Coba pikirkan, hal apa yang paling sulit kita kendalikan? Apakah keinginan kita untuk makan siomay itu paling sulit? Ataukah menunda buka instagram selama 5 menit? Ataukah kalian paling nggak bisa kalau nggak mikirin pasangan? Hmm, coba pikirkan lagi.
Sebenarnya semua tindakan itu bukanlah hal paling sulit buat kita kendalikan. Namun, pikiran kita sendirilah yang nggak bisa kita kendalikan. Kita bisa saja memikirkan banyak hal dalam satu menit, mulai dari ntar pulang kantor jam berapa, mau makan apa ntar malam, ada kerjaan tambahan nggak ya malam ini, ntar mau bikin konten tentang apa di medsos… Pokoknya banyak deh yang bisa kita pikirin dalam waktu sekejap.
Nah, yang seperti ini bisa bikin nyesek kalau pikiran-pikiran itu terus-menerus berkeliaran ke mana-mana dan bikin kita merasa nggak nyaman. Susah kan ya kalau pikiran kita mengembara begitu. Pekerjaan jadi nggak beres-beres karena pikiran jalan-jalan melulu.
Tapi, masih mending kalau berhenti cuma sampai pikiran yang jalan-jalan nggak jelas. Nah, kalau pikirannya malah kebablasan memikirkan hal-hal yang negatif, terus secara nggak sadar kita bablas melakukannya, gimana dong? Bisa nggak sih kita mengendalikan pikiran kita?
Pikiran dalam Buddhisme
Kita pasti udah tahu kalau pikiran adalah sumber dari segala tindakan. Ini dibahas dalam kutipan Dhammapada berikut:
“Manopubbaṅgammā dhammā Manoseṭṭhā manomayā Manasā ce paduṭṭhena Bhāsati vā karoti vā Tato naṃ dukkham anveti Cakkaṃ va vahato padaṃ.”
“Manopubbaṅgamā dhammā, manoseṭṭhā manomayā; Manasā ce pasannena, bhāsati vā karoti vā; Tato naṃ sukhamanveti, chāyāva anapāyinī.”
Yang artinya:
“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.”
“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak akan meninggalkan bendanya.”
Pikiran itu mungkin bisa diibaratkan presiden yang memimpin suatu negara besar dengan beragam permasalahan di dalamnya. Masalah dalam satu negara itu rumit, macam-macam, mulai dari masalah pendidikan, kesehatan, lingkungan, sosial, budaya, tradisi, sampai masalah kejahatan.
Jadi, tugas presiden di sini adalah mengatur serapi mungkin supaya permasalahan yang ada bisa terselesaikan dengan baik. Dalam mengatur rakyat supaya tertib, aman, dan teratur, presiden butuh waktu dan butuh dukungan dari para menteri juga rakyatnya. Menteri mengatur rencana dan presiden yang mengesahkan rencananya. Rakyat bertugas untuk melaksanakan rencana yang sudah dibuat. Melalui kerjasama ketiga pihak ini, permasalahan pun bisa diatasi dengan baik.
Balik lagi ke masalah pikiran. Pikiran juga memimpin segala sesuatu yang akan tubuh ini lakukan, mulai dari pemikiran, ucapan, sampai perilaku. Bentuk-bentuk pikiran yang muncul bila diibaratkan sebagai menteri. Dialah yang merencanakan dan memikirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan dan diri kita sendiri.
Pikiran baik, tindakan baik
Kalau menteri alias bentuk-bentuk pikiran yang muncul ini sifatnya baik seperti, “Ah, nanti aku mau belikan abang tukang becak itu nasi padang, biar dia senang, kalau perlu belikan juga untuk anak dan istrinya,” lalu disetujui oleh presidennya, tubuh kita pun akan merespon dengan melangkahkan kaki ke warung masakan Padang untuk membeli nasi dan lauk, lalu melangkahkan kaki lagi menuju abang tukang becak dan memberikan nasi yang kita beli tadi ke abangnya, yang juga disertai ucapan baik, “Ini, Bang, nasi padangnya, buat anak istri juga, terima kasih sudah sering mengantar saya pergi ke kantor.”
Luar biasa kan kalau kita mampu mengucapkan terima kasih pada siapapun? Apalagi kalau nggak cuma pakai ucapan, tapi juga pakai tindakan. Jangan sampai kita merasa sungkan memiliki bentuk-bentuk pikiran yang baik karena itu semua bisa berbuah menjadi hal-hal yang baik pula. Minimal kita bisa langsung mendapat ‘kebahagiaan’ dari membangkitkan pikiran positif.
Pikiran buruk, tindakan buruk
Nah, lain cerita kalau presiden kita itu punya menteri berupa bentuk pikiran buruk. Misalnya suatu hari mata kita melihat orang yang pernah mempermalukan kita di depan umum. Ceritanya orang itu sedang berulang tahun. Lalu muncullah menteri yang mengusulkan agar kita membuat orang itu malu juga di depan umum dengan meletakkan petasan kecil di sela-sela kue ulang tahun untuk orang itu.
Jika presiden menyetujui usulan menteri, rakyat alias tubuh kita pun pergi membeli kue ulang tahun beserta lilin, kartu ucapan, dan petasan. Tubuh kita kemudian menyelipkan petasan dalam kue dan menyalakannya, lalu memberikan kue itu pada orang yang tadi sambil memberi ucapan selamat yang tidak tulus. Tubuh kita cepat-cepat lari agar bisa menyaksikan kue meledak mengotori wajah dan pakaian orang itu dari kejauhan. Ketika orang-orang terbahak-bahak menertawakan orang yang tadi, kita pun ikut menertawakan kemalangannya dari jarak aman.
Ya seperti itulah kira-kira cara kerja pikiran negatif kita. Dari satu perasaan tidak suka karena pengalaman buruk di masa lampau, bisa muncul pikiran untuk membalas dengan perlakuan buruk lain. Jika “presiden” alias pikiran utama tidak bisa mengendalikan bentuk-bentuk pikiran buruk, kebencian akan terus berkembang dalam diri dan menyebabkan kita melakukan banyak karma buruk. Kita pun menumpuk banyak sebab penderitaan.
Ini tidak hanya berlaku untuk pikiran buruk yang disebabkan oleh kebencian terhadap orang yang tak kita sukai, tapi juga yang disebabkan oleh klesha (faktor mental negatif) lainnya seperti iri hati, kemalasan, keragu-raguan, dan sebagainya.
Makanya kita perlu mewaspadai seluruh bentuk-bentuk pikiran yang muncul. Meski menteri punya pemikiran yang negatif, sebagai presiden, pikiran utama kita harus bisa membedakan hal yang baik dan tidak baik. Perlunya menumbuhkan kewaspadaan terhadap setiap bentuk-bentuk pikiran itu adalah tugas presiden. Cara untuk mengatasinya sih cukup sederhana. Yang penting kita punya kemauan untuk berjuang!
Meditasi untuk melatih pikiran
Oops, apa? meditasi? Apa hubungannya sama pikiran kita? So pasti ada hubungannya. Sebelum kita lebih lanjut menjelajahi cari meditasi ini bisa berpengaruh terhadap pikiran kita, ada baiknya kita mengetahui makna dari meditasi.
Melansir dari Study Buddhism, pengertian meditasi adalah kegiatan untuk membiasakan diri. Dalam bahasa Tibet digunakan kata gom (sgom) untuk istilah meditasi yang artinya membina kebiasaan yang bermanfaat. Melalui meditasi, kita bisa membiasakan diri untuk mengatasi pikiran negatif dan memunculkan serta mengembangkan pikiran positif.
Biasanya pikiran kita sering mengembara ke mana-mana ketika meditasi sehingga sulit untuk berkonsentrasi. Saat meditasi, kita harus berlatih untuk mengikat pikiran kita seperti mengikat sapi pada satu tiang. Kita ajak sapi itu memutari tiang sehingga talinya semakin memendek sampai saat sudah mentok di tiang, sapi itu akan berhenti berputar dan diam. Nah, pikiran kita itu harus ditenangkan seperti sapi.
Saat pikiran bisa kita tenangkan, maka kewaspadaan akan muncul. Ketika muncul pikiran buruk, kita bisa mengenalinya dan segera menerapkan penawarnya. Ketika pikiran baik muncul, kita bisa bersuka cita dan mengembangkannya. Ketika pikiran mulai berkelana tanpa arah, kita bisa “menangkapnya” dan kembali fokus pada aktivitas yang sedang kita kerjakan. Dengan demikian, kita dapat mencegah tindakan-tindakan yang kelak dapat merugikan kita dan melakukan lebih banyak tindakan yang bermanfaat.
Jadi, marilah kita menenangkan pikiran dengan meditasi sejenak supaya kita lebih waspada dan bisa mengendalikan pikiran biar memikirkan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kalau belum berhasil, jangan menyerah. Hidup itu butuh perjuangan guys! Eh, maksudnya menjadi manusia itu butuh perjuangan biar selalu waspada!
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara