Hai Guys, jika kalian membaca tulisan ini berarti kalian sedang berada di depan laptop kalian atau sedang memegang benda persegi panjang yang sering kalian sentuh. Kalian pasti tahu dong benda apa yang dimaksudkan. Yup, benar. Itu adalah handphone kalian.
Situs atau media sosial apa sich yang paling sering kalian akses akhir-akhir ini ketika menggunakan perangkat tersebut? Pernahkah kalian ketika menggunakan perangkat elektronik dan mengakses media sosial merasa bahwa orang-orang sedang menghujatmu, menghina, mencaci, atau merisakmu?
Adakah perasaan marah, sedih, atau merasa diri tidak berharga yang muncul ketika mengaksesnya? Jawaban apapun itu, boleh-boleh saja. Let see how it goes.
Masa pandemi sangat related dengan peningkatan manusia dalam mengakses internet pada era hidup new normal saat ini. Karena Covid memaksa manusia untuk melakukan sosial distancing.
Nah akhirnya untuk melarikan diri dari kebosanan karena gak bisa ngumpul, which is kalian mengakses internet untuk bersosial media menjadi sebuah pilihan.
Tanpa sadar jari-jari pun menjadi begitu tajam di dunia maya melalui penggunaan perangkat elektronik setajam bibir di dunia nyata yang dapat melukai orang lain.
Nah Guys, jika hidup kalian begitu akrab dengan perangkat elektronik dan akses internet, berarti kalian tentunya juga akrab dengan istilah Cyberbullying.
Cyberbullying adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang sehingga menimbulkan kerugian bagi individu yang menjadi korban melalui pengguan komputer, ponsel, atau perangkat elektronik lainnya.
Melalui penggunaan teknologi, pelaku melakukan intimidasi dengan mengirimkan atau memposting pesan dan konten-konten yang menyakitkan, memalukan, atau bahkan mengancam korban (Hinduja & Patchin, dalam Hinduja & Patchin, 2012).
Guys, yang perlu sama-sama kita ketahui, event kita bukan korban atau pelaku, bawasanya dalam skenario kehidupan pemeran penjahat selalu disematkan kepada pelaku namun sesungguhnya pelaku bully juga pernah menjadi korban. Untuk itu dan oleh karena itu, Yuk mari kita putuskan bersama mata rantai penderitaan ini. Semuanya dimulai dari diri kita terlebih dahulu.
Ada beberapa cara yang bisa kamu, aku dan kita semua lakukan. Misalnya,
1. Beranilah untuk memilih jatuh cintalah kepada diri dengan cara mencintai diri kita apa adanya. Perjalanan jatuh cinta ini pun dilalui dengan proses berkenalan dengan seluruh kelebihan dan kekurangan, baik dan buruk, hitam dan putih, dan lain sebagainya yang telah dikenali serta teruslah menggali lebih dalam hingga kita bisa berkenalan dengan hal yang belum kita kenali sebelumnya.
Setelah berkenalan, lanjutkan tahap selanjutnya yaitu memahami diri dalam hal ini adalah pikiran dan perasaan yang melahirkan perilaku tertentu. Ketika kita memahami keterkaitan antara ketiganya, bentuklah makna yang mengarah pada pertumbuhan cinta terhadap diri. Terakhir adalah menerima keseluruhan diri kita. Berhentilah untuk membandingkan diri kita dengan orang lain.
2. Kembangkanlah kesadaran untuk melakukan perbicangan-perbincangan yang penuh kasih sayang kepada diri. Contohnya seperti, “Diriku berharga. Aku akan tetap baik-baik saja, Aku adalah belas kasih yang hadir di sini untuk berbagi belas kasih, Diriku mengagumkan mari kita lalui hari ini dengan menikmati setiap berkah kehidupan yang hadir, Terima kasih diriku Aku mencintaimu.”
3. Beranilah untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan ketika kita menggunakan teknologi. Gunakanlah perangkat elektronik secara bijak. Kita sebaiknya selalu mengingat dan mari terus belajar menerapkan pesan tua ini, “Perlakukanlah orang lain, seperti kalian ingin diperlakukan.” Karena ketika kita memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan menghargainya sesungguhnya kita sedang menghormati dan menghargai diri kita sendiri.
4. Lakukanlah komunikasi-komunikasi yang efektif dan positif dengan orang lain ketika menggunakan perangkat elektronik. Ini membantu kita untuk menjadi peka terhadap orang lain sekaligus diri sendiri.
5. Diet bermedia sosial. Berilah ruang bagi diri kita untuk istirahat dalam penggunaan perangkat elektronik khususnya media sosial jika merasa diri sudah begitu mengganggu produktifitas kehidupan sehari-hari kita.
Time to move to the new era Guys. Era dimana kita berani memilih bahagia dengan bijak menggunakan perangkat elektronik. Selamat bertumbuh bersama.
Salam sayang dan penuh cinta dariku.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara