Setiap makhluk hidup pasti memiliki keunikan sendiri-sendiri. Mereka hidup dan dilahirkan untuk kemudian berkembang dan bertahan hidup dengan cara mereka sendiri. Mereka tinggal dan beradaptasi dengan lingkungan yang mana mereka tinggal sehingga mereka memiliki keunikan sendiri-sendiri untuk bertahan hidup.
Unta memiliki punuk dalam tubuhnya yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air dalam tubuhnya karena di daerah gurun sangat sulit menemukan sumber air. Jerapah memiliki leher yang panjang untuk bisa memakan dedaunan di atas pohon dan memiliki jantung yang besar agar mampu memompa darah ke kepalanya. Cheetah memiliki kecepatan yang luar biasa untuk berburu. Elang memiliki cakar yang besar dan cengkeraman yang kuat serta paruh besar dan kuat untuk berburu. Serta masih banyak lagi keunikan makhluk hidup untuk bertahan hidup.
Lalu bagaimana dengan manusia?
Percaya atau tidak, manusia adalah makhluk yang paling lemah. Anda boleh percaya atau tidak tetapi begitulah adanya. Manusia tidak memiliki kemampuan khusus untuk bertahan hidup disegala kondisi. Sebagai contoh manusia membutuhkan pakaian tebal di daerah yang dingin, karena ketika mereka tak berpakaian maka mereka akan mati kedinginan atau bahkan membeku. Di daerah panas manusia membutuhkan pakaian tipis agar mereka tak mati terbakar atau dehidrasi. Itu adalah contoh kecil tentang pakaian.
Mengenai makanan. Manusia juga cukup lemah dalam hal ini. Berbeda dengan makhluk lain seperti hewan yang berburu atau memakan tumbuhan, manusia perlu pelbagai tahap untuk bisa makan. Manusia tidak bisa mengolah makanan dengan tangan kosong, mereka harus membutuhkan alat bantu untuk memasak makanan mereka. Manusia merupakan salah satu makhluk omnivora terbesar. Ya, karena manusia termasuk makhluk pemakan segala (tumbuhan, daging dan bahan makanan lain). Berbeda dengan tumbuhan yang mampu membuat makanan mereka sendiri, hewan karnivora yang berburu, atau herbivora si pemakan tumbuhan yang dapat menemukan makanan mereka dengan mudah. Bahkan hewan-hewan kecil dan serangga juga bisa menemukan makanan mereka sendiri.
Ada ungkapan mengatakan bahwa, “Manusia adalah makhluk sosial”. Pepatah tersebut juga menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka memerlukan manusia lain agar bisa bertahan hidup. Meskipun ada makhluk lain juga yang hidup secara berkelompok seperti kelompok kerbau di hutan, kumpulan hyena namun, jerapah, zebra dan lainnya namun tetap saja manusia adalah makhluk yang terlemah. Karena kumpulan hewan-hewan tadi meskipun hidup secara berkelompok namun mereka dapat mencari makan sendiri. Meskipun kata, “makhluk Sosial” tidak bisa hanya diartikan untuk mencari makan.
Dalam usaha untuk bertahan hidup tentunya tidak akan terhindar dari perselisihan dan perkelahian. Di dunia hewan hal tersebut kerap dijumpai, baik yang sesama atau dalam satu spesies maupun yang berbeda. Singa menyerang kerbau, kerbau berusaha melawan dengan menendang dan menyeruduk si singa. Tujuan keduanya adalah sama. Singa menyerang kerbau untuk mereka makan agar mereka bisa bertahan hidup. Kerbau melawan karena ia tak mau dimakan agar ia juga bisa bertahan hidup.
Manusia?
Manusia mungkin bisa berkelahi dengan tangan kosong ketika mereka berhadapan dengan sesama manusia, lalu bagaimana ketika mereka berhadapan dengan makhluk yang lebih kuat seperti singa? Memang selalu ada kemungkinan untuk manusia menang. Namun sepertinya kemungkinan itu tidak terlalu besar. Kemungkinan yang cukup besar yang mungkin penulis dan anda pikirkan saat ini adalah manusia itu akan menjadi santapan yang lezat bagi singa. Bukankah begitu?
Senjata pamungkas
Karena manusia adalah makhluk yang lemah, maka “Tuhan” memberikan senjata pamungkas bagi kaum manusia. Apakah senjata itu? Senjata itu tak lain adalah ‘akal pikiran’ atau ‘akal budi’. Senjata ini terbukti ampuh dan sangat bermanfaat bagi manusia. Ada pula yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang paling mulia karena memiliki ‘akal budi’. Nampaknya itu memang ada benarnya. Karena dengan itu manusia menjadi makhluk yang digdaya karena satu senjata ini. Senjata yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain di muka bumi ini.
Seberapa besar kekuatan itu? Kita awali dari masa manusia purba. Manusia saat itu sama sekali belum mengenal teknologi, masih hidup di gua-gua dan masih berburu. Mereka kemudian berhasil menggunakan senjata pertama mereka untuk kemudian menciptakan senjata-senjata lain untuk bertahan hidup. Senjata yang pertama adalah pikiran mereka. Senjata-senjata selanjutnya adalah alat-alat yang mereka ciptakan untuk bertahan hidup seperti berburu menggunakan batu atau tombak, menciptakan api untuk memasak hasil buruan dan menggunakan kulit hewan hasil buruan untuk dijadikan pakaian mereka.
Kemudian terus-menerus kemampuan senjata pamungkas mereka semakin tajam sehingga mereka terus berinovasi hingga menjadi manusia pada masa kini. Pada masa kini tentunya kemampuan senjata pamungkas manusia ini tidak bisa diragukan lagi. Manusia berhasil menciptakan berbagai hal untuk bertahan hidup mulai dari hal yang kecil hingga yang besar.
Bahkan manusia sukses menciptakan senjata maha dahsyat yang bisa membunuh dan menghancurkan kehidupan dalam skala yang besar. Ya, senjata itu adalah nuklir. Saking digdayanya manusia, mereka bisa menguasai hampir sebagian besar daratan di dunia. Kemudian mereka memanfaatkannya tanpa memikirkan keseimbangan ekosistem dan keadaan alam. Mereka begitu rakus sehingga hanya mementingkan kepentingan mereka pribadi ataupun kelompok tertentu. Bahkan mereka tak segan melawan dan memusnahkan manusia lain jika ada yang ingin menghalangi keinginan mereka.
Kerakusan manusia sukses menjadikan manusia sebagai makhluk yang sangat digdaya. Dari mana asal kerakusan manusia? Tentunya dari senjata pamungkas mereka atau dari pikiran mereka. Manusia yang awalnya sama seperti makhluk lain yang hanya ingin bertahan hidup, justru kemudian menjadi ‘mesin pembunuh’ karena ingin memenuhi kebutuhan mereka, bukan lagi untuk bertahan hidup. Manusia menjadi makhluk yang congkak dan sombong. Mereka tak mempedulikan lagi kepentingan dan keadaan makhluk lain serta alam sekitar mereka.
Jangan mainkan senjatamu
Buddha dalam pengalaman spiritualnya dalam menjalani kehidupan sebagai seorang petapa yang kemudian berhasil mencapai Kebuddhaan mengetahui akan hal ini. Buddha nampaknya mengetahui bahwa senjata pamungkas manusia ini bisa memberikan dampak yang luar biasa baik maupun yang luar biasa buruk bagi dirinya sendiri maupun bagi alam.
Setelah mencapai penerangan sempurna, Buddha mengajarkan Dhamma. Satu hal yang sering dan mendasar untuk diajarkan adalah agar manusia berhati-hati dengan pikiran mereka. Salah satunya tertulis dalam kitab suci Dhammapada dalam Yamaka Vagga syair yang pertama dan kedua nampaknya cukup menjelaskan itu. Syair itu berbunyi:
“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya”
“…. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran baik, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan baying-bayang tak pernah menginggalkan benda-Nya”
Syair tersebut cukup menjelaskan bahwa pikiran adalah awal dari segala yang dilakukan oleh manusia. Jika kita membangun pondasi pikiran yang baik, maka perkataan dan perbuatan kita juga akan mengikuti alur positif dari pikiran dan begitu pula sebaliknya.
Dengan pondasi pikiran yang baik yang kemudian mengondisikan segala perbuatan menjadi baik, maka kebahagiaan akan senantiasa mengikuti dan begitu pula sebaliknya. Penderitaan dan kebahagiaan yang dirasakan bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun didukung dari luar.
Contoh, ketika kita berpikiran baik untuk menjaga alam, maka alam akan memberikan kebaikan pada kita seperti udara yang sejuk, air yang bersih, dan pemandangan yang indah. Namun jika kita berpikiran buruk, semisal serakah dengan menghancurkan alam, maka alam juga akan memberikan penderitaan kepada kita seperti bencana, kekeringan, air yang beracun dan, lain-lain. Jadi jangan pernah main-main dengan senjatamu.
Gustriya Wijayanto
Satu-satunya pemuda Buddhis di Dusun Jambe, Desa Candigaron, Kec. Sumowono, Kab. Semarang.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara