• Wednesday, 17 April 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Oleh    : Rommet

Foto     : Rommet

Munculnya gerakan Buddhis Worship (komunitas generasi muda yang belajar dan berbagi Dharma melalui seni dan musik), harus menjadi refleksi bagi kita semua yang mengelola vihara. Zaman sudah berubah, generasi sudah berganti, tidak mungkin lagi kita mengelola dengan cara lama, yang hanya berdasarkan kepercayaan saja.

Para pengurus harus mampu mereformasi pola pikir dan manajemen vihara, tantangan kedepan jauh lebih berat daripada saat ini. Kalau vihara bisa mengelola semua sumberdayanya dengan baik, mampu beradaptasi dengan perubahan, maka gerakan seperti Buddhis Worship tidak seperti tatacara ibadah agama sebelah.

Beratnya Manajemen Vihara

Vihara secara tatabahasa Pali/Sansekerta artinya Kediaman, maka dari itu ada Brahma Vihara (Kediaman Luhur), sebelum seseorang membangun vihara secara fisik seharusnya seseorang membangun Brahma Vihara yang ada dalam dirinya terlebih dahulu, sehingga saat membangun vihara fisik atau mengelolanya, tidak timbul konflik kepentingan.

Kita semua sudah tahu Brahma Vihara ada empat hal, jadi saya tidak akan bahas, yang akan saya bahas adalah manajemen atau tata kelola vihara.

Jika vihara mempertahankan cara-cara lama, dengan hanya mengapresiasi generasi tua yang jadi donatur, dan abai terhadap anak-anak muda, tidak memberikan ruang dan kesempatan berkreasi bagi anak muda, vihara itu akan menuju kepunahan. Ketika para generasi tua satu demi satu tiada, tidak ada penerusnya.

Manajemen vihara harus diperbaiki, ada banyak cara untuk memperbaikinya, jika kita mau sedikit membuka ruang hati dan logika.

Bagaimana memadukan old generation dan young generation itu sangat penting, re-organisasi kepengurusan adalah yang paling penting, tidak boleh ada pengurus vihara lebih dari dua periode, semua harus bergantian, dengan demikian struktur organisasinya akan sehat, sebab tidak ada yang merasa paling berhak atau paling berjasa di vihara.

Bagaimana menjadikan vihara sebagai titik temu antara spiritual, sosial, budaya, dan lifestyle. Bagaimana vihara menjadi tempat anak-anak muda berkreasi, berinovasi dan mengembangkan bakatnya.

Bagaimana menjadikan vihara sebagai second home bagi semua umatnya, sebab vihara seperti yang saya singgung di atas berarti kediaman atau rumah. Oleh karena itu, vihara harus menjadi second home bagi umatnya, sebab para umat memperoleh apa yang tidak diperolehnya di rumah  sendiri yaitu keramahan, kasih, kepedulian dan pengharapan.

Sebenarnya mudah mengelola anak muda, yaitu beri ruang, beri dia kesempatan, tetapi tetap dengan kontrol, agar mereka bertumbuh dalam Dharma.

Vihara juga tidak boleh memungut biaya pelayanan kepada umatnya, vihara tidak boleh jadi beban bagi umatnya, vihara juga tidak boleh pilih kasih dalam melayani, membedakan si kaya dan si miskin. Ketika si miskin datang dengan sedikit dana, hanya dilayani ala kadarnya, sementara si kaya yang belum tentu seloyal si miskin langsung disambut bak raja.

Jika mau maju dan berkembang pesat, tidak boleh vihara memperlakukan umat seperti itu, membedakan pelayanan hanya karena status sosial. Ingat, kaya miskin hanya kondisi duniawi. Saat ini si A masih miskin tapi ia berhasil melakukan kebajikan dengan tulus di viharanya maka ia terberkahi, sehingga karma baiknya cepat berbuah dan bisa menjadi kaya.

Vihara juga tidak boleh menjadi tempat ekslusif bagi beberapa kelompok atau golongan, vihara harus terbuka bagi semua umat, bahkan yang non Buddhis yang harus diterima dengan baik, agar ia bisa mengenal Dharma jauh lebih luas lagi, dengan demikian kita telah membukakan pintu Dharma baginya.

Point-point ini bukan opini atau asumsi semata, ini setalah saya menerima sebuah curhatan dari salah satu pengurus muda-mudi vihara yang kini telah bubar. Dan anak-anak yang dididik sejak dari Sekolah Minggu sampai remaja, terpaksa harus diikhlaskan semua pindah agama, karena egoisme pengurus vihara. Old people yang tidak bisa menerima perubahan zaman, dan memberi apresiasi anak muda, merasa dirinya paling berjasa dan berhak atas vihara.

Padahal catatan pengurus vihara, mengenai keuangan vihara old people ini korup, dan keluarganya menguasai semua jabatan di vihara, dari yayasan hingga pengurus hariannya.

So, vihara bisa menjadikan tempat bagi kita untuk menggapai Nirvana tetapi juga bisa menjadikan kita menuju neraka.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *