• Thursday, 1 June 2017
  • Rendy Arifin
  • 0

“Bela negara tidak harus berperang. Tidak berbuat kejahatan juga termasuk bela negara.”

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Ekawahyu Kasih, ketua umum Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia (BKPBI) yang belum lama ini terpilih. Ia menyampaikan hal itu dalam Seminar Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan yang diadakan oleh BKPBI bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) pada hari Sabtu (27/5) di STIE Kasih Bangsa, Jakarta.

Seminar yang diikuti oleh kurang lebih 100 peserta ini dibuka secara resmi oleh Laksma TNI M. Faisal selaku Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan RI. Peserta dalam seminar ini terdiri dari berbagai organisasi, kampus, dan sekolah, diantaranya PC Hikmahbudhi Jakarta, PC Hikmahbudhi Jakarta Timur, PC Hikmahbudhi Jakarta Utara, STIE Kasih Bangsa, STAB Nalanda, STABN Sriwijaya, SMA Triratna, Universitas Pancasila, STAB Dutavira, dan Universitas Mercu Buana. Tidak hanya diikuti mahasiswa Buddhis, beberapa mahasiswa non Buddhis pun juga mengikuti seminar ini.

Seminar ini diisi oleh Ekawahyu Kasih, yang mana ia adalah lulusan Peserta Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LIV Lemhannas tahun 2016. Ekawahyu menyampaikan tentang pemahaman dan implementasi empat konsesus dasar negara, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kita lahir sebagai Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Tionghoa, berkulit hitam, berkulit putih, dan lain-lain. Kita tidak bisa memilih. Ini adalah sebuah anugerah,” papar laki-laki lulusan Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang tahun 2007 ini.

Selain menjelaskan tentang empat konsesus dasar negara, Ekawahyu juga menyampaikan mengenai sejarah bangsa, budaya, potensi Indonesia, ancaman, dan kondisi bangsa pada saat ini.

Selesai pemaparan dari Ekawahyu, seminar yang dipandu oleh Ruslaini ini dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta. Laksma TNI M. Faisal turut dalam diskusi dan tanya jawab tersebut.

“Indonesia adalah negara kepulauan, terdiri dari 17.504 pulau. Laut atau perairan yang ada di wilayah Indonesia adalah perekat pulau kita, bukan pemisah antar pulau-pulau,” papar laki-laki kelahiran Palembang, 53 tahun silam.

Ia pun menambahkan bahwa kita lahir dan tumbuh dari perbedaan. Jadi, jangan jadikan perbedaan itu sebagai sumber perpecahan. Empat konsesus dasar negara ini perlu ditanamkan sejak dini.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *