Gerry menghentikan motornya sejenak. Pemandangan yang baru saja ia lihat, membuatnya berpikir, apakah ia tidak salah lihat? Siang hari yang terik, seorang nenek duduk di teras rumah, di bawah kanopi. Panasnya tentu sangat menyiksa.
Karena penasaran, Gerry berbalik arah. Gerry sengaja kembali menyusuri jalan tadi, tapi bukan untuk mencari alamat Pak Winarto, teman lama ayahnya. Benar saja, nenek itu duduk sendiri di bawah kanopi. Rumah itu dijadikan tempat produksi usaha konveksi. Sekilas terlihat ada banyak pekerja sedang menjahit, praktis rumah itu dipenuhi mesin jahit dan pekerja, si nenek hanya kebagian duduk di luar rumah.
Sayang sekali rumah di kompleks perumahan elit ini dijadikan tempat usaha, bukan jadi tempat tinggal. “Ah… kenapa aku justru memikirkan rumah bagus itu sayang kalau dijadikan tempat usaha, bukan malah berpikir mengapa pemilik rumah tidak sayang pada orangtuanya, batin Gerry. Sang nenek seolah dijadikan “satpam” usaha konveksinya.
Hmmm… apa yang harus aku lakukan, batin Gerry. Gerry balik lagi dan berhenti tepat di depan rumah tersebut. Nenek itu menatap Gerry dengan tatapan kosong, Gerry berusaha tersenyum. “Nek, apakah ini rumahnya Pak Rendy?” tanya Gerry. Seorang pekerja konveksi keluar dari rumah dan menemui Gerry. “Ada apa Pak?” tanya pekerja konveksi tersebut. “Oh… Maaf Pak, saya lagi cari alamat, apa benar ini rumah Pak Rendy?” tanya Gerry. Tadi saya tanya ke nenek, tapi neneknya diam saja.
“Oh bukan Pak. Ini konveksi Pak Safri. Si nenek sudah pikun Pak, ditanya nggak bakal jawab Pak,” kata pekerja konveksi itu.
“Oh… kirain ini rumah Pak Rendy. Alamat yang saya miliki kurang lengkap Pak. Hanya di kompleks perumahan ini, blok D. Usahanya konveksi,” kata Gerry. Sebenarnya Gerry asal saja menyebut nama Pak Rendy, ia hanya ingin tau siapa sih nama pemilik usaha konveksi yang kurang baik dalam memperlakukan ibunya itu.
“Bukan Pak. Konveksi ini milik Pak Safri. Ini cuma tempat usaha, kalau rumah Pak Safri bukan di sini, tapi di blok G. Kalau ada perlu, sore saja ke sini. Ibu tiap sore ke sini untuk jemput nenek dan cek keadaan di sini,” kata pekerja konveksi itu.
“Maaf, saya cari Pak Rendy, bukan Pak Safri. Bapak tau konveksi milik Pak Rendy di sebelah mana ya Pak?” tanya Gerry.
“Wah… saya kurang tau Pak. Dulu di sebelah sana ada konveksi juga tapi sekarang sudah pindah. Saya nggak tau siapa nama pemiliknya. Coba Bapak tanya Satpam kompleks ini, mungkin dia tau,” lanjutnya.
“Oke deh, terima kasih Pak, permisi,” Gerry pamit.
Tidak sulit bagi Gerry untuk mendapatkan alamat lengkap Pak Safri. Tinggal tanya ke Pak Satpam yang ada di pos satpam blok G, yang mana rumah Pak Safri, dapat deh alamat lengkapnya.
“Pak Safri tidak ada di rumah kalau siang begini,” kata Pak Satpam. Kalau mau ketemu Pak Safri, sore atau malam saja. “Pak Safri memiliki sebuah toko dan usaha konveksi, istrinya juga bekerja. Kalau mau ketemu sekarang, coba langsung ke toko atau konveksinya,” lanjut Pak Satpam. “Kalau mau titip surat atau paket, bisa titipkan di pos satpam saja, nanti saya sampaikan,” Pak Satpam coba memberi solusi. Dari Pak Satpam itu Gerry mendapat info bahwa pasangan ini belum dikaruniai anak.
* * * * *
Gerry sedang menyeleksi video kisah inspiratif, lagu Buddhis, dan ceramah Dhamma yang telah lama diunduhnya dari YouTube. Ia mengelompokkan video kisah inspiratif berdasarkan tema, ada kisah bakti kepada orangtua, berbuat kebajikan kepada sesama, sayangilah hewan, dan tema-tema lain. Ada juga video ceramah Dhamma dari Bhante.
Sekarang tinggal memindahkan file video ke dalam sekeping CD. Hari ini Gerry membuat 20 CD untuk dikirimkan ke beberapa alamat. Sebuah CD berisi kumpulan fim-film kartun Buddhis, sebuah CD berisi lagu-lagu Buddhis, dan sebuah CD berisi ceramah Dhamma dari Bhante. Masing-masing dibuat 6 keping, jadi ada 18 keping CD. Gerry akan membungkusnya menjadi 6 paket. Khusus 2 CD lagi hanya berisi kisah-kisah inspiratif bakti kepada orangtua.
Enam paket masing-masing berisi 3 CD plus beberapa buku Dhamma yang didapatkan Gerry secara gratis dari vihara sudah selesai dibungkus. Paket itu akan dikirimkan ke berbagai vihara, umumnya yang terletak di daerah. Gerry mendapatkan datanya dari berbagai sumber. Ada dari group WA, forum diskusi Dhamma di internet, dan sumber lain.
CD tersebut untuk materi Sekolah Minggu Buddhis (SMB), dan Gerry sudah pastikan di vihara tersebut sudah memiliki DVD player dan masih berfungsi dengan baik sehingga CD yang dikirimnya itu nantinya dapat diputar untuk materi mengajar di SMB vihara tersebut.
Ini bukan kali pertama Gerry melakukan pengiriman paket ke vihara dan SMB. Tapi ini kali pertama ia mengirimkan 2 keping CD kepada orang tak dikenalnya. Dan sangat mungkin akan ada paket-paket berikutnya jika Gerry merasa hal itu diperlukan.
Baca juga: Mudita Center Rayakan Imlek dengan Namaskara ke Orangtua
Paket terakhir hanya berisi 2 keping CD yang berisi video-video singkat kisah inspiratif tentang bakti kepada orangtua. Semoga saja Pak Safri tersentuh hatinya saat menyaksikan video-video tersebut.
Gerry mulai menuliskan nama dan alamat vihara yang dituju pada semua paket tersebut. Sebuah paket yang berisi 2 CD itu ditujukan kepada Pak Safri, orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Gerry hanya tau namanya dari pekerja konveksi.
Nama pengirim? Keenam paket dikirim dengan menggunakan nama samaran, tapi alamatnya jelas, dari nama vihara tempat Gerry biasa melakukan pujabakti.
Paket untuk Pak Safri? Juga dikirim menggunakan nama samaran yang sama, tapi alamatnya sama sekali tidak ada di dunia nyata. Nama jalannya memang ada, tapi nomor rumahnya tidak pernah ada. Nomor telepon pengirim yang tertera di paket untuk Pak Safri? Itu nomor telepon sebuah panti wreda.
Siapa nama pengirim yang tertera di semua paket itu? Robin Good. Ya, Robin Good, plesetan nama tokoh dalam cerita rakyat Inggris yang sering merampok harta dari orang kaya yang kikir atau pejabat yang korup lalu membagikannya kepada rakyat miskin.
Catatan:
Dalam Sigalovada Sutta disebutkan, salah satu kewajiban anak kepada orangtua adalah merawat dan menunjang kehidupan orangtuanya terutama di hari tua mereka.
Salah satu bait dalam Manggala Sutta (Berkah Utama) berbunyi:
Membantu ayah dan ibu,
menyokong anak dan istri,
bekerja bebas dari pertentangan,
itulah Berkah Utama.
Suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara