Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah seseorang atau kelompok yang melakukan kreatifitas dan menciptakan suatu barang dan jasa dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mendapatkan laba atau keuntungan.
Wirausaha sangatlah banyak contohnya yaitu kuliner, butik, barber shop, membuka (bimbel) bimbingan belajar dan masih banyak lagi contoh dari wirausaha yang dapat kita lakukan. Dalam pandangan buddhis, kita tidak dilarang dalam berwirausaha selama tidak merugikan dan membuat makhluk hidup menderita.
Oleh karena itu, sang buddha menganjurkan kita agar tidak berwirausaha atau berdagang yang salah (anguttara nikaya lll,207) yaitu makhluk hidup, racun, daging, minuman yang dapat melemahkan kesadaran (minuman keras) dan senjata. Hal tersebut dilarang karena dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Oleh karena itu, hiduplah dengan mata pencaharian benar (sammavayama) atau sesuai dengan jalan mulia berfaktor delapan.
Nah, sebagai wirausaha tentu kita harus memiliki modal dalam memulai usaha. Darimana kah kita bisa mendapatkan modal tersebut? Modal bisa kita dapat dengan cara pinjaman di koperasi atau bank atau bisa juga dengan cara investor dan masih banyak lagi cara untuk mendapatkan modal untuk berwirausaha.
Namun modal tidak hanya kita dapatkan dari materi saja, kita juga memerlukan modal dalam berwirausaha menurut buddhis untuk mencapai suatu keberhasilan, berikut adalah modal wirausaha menurut buddhis selain materi.
Hal pertama dalam berwirausaha kita memiliki faktor-faktor dalam mencapai keberhasilan menurut anguttara nikaya lV 285 yaitu:
• Uttanasampada, rajin dan bersemangat dalam bekerja artinya agar kita dapat memperoleh kekayaan kita harus rajin dan tekun tentu dengan semangat agar apa yang kita cita-citakan tercapai.
• arakkhasampada, penuh hati-hati dalam menjaga kekayaan yang diperoleh, artinya jangan sampai kekayaan tersebut kita gunakan untuk hal yang tidak sewajarnya agar kesuksesan yang kita dapat tidak hilang karena kelengahan kita dalam menggunakannya.
• Kalyanamitta, memiliki teman yang bersusila artinya kita harus memiliki teman yang baik dalam mencapai keberhasilan yang mana sahabat baik adalah sahabat yang mampu mengajak kita pada hal yang positif, yang selalu mendukung, membantu dan menyemangati kita dalam mencapai suatu keberhasilan.
• Sammajivakata hidup sesuai pendapatan, tidak boros dan tidak kikir. Sesuai dengan pepatah besar pasak pada tiang mengingatkan kita agar hiduplah sesuai dengan pendapatan, bukan besar pengeluaran daripada pendapatan karena hal tersebut akan menimbulkan hutang dimana-mana yang menyebabkan penderitaan.
Jika kita dapat mengatur keuangan dengan mengimbangi pengeluaran dan pendapatan maka usaha kita akan lancar dan kita bahagia dan terbebas dari hutang. Tidak boros artinya tidak menggunakan pendapatan untuk foya-foya atau menggunakannya untuk hal yang tidak penting, misalnya pesta pora yang tidak jelas.
Terkahir adalah tidak kikir artinya walaupun kita sedang berwirausaha untuk mendapatkan keuntungan bukan berarti kita harus pelit, kita juga tetap berdana untuk orang yang membutuhkan dengan berdana materi ataupun dana tenaga.
Selain itu, untuk persiapan suatu usaha kita dapat melihat kelayakan bisnis tersebut dengan ehipassiko (datang, lihat dan buktikan) dengan cara menentukan ide apa yang akan kita buat dalam memulai suatu usaha contohnya pada masa pandemi Covid-19 saat ini penggunaan hand sanitizer sangatlah diburu masyarakat Indonesia untuk melindungi tangan kita dari virus dan bakteri.
Dari hal tersebut kita dapat melakukan penelitian apa yang menjadi kelebihan dan apa kekurangan dari hand sanitizer tersebut. Setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan lakukanlah evaluasi apa yang perlu dibenahi dari prodok tersebut, pada hand sanitizer kelebihannya dapat membunuh virus yang menempel pada tangan.
Namun, hand sanitizer tersebut membuat kulit menjadi kasar dan kering, dari kelemahan tersebutlah kita mendapat peluang untuk mengubahnya menjadi hand sanitizer yang lebih berkualitas dan diminati masyarakat luas.
Kemudian perencanaan apa selanjutnya yang akan dibuat setelah melihat dan membuktikan, misalnya pada hand sanitizer tadi kita perlu merencanakan untuk mencari bahan herbal apa yang dapat merubah hand sanitizer yang membuat tangan kasar dan kering bisa menjadi lembut dan lembab tentu tidak menurunkan kadar fungsi dari hand sanitizer tersebut. Langkah terakhir adalah melakukan perencanaan dengan cara praktek pembuatan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
Selain cara diatas, sebagai umat Buddha kita juga harus perlu mengingat bahwa harta kekayaan yang kita punya tidaklah kekal, karena sejatinya harta yang paling berharga dan kekal adalah harta karun berupa kebajikan yang tidak dapat lenyap, tidak dapat dibagi, tidak dapat dirampok yang terdapat pada nidhikanda sutta.
Oleh karena itu, manfaatkan lah materi atapun tenaga kita untuk berdana agar kita dapat menimbun harta kita berupa kebajikan. Kemudian sesuai dengan digha nikaya lll, 188 penggunaan materi dari hasil pencaharian kita dapat kita gunkaan yaitu 50% untuk usaha, 25% untuk kehidupan sehari-hari, dan 25% untuk cadangan dan bakti sosial. Tetaplah semangat berwirausaha sesuai dengan ajaran Buddha agar usaha kita tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Na nikatya dhanam hare: janganlah mencari kekayaan dengan curang”
Khudakka nikaya, jataka l:603 [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara