• Wednesday, 20 September 2017
  • Bintoro Gunadi
  • 0

Tulisan ini mungkin bermanfaat bagi generasi muda umat Buddha yang menjunjung tinggi salah satu inti dari ajaran Buddha yaitu welas asih, anti kekerasan yang membawa kedamaian. Materi genetis damai sudah ada di alam dan salah satu contohnya ada di dalam diri ikan.

Salah satu satwa asli Indonesia yang diakui di mancanegara karena sifat kedamaiannya ialah ikan peaceful betta atau nice betta. Berbeda dengan teman dekatnya yang satu marga terkenal dari negeri seberang ikan siam atau ikan cupang (Siamese fighting betta) yang senang berkelahi, jenis peaceful betta ini tidak mau berkelahi kalau diadu. Selain itu gerakannya cepat seperti meteor, bentuk tubuhnya mirip terpedo, dan ada semburat warna indah pada sirip-siripnya.

Ikan-ikan lain yang lokal maupun impor di akuarium segan mengganggunya, salah-salah dapat terluka parah kena tabrak atau mati kaget karena geraknya cepat dan tidak beraturan, kalau diganggu.

Habitat asli dari peaceful betta ialah di air jernih di bawah tanaman selada air (watercress). Saya belum pernah melihat peaceful betta di toko ikan dan akuarium, selain di akuarium, kolam, dan habitat aslinya pada saat masa kecil dengan teman-teman sebaya pencari, penakluk ikan.

Nama ikan itu dulu disebut ikan sepat kenci dengan mengambil nama dari selada air yang disebut kenci dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Latin disebut Betta imbellis. Saya kira sampai saat ini belum ada nama Indonesianya karena sulit dilihat dan tidak terkenal, walaupun berkerabat sangat dekat dengan ikan gurami, ikan air tawar yang paling enak dimakan dan termahal di rumah makan. Ada yang pernah melihat jenis ikan ini?


Foto dua foto ikan sepat kenci betina dan jantan

Silangan genetika antara ikan sepat kenci (Betta imbellis) yang suka damai dengan ikan cupang (Betta splendens) yang suka berkelahi dan pamer tubuh, secara biologis sangat mungkin dapat terjadi karena ukurannya sama, bentuknya mirip, dan satu marga. Waktu mudik akhir tahun lalu saya sempat bertemu peaceful betta di alam, dielus sebentar lalu dilepas.

Mereka tetap sama seperti dulu sulit ditangkap, dengan dua telapak tangan terbuka, membelakangi matahari, menunggu mereka mampir, baru diangkat perlahan-lahan. Setelah hampir setengah abad yang lalu. Bertemu lagi, di tempat yang sama dengan ritual yang sama. Saya sempat berkhayal, menerawang seandainya kita mewarisi setitik materi genetis dari peaceful betta.

Foto terlampir sekedar ilustrasi dan interupsi sewaktu mengganggu habitat asli ikan sepat kenci di dekat sumber air minum kota Temanggung, Tuk Mulyo.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *