• Thursday, 1 December 2011
  • Wedyanto Hanggoro
  • 0

Dalam hidup, “Ada yang mengerti ajaran, tapi saat peristiwa datang malah tidak siap. Ada yang tidak mengerti ajaran, tapi malah justru lebih siap menerima saat masalah datang karena hidupnya selalu ikhlas. Meski yang paling baik (dan juga paling langka) adalah mengerti ajaran sekaligus siap menerima masalah”.

Ada sebuah kisah (share dari seorang anggota Sangha), seorang Dharmaduta, suatu kali berceramah di kebaktian umum (sebagian besar manula) di vihara tempat Sangha tersebut kebetulan jadi kepala viharanya. Usai ceramah, sang Dharmaduta komen ke sangha tersebut bahwa kualitas umat di vihara tersebut sangat mengkhawatirkan karena saat ditanya “Empat Kebenaran Mulia” aja, gak ada satu pun yang bisa jawab, padahal (menurut Dharmaduta tersebut) itu adalah hal paling dasar. Ini sungguh disesalkan karena lahir jadi manusia itu sangat sulit, tapi mengapa teori Dharma paling dasar aja mereka gak ngerti.

“Wedy, saya hanya manggut-manggut aja dengerin curhatnya siang itu, hehehe… Karena itu berarti tanggung jawab saya juga sampai umat di vihara saya ‘gak becus’ seperti itu. Jadi terima salah aja deh, hahaha…”

Sampai suatu waktu, kurang lebih 6 bulan setelah kejadian siang itu, sang Dharmaduta yang sama datang curhat kepada Sangha tersebut karena ada masalah dalam rumah tangga dikarenakan usaha bisnisnya sedang mengalami gangguan keuangan yang cukup berat dan juga sangat mempengaruhi kondisi kedamaian rumah tangganya.

“Selesai dia curhat, Wed, saya bawa dia ke dalam Dhammasala, dan kebetulan di situ ada seorang encim-encim yang sedang puja pelita. Kemudian kita berdua samperin tuh encim. “Ibu, maaf ganggu. Boleh tanya gak, kalo ibu lagi susah atau kena masalah, apa yang Ibu lakukan?”

Encim itu menjawab, ”Saya biasanya berdoa aja, mohon bantuan para Buddha, supaya kesulitan saya bisa selesai. Tapi saya bukan hanya berdoa kalo lagi susah aja, lagi dapet rejeki atau lagi seneng, saya juga berdoa ucapkan terima kasih. Karena banyak dari kita kalo lagi susah, rajin doa sama Buddha, tapi giliran lagi seneng, suka lupa sama Buddha. Saya gak mau kayak gitu… yang cuman mau inget Buddha pas lagi susah aja. Susah-seneng, saya pasti pai Buddha.”

Terus Sangha itu lanjut tanya lagi, ”Lah kalo Buddha sampe gak ngabul-ngabulin doa Ibu, apa yang akan Ibu lakukan?” Encim itu jawab lagi, ”Ah saya mah simpel aja, mungkin aja ada orang lain yang kondisinya lagi lebih susah daripada saya, jadi Buddha lebih memilih untuk duluan nolong orang itu daripada saya, dan saya sama sekali gak masalah, karena berarti saya masih dipercaya sama Buddha, bahwa saya lebih kuat daripada orang itu. Dan saya tetep kamsia, udah bisa kasih orang itu kesempatan untuk ditolong duluan sama Buddha, Hehehe…”

Usai mendengar jawaban itu, sang Sangha lalu menoleh kepada sang Dharmaduta, dan berkata, ”Semoga kamu dapet sebuah pelajaran hari ini. Bahwa terkadang sebuah kesederhanaan bila dilandasi dengan keikhlasan akan menghasilkan sebuah keindahan, dibandingkan keindahan sebuah ajaran yang hanya dilandasi keangkuhan dan malah menghasilkan sebuah kebodohan batin”.

Sang Dharmaduta itu kemudian menunduk malu dan beranjali kepada encim itu (yang dulu mungkin pernah dikritiknya secara gak langsung, karena gak ngerti “Empat Kebenaran Mulia”). Sejak saat itu, setiap kali ia diundang ceramah di sini, ia menjadi jauh lebih menghormati semua umat di vihara kita, karena ia telah mendapatkan salah satu pembelajaran indah bagi hidupnya.

 

Catatan:

Share ini disampaikan kepada saya, kurang lebih sekitar tahun 2009 di sebuah vihara di Jakarta. Semoga bermanfaat. Anumodana J

Share ini sudah atas seizin Sangha yang bersangkutan, dengan catatan, identitas dan bahkan tradisi dari yang bersangkutan sebaiknya disamarkan, agar selain melindungi identitas juga menjaga kemurnian share ini sebagai reminder yang sukur-sukur juga bisa memberikan inspirasi.

Untuk melihat sumber asli dan tulisan Wedyanto Hanggoro yang lain, silahkan cek note Facebook-nya di sini

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *