• Friday, 10 April 2020
  • Hendry F. Jan
  • 0

Kamar bercat putih itu terletak di pojok, kamar paling ujung. Lampu kamarnya menyala, itu pertanda penghuninya sudah terjaga. Atau justru penghuninya belum tertidur sejak malam? Waktu masih menunjukkan pukul 03.30. Seprei tampak kusut, bantal dan guling juga belum tertata rapi. Suasana masih lengang, belum terdengar aktivitas para penghuni tempat kost.

Conan duduk di kursi, tepat di depan meja. Kedua tangan memegang wajahnya. Sebenarnya mata Conan sudah ngantuk. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi apa mau dikata, matanya enggan terpejam. Conan sudah coba berbaring di kasur sejak semalam, namun ia tidak juga tertidur.

Work from home yang diterapkan pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 bukanlah masalah besar bagi Conan. Pekerjaan dari kantor bisa ia kerjakan dari kamar kost. Tidak bisa hangout bersama teman kantor maupun teman-teman vihara juga bukan problem besar baginya.

Cuma kalau sudah soal hati, itu yang jadi persoalan berat. Makan jadi tak enak, tidur jadi tak nyenyak. Semua ini bermula dari pesan yang dikirim Rendy via WA semalam. Kemudian berlanjut lewat video call.

“Conan, kamu jadi mau nembak Rina?” tanya Rendy.

“Jadi dong, tapi nanti deh kalau pandemi Covid-19 selesai,” jawab Conan.

“Jangan ditunda Boss, keburu ditembak orang, nanti patah hati lho…” lanjut Rendy.

Emang ada yang lagi deketin Rina? Santuy aja Ren,” kelakar Conan.

“Ada!!! Justru karena itulah aku WA. Sebagai sahabat, aku tak ingin kamu kehilangan calon kekasih hanya karena terlambat nembak,” kata Rendy.

Conan langsung melakukan panggilan via video call WA. Conan nggak sabar untuk dapat info tentang saingannya dalam memperebutkan hati Rina.

“Siapa Ren?” selidik Conan.

“Wah … penasaran nih?” goda Rendy.

“Iya. Bagi infonya dong …,” rayu Conan.

“Namanya Ivan. Kamu tau ‘kan Ivan? Itu lho karyawan kantor sebelah yang biasa naik motor matic warna kuning,” terang Rendy.

“Oh itu. Iya, saya kenal. Emang dia lagi deketin Rina? Kamu dapat info dari mana?” tanya Conan.

“Sabar dulu Boss. Aku cerita ya? Kamu denger aja dulu, jangan potong ceritaku,” kata Rendy.

“Oke,” jawab Conan.

“Aku dapat info dari Owen. Owen ‘kan teman sekantor Ivan. Aku dan Ivan sering chat soal hobi kami, soal motor. Kemarin pas lagi chat, kami ngobrol soal pacar kami. Nggak enak ya kalau pacaran jarak jauh, beda kota. Pacar kami berdua ‘kan di Jakarta? Meski Jakarta – Bandung dekat, situasi pandemi Covid-19 ini membuat kami berdua nggak bisa ketemu pacar. Cuma bisa video call saja.

Trus Owen cerita, kalau Ivan lagi pedekate ke Rina. Kalau Ivan berhasil dapaetin Rina, mereka asyik tuh. Pacarnya deket, tinggal jalan beberapa langkah, langsung bisa ketemu. Rina adalah karyawati kantor di seberang kantor kita. Mereka bisa makan siang bareng, pulang bareng. Iya nggak? Aku langsung inget kamu. Di seberang kantor kita, ‘kan cuma ada satu karyawati yang bernama Rina. Setelah aku pancing, ternyata yang diincar Ivan adalah Rina yang sama dengan yang kamu incar,” jelas Rendy panjang lebar.

Conan bengong sejenak. “Eh … pedekate gimana? Sekarang ‘kan semua work from home? Emangnya Ivan sering main ke kost-an Rina?” tanya Conan.

“Zaman sudah modern Boss. Ivan sering chat dengan Rina. Kamu juga pasti sering chat sama Rina. Tapi Ivan lebih kreatif dan mungkin selangkah lebih maju. Ivan sesekali kirim makanan via ojol ke tempat kost Rina,” jelas Rendy.

“Wah … saya nggak boleh kalah langkah dong,” kata Conan.

“Harus itu,” dukung Rendy. “Kamu ‘kan lebih dulu pedekate ke Rina? Kamu sudah sekitar tiga bulan pedekate ke Rina. Ivan baru dua minggu ini. Jangan mau kalah dong. Tentu saja aku dukung kamu Boss,” Rendy menyemangati. “Kamu harus kirim makan siang plus cokelat atau makan malam plus bunga dong. Jangan mau kalah,” saran Rendy.

“Siap Ren, terima kasih sarannya,” kata Conan.

* * * * *

“Conan, terima kasih kiriman makan siangnya. Surprise banget dapet kiriman gado-gado, makanan kesukaan saya,” kata Rina via video call.

“Sama-sama …” balas Conan. “Selamat makan, jangan telat makan ya, nanti sakit maag-nya kambuh,” kata Conan.

“Terima kasih. Sebentar lagi baru makan, sekarang baru pukul 11.30. Kok kamu tau kalau saya punya  sakit maag?” tanya Rina.

Barusan tanya Google,” canda Conan.

“Hahaha … bisa aja kamu,” tawa Rina.

“Sekarang lagi apa? Lagi sibuk ya?” tanya Conan.

“Lagi ngerjain kerjaan kantor, tinggal sedikit lagi kok,” jawab Rina.

“Hmmm … bosen nggak di kost-an terus? Semoga keadaan cepat membaik, kita bisa kerja seperti biasa. Kita bisa ketemu langsung dan ngobrol lagi,” kata Conan.

“Iya, sudah mulai bosen. Semoga saja pandemi Covid-19 segera berakhir,” kata Rina.

Udahan dulu ya? Sudah laper nih. Nanti malam kita lanjut lagi ngobrol-nya. Oke ya?” kata Conan.

“Oke, sampai jumpa nanti,” jawab Rina.

Conan tersenyum puas. Langkah pertama sudah dilakukan. Conan sudah dapet sedikit bocoran tentang Rina. Rendy yang jadi informan. Rendy yang mencarikan info tentang Rina dari Owen. Semua tentang Rina, makanan kesukaan, kota kelahiran, tanggal lahir, hobi, dan lain-lain. Hebatnya lagi, Rendy bisa dapat info tanpa membuat Owen curiga!

Selama ini Conan terlalu santai dalam mendekati Rina. Mereka sering ketemu di warung nasi dekat kantor mereka saat membeli makan siang. Hanya say hello, lalu berlanjut dengan tukar nomor HP dan ngobrol via WA. Belum ada langkah nyata untuk mendapatkan hati Rina.

Begitu mendapat info dari Rendy soal Ivan yang yang jadi saingannya, barulah Conan ngebut. Jangan sampai ia kalah langkah dari Ivan. “Pepet teroos, jangan kasih kendor,” kata Rendy menyemangati.

Kemungkinan pesanan makan siang dari Conan tadi tiba lebih dulu daripada kiriman Ivan. Trus makanan yang dikirim Conan adalah makanan favorit Rina. Dari suara dan wajahnya, tampaknya Rina begitu happy. Begitu yang ditangkap Conan dari video call tadi.

“Cihuy…” teriak Conan kegirangan.

* * * * *

Tiga hari ini usaha pedekate Conan berjalan lancar. Mereka jadi semakin akrab, bercerita, bercanda, dan saling menguatkan menghadapi situasi ini via video call.

Conan melakukan hal yang tidak biasa agar dapat memenangkan pertarungan ini. Conan melakukan usaha ekstra untuk itu. Ia membeli cokelat di minimarket dekat kost-nya, lalu membungkusnya dalam kotak kecil plus selembar kertas berisi pesan, “Selamat makan Rina.”

Kemudian Conan pesan ojol untuk mengantarkan “kado” itu ke rumah makan, tempat ia akan memesan makanan untuk Rina. Conan melengkapi surat dengan pesan, “Pak, sebentar lagi saya pesan makan siang di sini. Nanti pesanan makanan itu diantar untuk Rina (Corina) dengan alamat ini. Bukan karyawan Bapak yang mengantarnya, saya pesan via aplikasi ojol. Tolong kado ini ikut dimasukkan ke kantong berisi pesanan makanan yang saya pesan. Terima kasih Pak.

Tiga kali Conan meminta dan merayu ibu kost agar beliau merelakan bunga mawar miliknya untuk dikirimkan bersama makanan pesanannya.

* * * * *

Dag dig dug Conan menunggu video call dari Rina. Sebentar ia duduk, sebentar ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar kost-nya. Berdiri di depan cermin berlatih mengucapkan kata-kata yang sudah disiapkannya. Semoga semua lancar, tidak terbata-bata.

Layar smartphone-nya menyala, tertera tulisan “Corina memanggil.” Conan segera mengangkatnya.

“Halo … Rina, kiriman makan malam dan bunga mawarnya sudah sampai?”

“Sudah, terima kasih ya …” kata Rina.

“Rina, hmmm … sekarang ini kita semua masih menunggu kebijakan dari pemerintah, kapan work from home ini berakhir, atau justru pemerintah memutuskan akan lockdown,” kata Conan.

“Iya, sudah mulai jenuh di tempat kost terus,” balas Rina.

“Rina, hari ini saya memutuskan hal penting. Hari ini saya ingin mengatakan, saya jatuh cinta pada Rina. Maukah Rina menjadi pacar saya? Corina, bolehkah saya lockdown hatimu? Saya ingin hanya saya yang memiliki akses masuk ke hati Rina. Tolong Rina jawab sekarang ya?” pinta Conan.

Di layar smartphone terlihat wajah Rina tersenyum malu, wajahnya memerah.

“Maukah Rina menjadi pacar saya?” tanya Conan lagi.

Tidak ada suara dari mulut Rina, hanya anggukan kepala.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Hendry F. Jan

Hendry Filcozwei Jan adalah suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.

Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

http://www.vihara.blogspot.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *