpamaanMu mengilhami, dan kisah-kisah yang Engkau ceritakan memukau sekaligus memberikan pesan-pesan mulia untuk direnungkan.

Buddha, guruku yang mahamulia. Orang yang skeptis bisa saja mengatakan bahwa, adalah wajar aku memuji-muji diriMu, karena sebagai murid pasti akan memuji gurunya. Lagipula, bagaimana aku yang tak pernah bertemu langsung denganMu bisa membuktikan kebenaran semua pujianku itu?

Kepadanya, aku akan mengulang jawaban yang diberikan YM. Nagasena untuk Raja Milinda: dengan melihat dan mengenal murid-murid Buddha kiwari, aku tahu bahwa bila muridnya saja sehebat itu, apalagi gurunya.

Itulah mengapa aku bangga sebagai muridMu.

*) Artikel ini adalah juara pertama Lomba Menulis Artikel “Bangga Menjadi Umat Buddha”
   yang diselenggarakan oleh BuddhaZine

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *